Business Research

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2014 Diprediksi Melambat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Kuartal II 2014 Diprediksi Melambat

Chief Economist Bank Mandiri, Destry Damayanti, memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada quartal 2 tahun 2014 mungkin melambat, tetapi akan ada perbaikan di kuartal 3 dan 4. Selain itu, sektor industri dan pertanian menurun, sedangkan sektor PHR meningkat.

20140609_155120

Pada 2003, share PDB sektor industri sebesar 28%. Tetapi, pada tahun 2013 menurun menjadi 26%. Hal yang sama juga terjadi pada sektor pertanian, yang tadinya mencapai 15%, pada tahun 2013 menurun menjadi 12%. Walaupun mengalami penurunan sebanyak 3% dalam kurun waktu 10 tahun, sebagian besar pekerja masih berada di sektor pertanian, yaitu sebanyak 38,1 juta jiwa.

Sementara itu, komposisi sektor PDB Indonesia berubah. Dari mayoritas sektor tradable menjadi sektor sektor non-tradable. Destry mengatakan, “Yang pertama kita concern pada kualitas pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Yang menopang ekonomi kita sekarang adalah sektor-sektor non-tradable.”

Sektor non-tradable memang meningkat tajam dalam kurun waktu 14 tahun terakhir. Pada tahunn 2000, sektor ini hanya berjumlah 44,6%. Lalu, meningkat menjadi 55,3% pada quartal pertama tahun 2014.

Setelah itu, kemampuan ekonomi dalam menyerap tenaga kerja juga berkurang. Pada tahun 2007, setiap 1% pertumbuhan ekonomi mampu menyerap 710 ribu tenaga kerja. Sementara pada tahun 2012, setiap 1% pertumbuhan ekonomi hanya mampu menyerap 184 ribu tenaga kerja.

Hal tersebut berpengaruh pada tingkat pengangguran di Indonesia. Walaupun menurun, tingkat pengangguran di Indonesia (6,3%) masih lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia (3,1%), Singapura (1,9%), dan Thailand (0,7%). Angkatan kerja masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang sudah bekerja.

Dampak dari penjelasan tersebut adalah melebarnya kesenjangan pendapatan. Pada tahun 2007, gini rasio Indonesia berada di 36, 4%, sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 41,3%. Tetapi kesenjangan tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Indonesia berada di urutan kedua di bawah Thailand (40,0%). Sedangkan Filipina (43,0%), Malayasia (43,1%), dan Singapura (46,3%) menempati urutan berikutnya.

“Income gap dari kelas atas dan kelas bawah makin lebar. Bukan berarti mereka tidak tumbuh, mereka tumbuh, tapi lebih lambat daripada atas. Pemerataan bisa dilakukan kalau kita punya arah perkembangan ekonomi yang lebih merata,” ujar Desty. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved