Business Research Technology

Potensi Bisnis Artificial Intelligence di Masa Depan

Ai Center Tokopedia dan Universitas Indonesia (Dok. Kemenkominfo)

Beberapa bulan terakhir ini, Artificial Intelligence (AI) tiba-tiba menjadi perbincangan hangat di seluruh dunia berkat chatbot ChatGPT OpenAI yang populer. Dengan kemampuan seperti manusia, ChatGPT dapat menjawab pertanyaan pengguna secara akurat atau memecahkan masalah. Orang-orang semakin sadar akan kemampuan AI.

Di Indonesia, AI masih dianggap sebagai teknologi yang sedang berkembang meskipun banyak studi mengungkapkan potensi dan manfaatnya. Mengutip laporan Kearney dan EDBI, Startup Report 2022 Towards More Sustainable Startup Ecosystem in Indonesia oleh DailySocial.id, pada tahun 2020 83% negara di Asia Tenggara masih tahap awal dalam adopsi AI. Sekitar 57% responden di Indonesia masih dalam tahap 3 di mana mereka sedang uji coba dan hanya 4% di tahap 5 yang sudah melakukan end-to-end mengimplementasi Al.

Dalam laporan yang sama menunjukkan bahwa AI diperkirakan akan menghasilkan tambahan US$366 miliar terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, dan hampir US$1 triliun ke PDB Asia Tenggara dalam sepuluh tahun ke depan. Rinciannya Brunei, Kamboja, Laos, dan Myanmar US$41 miliar, Filipina US$92 miliar, Vietnam US$109 miliar, Singapura US$110 miliar, Malaysia US$115, dan Thailand US$117 miliar.

On Lee selaku CTO GDP Venture menyatakan pendapatnya tentang pesatnya perkembangan teknologi ini. Menurutnya, definisi startup yang ia pahami adalah perusahaan yang mengadopsi kecanggihan sebuah teknologi sehingga mereka harus bisa mengikuti perkembangan zaman. Contohnya AI (artificial intelligence) yang semakin terdengar belakangan ini karena ChatGPT.

“Padahal sebelumnya teknologi AI sudah ada di bagian kehidupan kita seperti penggunaan auto text pada handphone itu merupakan teknologi AI. Bedanya chat GPT ini adalah breakthrough dan sangat sederhana penggunaannya sehingga orang-orang semakin menyadari manfaat AI,” katanya di Jakarta, Rabu (15/3/2023).

On Lee menjelaskan perkembangan teknologi AI di Indonesia semakin baik. Namun ia juga mengingatkan agar perusahaan AI di Indonesia sebaiknya tidak berkompetisi dengan perusahaan global karena resource mereka sudah sangat baik. Tetapi sepatutnya perusahaan AI Indonesia menjadikan perusahaan global sebagai partner, sehingga dapat memanfaatkan apa yang dimiliki perusahaan global dan kemudian disempurnakan menjadi solusi yang dibutuhkan oleh Indonesia.

“GDP Venture sendiri telah melihat industri AI akan berkembang sejak 5 tahun lalu, sehingga kami melakukan investasi di teknologi ini. Banyak yang berpendapat teknologi AI akan menggantikan manusia, menurut saya, pendapat itu kurang tepat. Yang tepat adalah, manusia yang mengadopsi teknologi akan menggantikan tenaga manusia yang tidak mengadopsi teknologi,” ucap On Lee.

Berdasarkan data DailySocial.id, baru ada sekitar 10 startup berbasis AI yang terutama berfokus pada Natural Language Processing (NLP) dan Computer Vision. Kesepuluh startup berbasi AI tersebut di antaranya Alfabeta, Bahasa.ai, BJ Tech, Eureka, GetGo, Kata.ai, Nodeflux, Prosa.ai, Sonar, dan Tenang.

Mengutip dari blog Kata.ai, NLP menawarkan berbagai solusi yang dapat digunakan orang setiap hari, misalnya memungkinkan keterlibatan yang lebih baik dengan pelanggan, memelihara hubungan pelanggan, atau mendapatkan informasi pelanggan dan pasar. Ini bisa membantu bisnis pemilik untuk memahami lebih lanjut tentang pengguna mereka dan meningkatkan efisiensi.

Sedangkan computer vision dikenal sebagai salah satu cabang AI yang membahas tentang bagaimana komputer melihat dan memahami media visual digital ( seperti gambar, video, dan lainnya). Dapat mendeteksi kekurangan dan kesesuaian kualitas, pelacakan rantai pasokan secara langsung, dan pemantauan bisnis proses.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id

Daftar startup AI di Indonesia.

© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved