Business Research

Setengah Penduduk Dunia Tidak Memiliki Akses Keuangan Dasar

Setengah Penduduk Dunia Tidak Memiliki Akses Keuangan Dasar

mastercard anz kartu kredit

MasterCard merilis hasil penelitian global mengenai, “A Progressive Approach to Financial Inclusion” yang memaparkan perkembangan 30 negara maju dan berkembang, termasuk 8 negara di kawasan Asia Pasifik guna membuka akses dan mendorong penggunaan berbagai produk keuangan. Beberapa negara di antaranya yaitu Indonesia, Bangladesh, Filipina, India, Malaysia, China, Jepang dan Singapura.

Setengah populasi penduduk usia dewasa di dunia tidak memiliki akses keuangan dasar yang seharusnya dapat digunakan untuk mempersiapkan dana darurat, simpan pinjam atau untuk mendapatkan produk asuransi perlindungan diri dari kejadian-kejadian tak terduga. Negara-negara yang mampu memperluas inklusi keuangan dapat membangun dasar pertumbuhan ekonomi yang lebih luas dan berkelanjutan.

Di kawasan Asia Pasifik, Jepang dan Singapura memimpin perkembangan inklusi keuangan, namun terdapat kesenjangan yang cukup besar dalam adopsi dan penggunaan produk-produk keuangan di negara-negara lain seperti China dan Malaysia menuju inklusi keuangan mereka.

Kesenjangan inklusi keuangan yang tercatat dalam penelitian “A Progressive Approach to Financial Inclusion” MasterCard menyoroti pentingnya inovasi, kemitraan antara pihak publik dan swasta serta edukasi konsumen untuk meningkatkan partisipasi.

Penelitian ini juga digunakan sebagai alat untuk menggambarkan akses dan penggunaan produk keuangan untuk merefleksikan bentuk inklusi keuangan yang lebih baik dan menunjukkan tiga prinsip kunci yang dapat mempercepat perkembangan inklusi keuangan seperti, pembangunan sistem pembayaran yang merupakan titik awal optimal secara global. Selain itu sistem pembayaran lokal juga menyesuaikan kondisi dalam negeri. Kemudian mendorong penggunaan alat-alat yang tersedia dan solusi harus disesuaikan untuk menjawab kondisi inklusi keuangan terkini dari suatu negara.

Selama ini pengukuran akses inklusi keuangan berfokus pada ketersediaan alat-alat keuangan, tetapi di era digital dimana berbagai platform seperti mobile banking, money banking yang tersedia di mana saja, membuat hal ini menjadi kurang relevan. “A Progressive Approach to Financial Inclusion” berfokus pada adopsi atau kepemilikan suatu produk keuangan sebagai definisi akses. Demikian pula dengan pengukuran penggunaan yang sebelumnya diukur dengan menentukan tingkat penggunaan, dimana pada laporan ini berfokus pada metode penggunaan dan manfaat yang diberikan produk tersebut.

Berdasarkan hasil laporan Asia Pasifik, adopsi produk pembayaran melebihi adopsi produk keuangan lainnya terjadi di hampir semua negara di Asia Pasifik yang disurvei, kecuali Bangladesh dan Filipina. Di Jepang, 98% orang dewasa memiliki produk pembayaran (kartu, aplikasi, dll) dan 14% transaksi pembelian dilakukan secara non-tunai. Sebagian besar negara-negara Asia Pasifik berusaha mengembangkan inklusi keuangan.

Dalam studi ini, Singapura adalah pasar dengan perkembangan tercepat di antara negara-negara yang disurvei. Tidak membutuhkan waktu lama untuk Singapura berada di tahap “Most Advanced.”. Sementara itu, Indonesia, Bangladesh dan India masih berada di tahap awal pada perkembangan inklusi keuangan.

T. V. Seshadri, Group Executive, Global Product & Solutions MasterCard Asia Pasifik mengatakan, “Saat pasar seperti Jepang dan Singapura berkembang dengan cepat, kita juga memiliki pasar seperti Indonesia, Bangladesh, dan India yang berada di tahap awal perkembangan inklusi keuangan mereka. Di kawasan yang beraneka ragam seperti Asia, inovasi, kemitraan, dan edukasi merupakan hal yang sangat penting agar dapat menutup kesenjangan antara akses dan penggunaan produk dan jasa keuangan serta mewujudkan manfaat-manfaat inklusi keuangan”. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved