Business Research

Visa: Tingkat Kehilangan Uang Tunai Orang Indonesia Terendah

Oleh Admin
Visa: Tingkat Kehilangan Uang Tunai Orang Indonesia Terendah

Perusahaan penerbit kartu Visa baru saja merilis temuan terbarunya. Menurut hasil kajian Visa Payment Attitudes, orang Indonesia ternyata yang paling cermat dalam mengelola tingkat kehilangan uang tunai akibat tertinggal di rumah atau mobil, maupun mata uang asing yang tidak terpakai setelah pergi berlibur atau perjalanan bisnis.

Sebagai informasi, Visa melalui Ipsos melakukan survei terhadap 5.641 responden di 11 negara APCEMEA, yakni Rusia, Australia, India, Korea Selatan, Jepang, Thailand, Uni Emirat Arab, Afrika Selatan, Singapura, Taiwan, dan Indonesia. Survei tersebut dilakukan pada Agustus 2012.

Hasil survei memperlihatkan, Indonesia berada pada tingkat kehilangan terendah, yaitu hanya sebesar US$ 21 atau Rp 203.973 per tahun. Jumlah tersebut jauh di bawah rata-rata tingkat kehilangan uang tunai di negara-negara lain yang mencapai US$ 365 atau Rp 3.545.245. Jumlah ini setara dengan harga 6,5 gram emas yang bisa membantu kehidupan sebuah keluarga di Bangladesh yang terdiri dari empat orang selama satu tahun. (Harga emas yang dipakai adalah US$ 1.731 per troy ounce yang berlaku tanggal 22 November 2012)

“Merupakan hal yang positif melihat konsumen Indonesia memiliki tingkat kehilangan uang tunai terendah dibandingkan negara-negara lain,” ujar Ellyana Fuad, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia, di Jakarta, Selasa (21/5/2013).

Ellyana Fuad, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia

Memang, gaya hidup yang sibuk membuat seseorang kadang tidak menyadari akan hal-hal kecil di sekitar mereka, seperti misalnya uang receh atau uang kembalian. Rata-rata masyarakat meninggalkan sebesar US$ 80 (Rp 777.040) uang receh yang tidak terpakai di mobil, rumah, dan kantor.

Dari hasil survei di beberapa negara, masyarakat Jepang memiliki angka paling mengejutkan dengan uang receh yang terlupakan mencapai US$ 337 (Rp 3.273.281). Masyarakat Indonesia adalah yang paling hemat dengan jumlah uang receh yang tidak digunakan hanya sebesar US$ 21 (Rp 203.973).

Kembali dari liburan dengan kantong yang penuh dengan mata uang asing juga merupakan hal yang umum terjadi. Menurut penelitian ini, masyarakat rata-rata membawa US$ 285 (Rp 2.768.205) dalam mata uang asing ketika kembali dari perjalanan.

Masyarakat Singapura umumnya membawa sebanyak US$ 625 (Rp 6.070.625) di saku mereka ketika kembali dari perjalanan bisnis atau liburan. Sementara, orang Indonesia, Korea Selatan, dan Taiwan, adalah yang paling cermat dalam menggunakan uang mereka, dengan membawa kembali hanya sebesar US$ 1 (Rp 9.713) dalam mata uang asing.

Melalui survei ditemukan bahwa sebagian besar responden akan mempertahankan uang yang tersisa untuk penggunaan di masa depan. Dan, sekitar 1 dari 5 responden akan memberikan sisa uang pada orang lain atau melupakan begitu saja.

Bisa jadi, tingkat kehilangan uang tunai yang rendah yang dicatatkan oleh masyarakat Indonesia karena mereka sudah mulai percaya pada penggunaan pembayaran secara elektronik menggunakan kartu. Ellyana mengatakan, “Seiring dengan mulai diadopsinya pembayaran elektronik oleh konsumen Indonesia, berdasarkan data dari Bank Indonesia, kami juga melihat pertumbuhan yang kuat pada volume transaksi baik kartu debit yaitu sebesar 24,83 persen dan kartu kredit sebesar 11,6 persen pada tahun 2012.”

Ellyana pun yakin, meski masih banyak transaksi di Indonesia yang bergantung pada uang tunai, penggunaan pembayaran elektronik bakal terus berkembang. Itu bisa terjadi seiring dengan pertambahan tingkat penerimaan dan penerbitan kartu, serta daya apresiasi konsumen terhadap manfaat keamanan, kenyamanan, dan kendali keuangan yang ditawarkan oleh pembayaran elektronik dibandingkan uang tunai dan cek.

“Mayoritas responden (54 persen) mengatakan alasan utama mereka memiliki kartu debit adalah lebih mudah untuk dibawa dibandingkan membawa sejumlah besar uang tunai. Kartu debit juga digunakan untuk mengontrol pengeluaran mereka, di mana mayoritas responden (53 persen) mengatakan bahwa hal itu baik untuk manajemen keuangan karena mereka tahu bahwa setiap pembayaran langsung didebet dari rekening bank mereka.”

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata seseorang memiliki dua kartu debit. Akan tetapi, kesadaran untuk menggunakan kartu debit di luar negeri cenderung rendah dengan hanya 42 persen yang menyadari bahwa mereka dapat menggunakan kartu debitnya di belahan dunia lainnya. Padahal, kartu debit khususnya kartu debit Visa, diterima secara luas di seluruh dunia dan dapat digunakan baik untuk berbelanja di toko, online, dan juga untuk penarikan uang tunai dari ATM asing bagi pembelian yang benar-benar membutuhkan uang tunai. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved