Technology Trends zkumparan

Cara Xendit Dukung Transaksi dan Pelayanan B2B

Cara Xendit Dukung Transaksi dan Pelayanan B2B
Nor Meydia, Head of Business Development Xendit pada webinar yang bertajuk Business Operations Enablement Through the Use of Integrated Payment Solution yang diselenggarakan oleh SWA Media Group (28/06/2022)

Digitalisasi menjadi hal penting bagi perusahaan di era teknologi seperti sekarang. Xendit dalam risetnya menungkapkan, sebanyak 345,3 juta masyarakat menggunakan smartphone untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Angka tersebut tumbuh 1,1% setiap tahunnya. Sementara, sebanyak 202,6 juta dan 170 juta masyarakat Indonesia tercatat aktif menggunakan internet dan media sosial. Melihat data tersebut, perpindahan model dari konvensional ke digital bukan lagi hanya menjadi opsi tetapi sebuah keharusan.

Apalagi jika menilik dari segi pembayaran digital. Masyarakat cenderung menginginkan kemudahan dan kecepatan dalam bertransaksi, sehingga memaksa perusahaan untuk menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Nor Meydia, Head of Business Development Xendit menjelaskan pada webinar yang bertajuk ‘Business Operations Enablement Through the Use of Integrated Payment Solution‘ yang diselenggarakan oleh SWA Media Group (28/06/2022), ada dua alasan perusahaan B2C wajib menggunakan pembayaran digital dalam proses transaksinya.

Pertama, generasi milennial menyumbang 50% dari total belanja online dan daya beli mereka diprediksi naik sampai dekade berikutnya. Kedua, sebanyak 70% cart ditinggalkan oleh konsumen karena tidak ada pembayaran yang cocok pada saat check out. “Pelaku bisnis harus memperhatikan trend yang dibutuhkan untuk memboosting transaksi bisnis digital,” kata dia.

Sementara untuk B2B, pembayaran digital harus dilakukan untuk meningkatkan value chain sehingga dapat mendigitalkan rantai pasok, dan berimbas pada penurunan biaya operasional. Kedua, Nor menambahkan, perusahaan akan mendapatkan kemudahan dalam penyelesaian dan rekonsiliasi transaksi melalui pembayaran digital. “Transaksi dapat dengan mudah dicatat oleh pemasok dan mitra bisnis sehingga dapat menghemat waktu, serta dapat dicatat dengan rapi dan cepat,” ujarnya.

Meskipun digitalisasi sudah dilakukan oleh marketplace B2B, masih ada saja tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan. Resistensi tersebut muncul seiring bergesernya model bisnis marketplace B2B dari yang hanya fokus pada menghubungkan penjual dan pembeli menjadi lebih beragam. Misalnya dengan memfasilitasi ekosistem yang terkait dengan proses jual beli seperti logistik, asuransi, dan pemberian modal.

Dia menyebutkan, dengan model bisnis itu, biaya overheard dan waktu yang dibutuhkan menjadi tidak efisien karena dilakukan secara terpisah. Selain itu, human error juga menjadi tantangan dalam bisnis model yang beragam. “Kesalahan manusia bisa terjadi karena ekosistem tersebut tidak dimonitor dengan baik yang menyebabakan human error,” kata Nor. Waktu penyelesaian yang lama juga turut menjadi kontributor utama kurang efisiennya model bisnis tersebut, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi marketplace.

Sejak tahun 2015, Xendit memfokuskan diri untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh market B2B yang telah berubah menjadi model bisnis yang lebih kompleks dan heterogen. Melalui solusi yang ditawarkan, Xendit mengaktifkan perutean pembayaran kepada pihak yang terlibat di dalam eksosistem. Misalnya saja di marketplace yang memiliki banyak penjual serta mitra logistik. Lewat teknologi yang dimiliki, Xendit dapat memproses pembayaran sesuai dengan kebutuhan.

“Kami juga akan membantu mitra on board dalam skala besar. Karena kami memiliki proses EKYC yang memudahkan proses akitivasinya karena sudah tersistemik. Hal itu membuat platform marketplace tinggal mengikuti saja,” dia menguraikan.

Xendit, kata dia, melakukan otomasi proses bagi hasil dengan mitra yang membuat proses menjadi lebih mudah dan cepat. Keempat, platform yang didirikan oleh Tessa Wijaya tersebut juga memfasilitasi channel penerimaan pembayaran. Fitur ini memudahkan konsumen dalam bertransaksi dengan mudah dan nyaman melalui channel yang diinginkan. Kelima, platform akan membantu proses streamline agar B2B memiliki dashboard atau account multiledger.

“Setiap merchant atau partner yang bekerja sama dengan marketplace, memiliki ledger masing-masing yang membuat pencatatan lebih rapi,” ujarnya. Keenam, Xendit memiliki fitur inter transfer. Dengan demikian, proses penarikan margin atau komisi dijalankan secara otomatis. Ketujuh, platform menyediakan proses reporting atau pembukuan. Dengan begitu, semua proses transaksi dari konsumen ke e-commerce ataupun e-commerce ke merchant tercatat di dalam masing-masing sistem. “Kami memfasilitasi reporting untuk B2B ataupun seller yang dapat digunakan ketika mereka butuh.”

Teknologi yang diampu ke dalam layanan marketplace B2B diharapkan dapat memudahkan proses transaksi dan operasional, sehingga marketplace bisa fokus pada proses transaksi atau penjualan. “Xendit hadir dengan memberikan solusi pembayaran, namun tidak menyampingkan operasional untuk streamline agar proses scalling bisnis B2B bisa lebih pesat lagi,” tuturnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved