Trends Economic Issues zkumparan

Chatib Basri: Pertumbuhan Ekonomi Positif Mulai Kuartal I/2021

Chatib Basri, Komisaris Utama Bank Mandiri yang juga ekonom mengungkapkan bahwa kelompok penduduk dengan pendapatan rendah berbelanja lebih banyak selama pandemi, dengan dominasi belanja berupa pangan. Untuk itu dukungan pemerintah dengan memberikan dana bantuan sosial harus dilanjutkan, mengingat pandemi COVID-19, akan tetap dirasakan bahkan sampai tahun depan meski sudah ada vaksin.

Menurutnya, pengeluaran negara melalui bantuan sosial lumayan efektif mendongkrak perekonomian. Kalau dilihat. pengeluaran negara yang direalisasikan 82 persen dari total 100 persen, namun yang yang paling efektif memang adalah realisasi budget untuk bantuan sosial, BLT, PKH, sembako relatif di bawah, tapi transfer BLT sangat efektif. Karena itu, Chatib memandang, kebijakan ini telah membuat konsumsi yang sempat minus 5,5 persen menjadi minus 4 persen.

“Pertumbuhan positif kemungkinan mulai kuartal pertama 2021, jadi akan ada perbaikan, tetapi polanya memang agak relatif lambat,” jelas Chatib. Sedangkan investasi kemungkinan masih akan turun, yang saat ini yang didorong masih sektor permintaan. Jika permintaan naik akan berdampak pada terangkatnya investasi. “Kalau permintaan sudah ada, investasi akan bertambah,” lanjutnya.

Mengutip data Tim Ekonomi Bank Bandiri, Chatib menyebut, ada perubahan pola konsumsi, di mana belanja justru lebih banyak dilakukan oleh kelompok bawah, sedangkan kelompok kaya lebih menahan belanja konsumen, mengurangi konsumsi non-ensesialnya. Pengeluaran kelompok kaya turun ke angka 69,7 persen dari posisi normal 100 persen dan kelompok menengah mengurangi belanja hingga di angka72,4 persen. Sedangkan kelompok miskin meski turun, pengeluaran yang didominasi makanan masih berada di angka 84,2 persen. Menurutnya, kelompok dengan pendapatan tetap, yaitu orang yang mendapat gaji, hampir tidak terdampak pandemi.

Chatib memaparkan data Office of Chief Economist Bank Mandiri tersebut dalam webinar bertajuk Dunia Pasca Covid Ada Apa dengan 2021 (02/11/2020). Ia juga mengungkapkan bahwa masyarakat di sektor informal mengalami penurunan pendapatan hingga 30 persen lalu UMKM turun 15 persen lebih rendah. “Maka itu pemerintah baiknya fokus pada dua kelompok terdampak ini, menjaga agar kelompok miskin bisa tetap belanja makanan, serta terus mendorong kelompok menengah dan kaya untuk berbelanja kembali,” sarannya.

Pengusaha dan Pendiri Ancora Group Gita Wirjawan sepakat bahwa menjaga permintaan menjadi kunci untuk menjaga ekonomi Indonesia saat ini. “Karena 55-60 persen dari porsi ekonomi kita terkait dengan konsumsi domestik, jadinya retail itu nggak lepas dari pendekatan-pendekatan di mana kita harus menempatkan dana atau uang atau daya beli di setiap anggota masyarakat luas di Indonesia” kata Gita. Bulan-bulan terakhir menurut Gita, upaya mendongkrak daya beli masyarakat sudah mulai menampakkan hasil.

“Tapi apakah itu akan membawa pemulihan yang meluas, saya melihat ini sangat dibatasi oleh secepat apa kita bisa melakukan vaksinasi,” tambahnya. Dalam hitungan Gita, butuh vaksinasi 300 ribu orang per hari, agar selama 2021 bisa memvaksinasi 100 juta penduduk. “Namun ada keterbatasan dalam ketersedian vaksin, yang sudah dikonfirmasi oleh pemerintah, belum mencapai 100 juta untuk 2021,” lanjutnya.

Dari sisi konsumsi ini, Gita juga menyoroti, bahwa Indonesia memiliki keuntungan karena memiliki kelompok usia muda yang sangat besar. “Ini berkolerasi dengan gaya konsumsi, yang jauh lebih tinggi dibanding negara lain di Asia Tenggara,” tambah Gita.

Ia menegaskan secara strutural ekonomi di Indonesia lebih baik dibanding sejumlah negara tetangga seperti Malaysia, Filiphina, dan Thailand. “Namun meskipun kontraksi ekonomi kita tidak separah negara tetangga di asia Tenggara, tetap masih bisa disikapi agar lebih baik lagi,” lanjutnya. Perbaikan yang dimaksud antara lain dengan memperlancar proses penurunan dana yang BLT dan bansos.

Salah satu pelaku bisnis yang turut berbagi pengalaman dalam webinar adalah CEO Hijup.com Diajeng Lestari, startup yang memghimpun para desainer busana muslim untuk berkolaborasi dalam pemasaran dan promosi. Diajeng mengakui di masa pandemi konsumen lebih memilih produk yang lebih murah untuk barang yang non-ensensial seperti fesyen.

Sebab, masyarakat akan lebih mengutamakan berbelanja kebutuhan pokok. Meski demikian, kata Diajeng berkat bantuan kesiapan digital, platform HIJUP bisa bertahan. “Bisa dibilang ketika pandemi kita sudah siap, karena digital platformnya sudah ada, media sosial, penguatan organiknya sudah sudah kita bangun sepanjang sembilan tahun kemarin,” tambahnya.

Bahkan, pandemi kata Diajeng juga menumbuhkan kreativitas yang justru menghasilkan efisiensi, karena partner yang bergabung bisa melakukan banyak proses dari tempatnya masinh-masing sehingga ongkos bisa dipangkas. “Di sini ada proses efisiensi dan alhamdulilah makin banyak desainer bergabung,” lanjut Diajeng.

Direktur Jaringan dan Retail Banking Bank Mandiri, Aquarius Rudianto mengatakan, sharing mengenai kondisi ekonomi dan kebijakan ini untuk membantu menyiapkan diri dan merencanakan strategi bisnis. “Ini bagian dari integrasi dan kolaborasi Bank Mandiri dan para nasabah untuk kita sama-sama berupaya membangun perekonomian Indonesia,” jelas Aquarius.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved