Trends

Ivan Sini Kembangkan Pembibitan Sapi Wagyu

Ivan Sini Kembangkan Pembibitan Sapi Wagyu
Dokter Ivan Sini, ahli bayi tabung yang mendirikan Moosa Farm

Potensi pasar daging sapi di Indonesia sangat potensial. Pada tahun 2017 saja, sekitar 160.197 ton daging sapi diimpor ke Indonesia dengan nilai US$ 625 juta. Mayoritas diimpor dari Australia 53% atau setara dengan US$ 296,3 juta. Dan 10% dari angka impor ini untuk pasar premium, yang didalamnya ada wagyu.

Inilah yang dibidik PT Moosa Genetika Farmindo (Moosa), salah satu unit bisnis Grup Bunda. Grup Bunda merupakan grup bisnis yang mengelola jaringan RS Bunda yang juga dikenal luas sebagai rumah sakit bayi tabung di Indonesia.

Dr. Ivan Sini, pemilik grup bisnis ini juga merupakan ahli bayi tabung terkemuka di Indonesia mengatakan Moosa Farm menunjung konsep pertanian baru untuk merevolusi bisnis peternakan Indonesia. “Berbekal peneglaman kami dan keberhasilan dalam pengobatan reproduksi manusia telah mendorong kami untuk mendorong swasembada ternak,” terang Ivan dalam konferensi pers tentang Revolusi Bisnis Peternakan di Indonesia di Cikang Resto Menteng Jakarta (25/07/2019).

Bersama Prof. Arief Boediono, ahli embriologi dari IPB, dikembangkan konsep Moosa. Prof. Arief memiliki pengalaman dari Jepang dan yang membangun program Embryo Transfer dalam industri ternak di Indonesia. Ivan menambahkan Moosa Farm juga didukung oleh Dr Sigit Prastowo yang merupakan ahli genetika pertanian membantu dalam memilih sapi terbaik secara fisik dan genetika serta Prof. Suzuki sebagai konsultan agrikultur Jepang.

Permasalahan besar dari swasembada daging sapi di Indonesia berada di belum terbentuknya rantai usaha dan terbatasnya ketersediaan lahan untuk penggemukan sapi. Dan masalah lain yaitu biaya industri daging sapi lokal dari sisi pembibitan, penggemukan sampai pemotongan yang besar sehingga menjadikan harga sapi lokal menjadi tidak kompetitif.

Upaya terobosan dalam pembibitan yang dilakukan adalah menggunakan teknologi Transfer Embrio (TE) atau program Sapi Tabung. Program ini dilakuan diluar negeri untuk mempercepat peningkatan populasi sapi genetik tinggi seperti program pembibitan Wagyu di Jepang.

Sapi Wagyu adalah merupakan type sapi yang mempunyai nilai jual tinggi dimana harga daging dengan kualitas terbaik di pasaran berkisar antara Rp 1-2 juta per kilogram. Produksi daging Wagyu lokal dapat membantu untuk menyediakan daging Wagyu berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau.

Moosa Farm adalah usaha peternakan yang dikembangkan dengan menerapkan pembibitan Wagyu menggunakan program Sapi Tabung. Peternakan ini mempunyai lokasi di Solok dan Kota Padang, Sumatera Barat di area seluas total 28 hektar.

400 sapi, masih ada 10 hektar di Padang. Area terintergasi di Solok tepatnya, masih dikembangkan peternak lokal.

“Sekarang ada 101 embrio yang sudah dibibitkan. Inhouse productions tidak mudah, banyak trial and error, seperti yang diterapkan di bayi tabung yang selama ini untuk manusia di RS Bunda. Dibutuhkan waktu trial and error 2-3 tahun sampai bayi tabung sapi pertama lahir 30 Juni 2019,” terangnya. Targetnya sekitar 50 sapi wagyu yang dihasilkan tahun pertama dari Moosa Farm. “Fokus kami lebih pada produksi embrio sapi wagyu dan anakan yang berusia 10 bulan, yang bisa dikembangkan pihak lain,” tambahnya

Ivan menegaskan dengan konsep yang diterapkan di peternakannya, daging sapi yang dihasilkan adalah daging premium dan dikemas dengan standar internasional dan halal. Karakteristik daginng premium Moosa menurutnya high marbling, high meat tendderness dan fresh, chilled and frozen.

Kunjungan Prof Tatsuyuki Suzuki dari Jepang yang hadir pada saat konferensi pers, seorang pakar reproduksi hewan dari Jepang dan konsultan Moosa Farm, membantu dalam peningkatan optimalisasi hasil program Sapi Tabung. Acara edukasi dilakukan untuk membuka minat dan kesempatan untuk para peternak lokal dalam beternak Wagyu secara profesional.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved