Management Trends

Dukungan VIDA Tingkatkan Kompetensi SDM Kriptografi

Dukungan VIDA Tingkatkan Kompetensi SDM Kriptografi
Chief Operating Officer (COO) & Co-Founder VIDA, Gajendran Kandasamy
Chief Operating Officer & Co-Founder VIDA, Gajendran Kandasamy.

Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) menyebut dibutuhkan sekitar 10.000 sumber daya manusia (SDM) di bidang keamanan siber setiap tahunnya, khususnya sebagai analis dan engineer. Namun, kebutuhan tersebut tidak sejalan dengan talenta SDM yang tersedia saat ini. Dukungan kebijakan pemerintah dan kerja sama dengan pihak swasta diperlukan untuk meningkatkan kompetensi SDM bidang keamanan siber di Indonesia.

Sebelumnya, Badan dan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah meluncurkan Peta Okupasi Nasional Keamanan Siber pada 2020 untuk mendorong urgensi dan fokus dalam peningkatan kompetensi SDM yang profesional dan berdaya saing di bidang keamanan siber. Sejalan akan hal ini, baru-baru ini BSSN menyiapkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai standar kompetensi bagi tenaga kerja pada area fungsi keamanan siber, yakni kriptografi.

Sebagai perusahaan penyedia identitas digital di Indonesia, VIDA pun turut berpartisipasi sebagai tim perumus dalam rancangan SKKNI bidang kriptografi tersebut. Diwakili oleh salah satu pendiri perusahaan yakni Gajendran Kandasamy, VIDA berpartisipasi penuh sebagai tim perumus yang bertugas untuk menyusun rancangan dan mengkaji ulang SKKNI sesuai standar dan best practice terbaik industri secara global.

Chief Operating Officer & Co-founder VIDA Gajendran Kandasamy mengatakan, hal itu telah diterapkan pihaknya dalam operasional sehari-hari sebagai Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE).

“Kami merasa terhormat dapat ikut serta dalam standardisasi kriptografi nasional sebagai satu satunya perwakilan dari PSrE yang terlibat. Hal ini menjadi validasi dari standar dan praktik terbaik yang diacu oleh VIDA serta memacu semangat saya dan tim untuk terus mengembangkan produk berbasis kriptografi seperti tanda tangan elektronik dan juga sertifikat elektronik yang secara aspek beyond compliance telah memenuhi aspek keamanan meliputi kerahasiaan, integritas, ketersediaan, dan nirsangkal,” katanya.

Kriptografi merupakan metode untuk menyampaikan pesan secara tersembunyi dengan memanfaatkan teknik enkripsi. Metode ini sering digunakan untuk pembuatan password, kunci digital, tanda tangan digital, verifikasi data atau verifikasi identitas secara online, penjelajahan situs web di internet, serta melindungi komunikasi pribadi saat transaksi kartu kredit dan email.

Layanan tanda tangan digital dari VIDA menggunakan metode kriptografi asimetris dengan infrastruktur kunci publik (Public Key Infrastructure). Infrastruktur kunci ini melibatkan dua tipe yaitu kunci privat dan kunci publik. Kunci publik ini akan dilekatkan bersama dokumen elektronik yang telah dienkripsi dengan kunci privat penanda tangan sehingga identitas penandatangan dan integritas dokumen dapat dipastikan kebenarannya.

“Teknologi VIDA seperti Public Key Infrastructure menerapkan standar teknologi kelas dunia yang disertifikasi dan diakui secara internasional. Kami berharap, standar industri secara global yang dirumuskan dalam SKKNI bidang kriptografi ini dapat bermanfaat sebagai acuan bagi industri di Indonesia dalam meningkatkan keamanan siber,” jelas Gajendran.

Lebih lanjut Gajendran menambahkan, berdasarkan pengalaman perusahaan selama ini dalam hadirkan identitas digital yang cepat, nyaman maupun aman, peran penguasaan teknik kriptografi sangatlah besar dalam mengurangi risiko identity fraud di Indonesia.

Karenanya VIDA terus bersinergi bersama pemerintah dan partner platform digital dalam upaya meningkatkan keamanan siber di Indonesia yang selaras dengan upaya untuk menumbuhkan kemandirian teknologi di dalam negeri.

“Tentunya hal ini juga akan semakin memperkuat keamanan dan ketahanan siber secara nasional sehingga diharapkan tercipta ekosistem yang kondusif membantu pertumbuhan ekonomi digital,” imbuh dia.

Seiring banyaknya masyarakat yang terkoneksi internet, jaminan keamanan data semakin jadi krusial pada kehidupan masyarakat. Menurut Survei APJII, saat ini terdapat 210.026.769 penduduk yang sudah terkoneksi internet dari total populasi 272.682.600 penduduk Indonesia dengan peningkatan persentase penetrasi internet mencapai 77,2% pada 2021-2022.

Layanan VIDA diharapkan dapat menjadi solusi dalam proses penandatanganan dokumen digital maupun verifikasi data pengguna yang lebih efisien dengan integritas data yang terjamin.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved