Economic Issues

Benahi Pertanian, Tingkatkan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi

Oleh Admin
Benahi Pertanian, Tingkatkan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, mengusulkan agar sektor pertanian dibenahi untuk membenahi kualitas pertumbuhan ekonomi.

Dia melihat sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 35 persen dan berkontribusi 15 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Di Argorejo, Bank Mandiri memberdayakan masyarakat desa untuk mengoptimalkan potensi wilayah, termasuk memanfaatkan pupuk organik untuk digunakan pada areal sawah sehingga produksi padi dapat lebih baik dan sehat.

Di Argorejo, Bank Mandiri memberdayakan masyarakat desa untuk mengoptimalkan potensi wilayah, termasuk memanfaatkan pupuk organik untuk digunakan pada areal sawah sehingga produksi padi dapat lebih baik dan sehat.

“Sektor pertanian harus dibereskan, langkah-langkahnya banyak, utamanya di sektor pertanian hortikultura,” kata Eko saat ditemui di kantor Indef, Jakarta Selatan.

Salah satu ide yang diberikan oleh Eko adalah klasterisasi komoditas pangan. Klasterisasi ini dibagi tiga antara komoditas pertanian untuk ekspor, komoditas dengan keterkaitan tinggi dengan inflasi, dan komoditas yang memberikan dampak besar kepada pendapatan petani.

Bagi dia, klasterisasi ini memperjelas sasaran dari komoditas tersebut, serta akan melahirkan penanganan yang tepat bagi komoditas-komoditas tersebut.

Eko memandang selama ini, ada komoditas pertanian yang meningkat harganya, namun kenaikan itu tidak dinikmati petani, melainkan oleh para distributor.

Karena itu, selain klasterisasi, Eko juga menyerukan perlunya perbaikan tata niaga komoditas pertanian. Perbaikan secara institusional, menurut Eko bisa menghasilkan margin yang awalnya dinikmati pedagang, bisa juga dinikmati petani.

Implikasi perbaikan sektor pertanian akan memiliki implikasi besar, misalnya pada hari raya. Karena banyak sekali, harga-harga komoditas naik, tapi petani tidak sampai menikmati hasil kenaikan tersebut. “Ada momentum-momentum harga bagus, mendorong petani untuk menanam,” ujar Eko.

Namun mengingat lahan pertanian yang sempit, Eko mengungkapkan perlunya intensifikasi. Masalah intensifikasi ini perlu didukung oleh research and development yang kuat. Sampai saat ini diketahui dukungan bagi kegiatan R&D masih kecil.

Dari data yang dimiliki Indef, R&D spending di Indonesia masih kecil dibandingkan negara-negara lain, yaitu baru 0,27 persen dari PDB pertanian. Padahal Malaysia memiliki angka 1,92 persen dari PDB pertanian mereka untuk R&D.

Karena kegiatan R&D yang rendah inilah, penemuan benih unggul yang dihasilkan tak sesuai harapan. Padahal, return on investment untuk R&D tinggi, yaitu antara 43 persen sampai 151 persen.

Tempo


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved