Trends Economic Issues zkumparan

Hadapi Ketidakpastian, Industri Kopi Optimistis Bangkit Kembali

Hadapi Ketidakpastian, Industri Kopi Optimistis Bangkit Kembali
(ki-ka) Perwakilan Kapal Api Global Suyanto, Global Renowed Coffee Analyst Judith Ganes dan Global Coffee Expert Moelyono Soesilo. (foto: Jeihan Kahfi/SWA)

Saat ini ekonomi global masih dibayang-bayangi krisis dan ancaman resesi ekonomi di masa mendatang. Hal ini tentu memengaruhi berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali sektor pangan dan utamanya komoditas kopi.

Tahun 2022 disebut sebagai badai yang sempurna bagi komoditas kopi. Hal ini disampaikan oleh Moelyono Soesilo, Global Coffee Expert dalam acara Coffee Market Outlook 2023 dengan tajuk ‘Challenge and Opportunity‘ di Hotel Borobudur, Jakarta, (19/10/2022). Coffee Market Outlook 2023 adalah acara kolaborasi yang diselenggarakan oleh Kapal Api Global dan KopiKita, sebuah aplikasi yang melayani segala kebutuhan terkait kopi berbasis komunitas.

Ini merupakan kolaborasi pertama antara Kapal Api Global dan KopiKita, mengingat dua organisasi tersebut mempunyai kesamaan visi dan bergerak di sektor yang sama, yakni komoditas kopi.

“Di tahun 2022 meskipun para pelaku bisnis kopi berada di perahu yang berbeda, tetapi kita mengalami badai yang sama. Ekosistem kopi menghadapi masalah kualitas produksi kopi Indonesia akibat musim kemarau kering. Isu kualitas kopi ini menjadi fokus utama sepanjang tahun 2022. Alasan utamanya adalah produksi kopi Indonesia mengalami over-fermented, mengalami tingkat kematangan yang jauh dari kata baik,” ujar Moelyono.

Global Coffee Expert Moelyono Soesilo. (foto: Jeihan Kahfi/SWA)

Ia membuktikan dalam risetnya dengan menunjukkan dua contoh pohon kopi yakni Kopi Tanggamus dan Kopi Lampung Barat. Dalam kasus kopi Tanggamus, jumlahnya semakin berkurang. Tingkat produksi menjadi menurun cukup drastis. Sementara itu untuk kasus yang terjadi pada kopi Lampung Barat buahnya menjadi jauh lebih kecil. Apabila intensitas hujan tinggi, maka diprediksi untuk produktivitas kopi Lampung Barat pun bisa jadi menurun.

Hadir pula sebagai pembicara yaitu Judith Ganes selaku Global Renowed Coffee Analyst. Menurutnya, ekosistem kopi ke depan mungkin akan mengalami pasang surut. Hal ini imbas dari perang Rusia-Ukraina yang memberikan dampak cukup serius terhadap supply chain dan harga. “Kita harus melihat perang ini dalam skala global. Meski tidak memiliki dampak langsung terhadap komoditas kopi, tetapi secara global akan memiliki dampak terhadap industri kopi dunia,” ungkap Judith.

Sebagai informasi, Moelyono menyampaikan bahwa pada tahun ini produksi kopi nasional mengalami penurunan 10%. Ia memperkirakan pada tahun depan produksi masih mengalami penurunan hingga 10-15%. Adapun tahun ini jumlah produksi nasional sekitar 12 juta karung, sementara tahun depan diperkirakan menurun menjadi 10 – 10,5 juta karung baik jenis kopi robusta dan arabika.

Meski demikian, menurut Moelyono, tahun 2023 dari segi konsumsi kopi akan kembali normal dibanding tahun-tahun sebelumnya. Rata-rata konsumsi kopi nasional mencapai 5 – 5,2 juta karung atau sekitar 300 – 312 ribu ton per tahun. Ia menambahkan, mobilitas orang semakin tinggi, jika melihat kunjungan turis mancanegara mulai ramai, juga okupasi hotel mulai tinggi. Ia berkesimpulan bahwa mobilitas yang tinggi punya korelasi dengan konsumsi kopi. Kedua narasumber pun sepakat, meski akan terjadi pasang surut tapi bisnis kopi tetap promising atau tetap menjadi industri yang menjanjikan.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved