Economic Issues

INDEF: Kebijakan Kedaulatan Pangan Pemerintah Kurang Tepat

INDEF: Kebijakan Kedaulatan Pangan Pemerintah Kurang Tepat

Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) menilai kebijakan Pemerintahan Jokowi-JK terkait program swasembada pangan kurang tepat. Hal ini dikarenakan besarnya anggaran untuk program tersebut dirasa tidak sejalan dengan hasil yang didapatkan, sehingga bisa menimbulkan kerugian anggaran negara.

“Bukan hanya memberi kerugian anggaran negara yang dikeluarkan, tapi juga menimbulkan kerusakan seperti Pajale (Padi Jagung Kedelai),” kata Direktur INDEF, Enny Sri Hartati. Ia menjelaskan bahwa salah satu program prioritas Nawacita adalah Kedaulatan Pangan. Tidak tanggung-tanggung anggaran kedaulatan pangan melonjak 53,2 persen dari Rp 63,7 triliun pada tahun 2014 mencapai Rp 103,1 triliun pada APBN 2017.

Anggaran tersebut untuk peningkatan produktivitas pangan yang dialokasikan melalui empat komponen, yaitu yaitu Kementan, Kemenpupera, subsidi pupuk, dan subsidi benih. Total belanja keempat komponen ini melonjak 61,7 persen dari Rp 40,2 triliun (2014) menjadi Rp 65 triliun (2017). Artinya, empat komponen ini telah menyedot 59,5 persen dari total alokasi anggaran kedaulatan pangan. “Namun tingginya alokasi anggaran tersebut belum optimal dalam mewujudkan kedaulatan pangan,” ujarnya.

Ia mencontohkan salah satu kebijakan yang dianggap kurang optimal terkait padi, jagung, dan kedelai. Kebijakan Pemerintah untuk menyetop impor jagung tidak menyelesaikan masalah lantaran saat impor jagung dihentikan, hal ini justru meningkatkan impor gandum.“Penyetopan impor jagung secara mendadak itu menyebabkan 483.185 ton jagung impor sempat tertahan di pelabuhan dan berdampak pada peningkatan harga pangan ternak naik 20%,”jelasnya.

Lebih lanjut kata Enny, untuk impor besar juga masih cukup besar. Anggaran dan subsidi meningkat, namun impor beras juga meningkat. Berdasarkan data Pemberitahuan Impor Barang (PIB), Ditjen Bea Cukai menunjukkan impor beras pada tahun 2016 sebesar 1,3 juta ton dan Januari-Mei 2017 sebesar 94.000 ton.

Editor : Eva Martha Rahayu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved