Trends Economic Issues zkumparan

Kepala BKPM Promosi Investasi Industri Furnitur di China

Untuk menarik investor furnitur besar dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang berorientasi ekspor, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian dan pengusaha-pengusaha furnitur nasional melakukan “jemput bola” bertemu langsung dengan para pengusaha furnitur dari wilayah Guangzhou, Foshan dan Shandong.

Upaya promosi proaktif ini dilakukan untuk mengambil momentum perang dagang Amerika dan RRT yang membuat dunia usaha RRT akan melakukan relokasi ke Kawasan Asia Tenggara. Mengingat kultur bisnis investor RRT sangat tergantung restu dari Pemerintah-nya, Kepala BKPM bertemu langsung dengan Wakil Gubernur Provinsi Guangdong Ouyang Weimin dan Wakil Walikota Foshan Tan Ping untuk meningkatkan kerjas ama di berbagai bidang khususnya mendorong investasi perusahaan furnitur mereka ke Indonesia.

Di samping itu, telah dilakukan pertemuan one-on-one dengan para pengusaha besar industri furnitur serta kegiatan Forum Bisnis yang dihadiri 150 pengusaha besar furnitur dari wilayah Provinsi Shandong dan Provinsi Guangdong yaitu dari Dongguan, Foshan, Shenzen dan Guangzhou. Antusiasme para pengusaha RRT ini sangat tinggi dengan menanyakan berbagai detail regulasi, kesiapan rantai pasok industri dan bahan baku serta lokasi yang ditawarkan.

Kepala BKPM Thomas Lembong, menyampaikan bahwa di tengah kondisi perang dagang yang diprediksi akan berlangsung lama adalah saat yang tepat bagi pengusaha furnitur RRT untuk berinvestasi di Indonesia. Menurutnya, RRT sudah saatnya beralih dari “the world’s factories” menjadi negara basis industri-industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan.

Selain itu, disampaikan latar belakang Presiden Jokowi sebagai pengusaha furnitur serta beberapa parameter-parameter perbaikan iklim investasi di Indonesia, antara lain ketersediaan infrastruktur jalan tol lintas Jawa, pelabuhan ekspor impor Tanjung Mas, bandar udara internasional, keberadaan politeknik furnitur di Kendal, Jawa Tengah, insentif-insentif yang dapat diberikan pemerintah, serta lokasi-lokasi klaster yang ditawarkan yang meliputi kawasan Kendal, Pemalang dan Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah.

“Kami juga akan mengatur beberapa factory dan site visit untuk menjajaki lokasi pengembangan klaster industri furnitur dan kemungkinan kolaborasi dengan industri furnitur lokal,” jelas Kepala BKPM Thomas Lembong dam keterangan resmi kepada media.

Saat ini, pemerintah tengah berupaya fokus mengembangkan Provinisi Jawa Tengah sebagai basis klaster industri furnitur berorientasi ekspor dalam skala besar, namun tidak tertutup kemungkinan pengembangan ini dilakukan di lokasi-lokasi potensial lainnya. Meskipun realisasi investasi RRT ke Indonesia secara umum mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam lima tahun terakhir, beberapa pekerjaan rumah yang harus ditindaklanjuti antara lain jaminan ketersediaan bahan baku kayu dan rotan, relaksasi ketentuan impor mesin (relokasi) dan bahan baku industri furnitur.

Menurutnya, perlunya dukungan Pemerintah Daerah terutama dalam hal percepatan dan kemudahan dalam pembebasan lahan di lokasi-lokasi yang akan dikembangkan, dukungan ketersediaan tenaga kerja terampil melalui penyediaan pendidikan vokasi, kemudahan penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) selama pendirian pabrik hingga operasional stabil guna alih teknologi, perolehan Visa Izin Tinggal Terbatas, kesiapan infrastruktur pelabuhan Tanjung Emas untuk melayani aktivitas ekspor-impor, serta jaminan keamanan dan perlindungan bagi investasi skala besar.

Oleh karena itu, perlu adanya diseminasi kepada publik secara terukur dan terus-menerus mengenai dampak positif investasi RRT di Indonesia. Selain itu, perlu multiplier effect dan trickling down effect kepada masyarakat pada umumnya, serta pengusaha lokal pada khususnya, benar-benar dapat terwujud.

Adapun Ketua Asosiasi Industri Furnitur Nasional menggarisbawahi kesiapan pelaku usaha nasional melakukan kolaborasi dengan pengusaha RRT. “Saat ini RRT merupakan eksportir furnitur terbesar di dunia, yang menguasai hampir 40% produksi furnitur dunia. Nilai ekspor mencapai US$ 52 miliar dibandingkan Vietnam dan Indonesia berturut-turut sebesar US$ 8,5 miliar dan USD 1,7 miliar,” jelasnya. Sebagai tindak lanjut, sejumlah pengusaha furnitur RRT akan melakukan kunjungan ke Indonesia pada Trade Expo Indonesia (TEI) 16-20 Oktober 2019. Selanjutnya akan berkunjung ke Kota Cirebon, Jawa Barat dan Kota Semarang, serta beberapa kota lainnya di Jawa Tengah untuk penjajakan lapangan lokasi industri furnitur.

Diharapkan daerah-daerah tersebut akan menjadi klaster furnitur baru yang siap menampung relokasi industry furnitur Tiongkok ke Indonesia. Mereka juga akan melakukan beberapa coutesy meeting dengan Pemerintah Pusat dan Daerah serta pengusaha nasional. Selain itu BKPM telah mengagendakan kunjungan lanjutan ke Provinsi Shandong, RRT pada akhir tahun 2019 sebagai bagian dari upaya promosi investasi bidang industri furnitur.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved