Economic Issues

Menteri Pertanian: 90 Persen Kebutuhan Kedelai Dipenuhi Lewat Impor

Menteri Pertanian: 90 Persen Kebutuhan Kedelai Dipenuhi Lewat Impor

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan 90 persen kebutuhan komoditas kedelai nasional dipenuhi dari impor.

Ketua Komisi IV DPR RI Sudin menyoroti produksi kedelai nasional pada tahun 2021 yang hanya berkisar 240 ribu ton. Padahal, kata dia, kebutuhan kedelai nasional sekitar 2 juta ton. Menurut Sudin, kecilnya produksi kedelai nasional dikarenakan petani tidak tertarik menanam kedelai mengingat harganya rendah.

“Kebutuhan kedelai kita itu secara keseluruhan 7,2 juta ton. Ada bungkil, ada bubuk. Sementara kedelai segar hampir 2 juta ton. Berarti 90 persen lebih impor,” jelas Sudin saat rapat kerja dengan Komisi IV DPR bersama Kementerian Pertanian, Senin (24/1/2022).

Sudin mengajak Kementerian Pertanian mencari solusi bersama atas rendahnya produksi nasional. Salah satunya, katanya, dengan memastikan harga kedelai yang layak di tingkatan petani. Ia meyakini dengan harga yang disampaikan pemerintah yakni Rp 8.500 per kilogram, petani akan bersedia menanam padi dan produktifitas kedelai meningkat.

Seorang petani berdiri di ladang jagung di Ciamis, Jawa Barat, 10 Juli 2020. (Foto: AntaraAdeng Bustomi via REUTERS)
Seorang petani berdiri di ladang jagung di Ciamis, Jawa Barat, 10 Juli 2020. (Foto: AntaraAdeng Bustomi via REUTERS)

Sementara Anggota Komisi IVI Endang Setyawati mengimbau Kementerian Pertanian untuk mencari tanaman alternatif sebagai pengganti kedelai, termasuk kacang koro pedang yang tumbuh baik di Jawa Timur.

“Kami ingin mengimbau Dirjen Tanaman Pangan, banyak sekali tanaman lokal yang bisa menjadi substitusi kedelai. Ini belum pernah diperhatikan pemerintah,” jelas Endang Setyawati.

Endang juga menyoroti nilai tukar petani (NTP) tanaman pangan yang masih di bawah 100, meski secara umum NTP mengalami peningkatan. Sebab, kata dia, petani tanaman pangan merupakan ujung tombak dalam ketersedian pangan nasional.

Seorang petani menanam benih padi di sawah di Demak, 23 Oktober 2018. (Foto: Antara/Aji Styawan via REUTERS)
Seorang petani menanam benih padi di sawah di Demak, 23 Oktober 2018. (Foto: Antara/Aji Styawan via REUTERS)

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengamini pemenuhan kedelai nasional masih bergantung kepada impor dan harga yang rendah membuat petani tidak berminat untuk menanam kedelai. Selain itu, kata dia, tanaman kedelai juga rentan serangan hama sehingga berdampak kepada produktifitas kedelai lokal. Namun, kata dia, tantangan lainnya adalah persoalan anggaran tanaman pangan yang terus menurun setiap tahunnya.”Persoalannya ada di anggaran yang terus turun. Tanaman pangan itu dari Rp5 triliun turun menjadi Rp3 triliun, menjadi Rp2 triliun lalu tinggal Rp 1,7 triliun,” jelas Syahrul Yasin Limpo dalam rapat kerja.

Syahrul menjelaskan harga kedelai akan mengalami kenaikan, namun ia mengklaim Kementerian Pertanian akan berusaha mengatasi persoalan ini. Namun, ia meminta DPR mendampingi pihaknya dengan membentuk gugus tugas dalam mencari solusi bersama persoalan kedelai.

Sebelumnya, terkait kedelai, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menegaskan, pemerintah menjamin stok kedelai saat ini cukup dan aman untuk memenuhi kebutuhan nasional, khususnya untuk produksi industri pengrajin tahu dan tempe. Hal ini disampaikan menyusul peningkatan harga kedelai dunia.

Seorang petani menyemprot tanaman padi di lahan sawah yang makin terhimpit perumahan di Yogyakarta. (Foto: VOA/Nurhadi Sucahyo)
Seorang petani menyemprot tanaman padi di lahan sawah yang makin terhimpit perumahan di Yogyakarta. (Foto: VOA/Nurhadi Sucahyo)

“Kementerian Perdagangan bersama seluruh pelaku usaha kedelai nasional menjamin harga kedelai tetap terjangkau dan stok kedelai cukup untuk memenuhi kebutuhan industri pengrajin tahu dan tempe nasional, meskipun harga kedelai dunia masih cukup tinggi,” jelas Oke melalui keterangan tertulis Rabu (19/1/2022).

Oke menjelaskan, peningkatan harga kedelai disinyalir karena negara produsen kedelai, seperti Argentina dan Brasil, terdampak cuaca ekstrem. Selain itu, kata dia, terdapat pembelian kedelai dalam skala besar (rush buying) dari Amerika Serikat dan China setelah badai Ida berakhir.

Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada minggu kedua Januari 2022 sekitar USD 13,77/bushels atau setara USD 505/ton naik dari kondisi minggu pertama Januari 2022 yaitu USD 13,15/bushels atau setara USD 483/ton. Sementara harga di tingkat importir diperkirakan Rp9.300 per kilogram. [sm/ab]

Sumber: VoAIndonesia.com


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved