Economic Issues

Tantangan dan Prospek Nusantaranomics dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia

Nusantaracomics merupakan sebuah sistem ekonomi-politik yang berlandaskan ekonomi lokal perlu terus didorong dan diperkuat dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini karena Nusantaranomics mengangkat model ekonomi lokal yang berbasis pada kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan dan sangat mengutamakan nilai-nilai lokal, budaya ekonomi lokal, sosial dan kelembagaan lokal. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Publikasi Ilmiah dan Informasi Strategis, Dr. Eva Anggraini dalam pembukaan The 27th IPB Strategic Talk yang bertajuk “Tantangan dan Prospek Nusantaranomics dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia”.

Dalam diskusi ini hadir beberapa pembicara yang kompeten di bidangnya. Salah satu pembicara, Dr. Fachru Novian, menguraikan pentingnya ekonomi keseimbangan dalam pembangunan ekonomi, di antaranya keseimbangan dalam konteks ekonomi dan demokrasi dalam sistem ekonomi Indonesia. Dalam pandangannya, pendekatan ekonomi mainstream (nasional) yang ada di Indonesia saat ini dengan beragam paradoksnya terlihat tidak siap dalam menghadapi badai pandemi Covid-19. “Kondisi ini berbanding jauh dengan negara-negara lain di dunia yang telah siap menghadapi dampak pandemi Covid-19 dengan kontekstualisasi implementasi model ekonomi yang berbasis teknologi,” ujar Fachru.

Ia menambahkan, keberhasilan negara-negara maju di Eropa, Amerika, Prancis, bahkan Cina dan Jepang dikarenakan mereka telah berhasil menemukan realitasnya sendiri dalam model ekonominya. “Untuk itu Nusantaranomics harus lebih kuat, atraktif, menarik dan relevan,” ujar Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi UPN Veteran Jakarta ini. Ia mengusulkan beberapa ide untuk pengembangan nusantaranomics, di antaranya dengan mengembangkan model nusantaranomitrics dan membangun Nusantara School of Economics yang terdiri dari beberapa konsorsium Perguruan Tinggi.

Pembicara kedua, Prof Ahmad Erani Yustika, yang merupakan Guru Besar Universitas Brawijaya, mengatakan, realitas struktur masyarakat seringkali nyaris diabaikan dalam kebijkan ekonomi mainstream. Padahal struktur masyarakat yang beragam memiliki peran penting dalam lahirnya sistem nilai, struktur sosial, dan kelompok masyarakat Indonesia. Struktur masyarakat yang berbeda itulah yang sebetulnya membentuk identitas ekonomi Indonesia yang disebut ekonomi nusantara.

Pria yang pernah menjabat sebagai Staf Khusus Presiden bidang ekonomi itu menambahkan kegagalan pembangunan ekonomi atau ekonomi mainstream yang paling pokok adalah keteledoran para ekonom memisahkan relasi antara ekonomi dengan faktor-faktor non ekonomi (sosial budaya). “Padahal struktur masyarakat yang terdiri dari etnisitas itu akan memunculkan nilai-nilai budaya yang akan menuntun pada tindakan dalam kegiatan ekonomi,” pungkas Erani.

Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia IPB, Prof. Arya H Dharmawan, sebagai pembahas menjelaskan, nusantaranomics yang berciri heterodox sebetulnya ingin melepaskan dari dependensi ekonomi. Meski di Indonesia terjadi Transnational Corporations (TNCs) tetapi fakta yang terjadi adalah ekonomi yang banyak menghidupi rakyat Indonsia adalah ekonomi UKM yang jumlahnya mencapai 75 juta UKM, di sinilah heterodox ekonomi yang bekerja.

Fakta menunjukan bahwa dari berbagai hasil riset yang dilakukan market ekonomi terdistorsi tidak bisa bekerja pada tataran Nusantaranomics yang merupakan ciri ekonomi nusantara yang sifatnya lekat pada budaya, struktur sosial, etnisitas dan bekerja pada tataran lokalistik.

Prof. Didin S Damanhuri, penggagas Nusantaranomics yang juga hadir dalam diskusi ini mengatakan, Nusantaranomics akan membutuhkan basis-basis teori baru dalam kelembagaan ekonomi. “Nusantaranomics yang berciri heterodox yang sangat tepat untuk membangun ekonomi yang berkeadilan dan mensejahterakan,” ungkap Guru Besar Tetap Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University ini.

Dede Suryadi


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved