Trends Economic Issues

World Bank Sebut Ekonomi China Pulih Dorong Pertumbuhan Asia Timur dan Pasifik

Aaditya Matto, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik (Foto: Audrey/SWA)

Pertumbuhan di negara-negara berkembang Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan meningkat tahun 2023 karena ekonomi China dibuka kembali, sementara laju pertumbuhan di sebagian besar ekonomi di wilayah lainnya diperkirakan akan berkurang setelah rebound yang kuat tahun lalu.

Berdasarkan laporan Ekonomi Kinerja April 2023 dari Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik, mengatakan bahwa walaupun performa ekonomi di seluruh wilayah dapat kuat, di tahun ini dapat terhambat karena perlambatan pertumbuhan global, kenaikan harga komoditas, dan kondisi keuangan yang ketat sebagai respons atas inflasi yang persisten.

Aaditya Matto, Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik mengatakan kegiatan ekonomi negara berkembang ASEAN-5 dan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, telah pulih dari guncangan perekonomian global baru-baru ini. Pemulihan ini ditandai dengan membaiknya ekspor barang dan tingginya konsumsi. Namun, Aaditya menganggap inflasi dan kondisi perekonomian global masih akan menjadi ancaman pada tahun ini.

“Pertumbuhan di negara berkembang Asia Timur dan Pasifik diperkirakan akan meningkat menjadi 5,1% pada tahun 2023 dari 3,5% pada tahun 2022, karena pembukaan kembali China membantu ekonomi pulih ke laju 5,1% dari 3% tahun lalu. Pertumbuhan di kawasan di luar Tiongkok diperkirakan akan melambat menjadi 4,9% dari pemulihan kuat pasca-COVID-19 sebesar 5,8% pada tahun 2022, karena inflasi dan peningkatan utang rumah tangga di beberapa negara membebani konsumsi, ujar Aaditya pada dalam konferensi pers World Bank’s East Asia and Pacific April 2023 Economic Update, Jumat (31/03/2023).

Manuela V. Ferro, Wakil Presiden Bank Dunia untu Asia Timur dan Pasifik mengatakan, “Sebagian besar ekonomi utama di Asia Timur dan Pasifik telah melewati kesulitan pandemi tetapi sekarang harus menavigasi lanskap global yang berubah. Untuk mendapatkan kembali momentum, masih ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk mendorong inovasi, produktivitas, dan menetapkan fondasi untuk pemulihan yang lebih ramah lingkungan.”

Di antara ekonomi yang lebih besar di kawasan ini, sebagian besar, termasuk Indonesia, Filipina, dan Vietnam, diantisipasi tumbuh lebih lambat pada tahun 2023 dibandingkan tahun 2022. Sebagian besar negara Kepulauan Pasifik diperkirakan tumbuh lebih cepat pada tahun 2023, tetapi laju ekonomi Fiji yang luar biasa kuat di 2022 kemungkinan akan moderat.

Sebagian besar negara di kawasan EAP telah mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dan lebih stabil selama dua dekade dibandingkan ekonomi di kawasan lain. Hasilnya adalah penurunan kemiskinan yang mencolok dan, dalam dekade terakhir, juga penurunan ketimpangan.

Namun, mengejar tingkat pendapatan per kapita negara-negara maju telah terhenti dalam beberapa tahun terakhir karena pertumbuhan produktivitas dan laju reformasi struktural telah melambat. Mengatasi ‘kesenjangan reformasi; yang signifikan, terutama di bidang jasa, dapat memperbesar dampak revolusi digital dan mendorong produktivitas di berbagai sektor mulai dari ritel dan keuangan hingga pendidikan dan kesehatan.

Perekonomian kawasan juga harus mengatasi tiga tantangan penting karena para pembuat kebijakan bertindak untuk mempertahankan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi setelah COVID-19. Ketegangan yang meningkat antara mitra dagang utama akan memengaruhi arus perdagangan, investasi, dan teknologi di seluruh kawasan. Menuanya ekonomi-ekonomi utama di Asia Timur dan Tenggara dengan cepat menimbulkan serangkaian tantangan dan risiko baru yang berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi, keseimbangan fiskal, dan kesehatan.

Terakhir, kawasan ini sangat rentan terhadap risiko iklim, sebagian karena kepadatan penduduk yang tinggi dan aktivitas ekonomi di sepanjang pantainya. “De-globalisasi, penuaan, dan perubahan iklim membayangi prospek pertumbuhan suatu kawasan yang telah berkembang melalui perdagangan dan menjadi tua dengan cepat. Namun, mempromosikan perdagangan, menangani dinamika populasi dan meningkatkan ketahan iklim dapat memperkuat pertumbuhan ekonomo,” terang Aaditya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved