Management Trends

Eksistensi IBM Hasil dari Nilai Budaya Perusahaan

Eksistensi IBM Hasil dari Nilai Budaya Perusahaan

Gunawan Susanto, CEO IBM Indonesia

Kekuatan sumber daya manusia menjadi hal yang penting dalam menjalankan sebuah perusahaan. Pernyataan ini sejalan dengan mantan CEO IBM Indonesia, Betti Alisjahbana. Menurutnya, IBM (International Business Machines) dapat melintasi jaman seperti sekarang berkat kekuatan SDM-nya. Menurut wanita yang kini memimpin QB Leadership, sebuah persuahaan konsultan yang fokus di SDM ini, usia IBM Indonesia yang memasuki 80 tahun menjadi bukti kekuatan IBM yang telah mengalami pasang surut dalam dunia bisnis..

IBM memiliki komitmen tinggi pada karyawannya. Pengembangan karyawan sangat menjadi perhatian tersendiri. Menurut Betti, IBM berhasil memberikan perlakuan yang baik bagi karyawannya, karena pendiri IBM percaya dengan memperlakukan pegawai sangat baik akan membuat mereka memperlakukan klien dengan sangat baik pula. Selain itu, nilai-nilai IBM yang dipegang kuat sejak awal berdiri menjadi modal besar dalam bertahannya perusahaan hingga saat ini. “Kami sudah lama menerapkan GCG yang dirangkum dalam IBM Business Conduct Guideline. Akuntabilitas perusahaan juga sangat dijaga, nilai-nilai itulah menjadi budaya,” imbuhnya.

Mantan CEO IBM Indonesia, Betti Alisjahbana.

Gunawan Susanto, CEO IBM Indonesia saat ini mengamini yang disampaikan Betti Alisjahbana. Menurutnya IBM bisa terus bertahan ratusan tahun (IBM Global berumur 106 tahun) karena budaya didalamnya, reinventing itself. Dengan menempatkan budaya itu, IBM berhasil mengikuti jaman. Bagi Gunawan, IBM perusahaan yang bisa melewati masa sulitnya dengan melakukan transformasi. Saat itu IBM tidak mau lagi masuk dalam area komoditi, tapi masuk dalam area yang memberikan value lebih. “IBM melakukan perubahan dan berani. IBM menjual bisnis PC yang sedang bagus-bagusnya saat itu. IBM melihat pasar ke depan,” katanya.

Kepuasan pelanggan juga menjadi prioritas IBM dalam menjalankan usahanya sebagai bentuk komitmennya. Menurut Betti, semua diukur berdasarkan kepuasan pelanggan sehingga kesuksesan IBM ditentukan oleh pelanggan. Maka dari itu hubungan IBM dengan klien atau pelanggan sangat dekat dan baik. Memberikan hal terbaik dan berguna bagi pelanggan salah satu bentuk customer oriented yang dimiliki IBM yang menciptakan hubungan jangka panjang.

Inovasi tiada henti juga senantiasa dilakukan oleh IBM berkat komitmen R&D yang sangat tinggi. Riset yang dilakukan IBM terus relevan dengan kondisi jaman, baginya innovation that matters for IBM and for the world. Budaya IBM dibentuk dari nilai-nilai yang dipegang yaitu dedicated to our customer success dan respect and responsibility in all relationship. “Nilai-nilai itu telah mendarah daging, menjadi pemersatu dimanapun kami berada,” ungkap Betti. Selain inovasi, transformasi perusahaan menjadi kunci umur panjang IBM. Ia akui bahwa perusahaan yang dapat berusia hingga ratusan tahun pasti melakukan transformasi secara terus-menerus.

Saat ini IBM banyak melakukan akuisisi software company, cloud company soft layer, dan akuisisi line business yang berbeda seperti healthcare company, bahkan weather company yang menurutnya sangat dibutuhkan untuk melengkapi industri lainnya. “IBM dulu dianggap sebagai perusahaan server dan infrastruktur Saat ini IBM bergerak lebih ke solusi, pelayanan dan cloud. Perubahan ini sebagai bentuk pahamnya IBM yang akan terjadi di masa datang sehingga terus berinovasi dan bertransformasi,” terang Gunawan, CEO IBM termuda ini. “Transfomasi terus dijalankan di IBM. Terkadang posisi yang sulit harus berkompromi dan memaksa IBM menutup atau melebur unit bisnis agar perusahaan lebih sehat,” ungkapnya.(Reportase: Herning Banirestu


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved