Technology Trends zkumparan

Fenomena Berbagi Hunian Melalui Co-living

Sumber foto: sun-and-co.com

Pergeseran cara berpikir terjadi pada generasi millenial. Kini, mereka tak sekadar berbagi ruang kerja dan transportasi saja. Lebih jauh lagi mereka mulai berbagi akomodasi bersama dalam bentuk tempat tinggal baru.

Berbagi tempat tinggal baru, di mana para penghuninya memiliki kesamaan dalam gaya hidup dilakukan oleh generasi yang lahir setelah tahun 1995 ini. Dikenal dengan istilah co-living, cara ini menarik sebagian negara-negara di Asia. Hong Kong dan China menjadi negara yang paling banyak mengadopsi bentuk ini. Menurut penelitian, hal ini dikarenakan harga rumah yang tinggi, sehingga mengharuskan mereka sharing guna mereduksi harga.

Pengelolaan co-living dilakukan secara profesional dengan mengutamakan pelayanan pada aspek komunitas yang disesuaikan dengan masing-masing ketertarikan dan minat dari penghuninya. Menurut Head of Research JLL Hong Kong, Denis Ma, bagi mereka yang belum mampu membeli rumah sendiri, kehadiran konsep ini menawarkan solusi yang terjangkau bagi kebutuhannya. “Co-living memberikan alternatif untuk mereka yang masih tinggal di rumah keluarga, sewa bersama, atau rumah susun,” ungkapnya.

Di China, konsep co-living dimulai oleh You+ International Youth Community, disusul oleh pengelola lain yang muncul pada 2012. Pada akhir tahun 2016, terdapat hampir 90 pengelola di seluruh Negeri Tirai Bambu itu. Vanke Port Apartment adalah salah satu pengelola terbesar China, yang memiliki lebih dari 60 ribu unit. Sementara itu, You+ mengoperasikan 16 properti, Mofang juga bertambah menjadi sekitar 15 ribu, ZiRoom mengoperasikan 7 properti dan Coming Space mengelola 10 ribu unit.

Di India telah terdapat empat perusahaan start-up yang memiliki fokus pada co-living di Gurgaon dan dua yang berbasis di Bengaluru. Sementara itu di Singapura, Aurum Investments, anak perusahaan dari co-working space Collision8, telah berinvestasi di sebuah startup co-living baru bernama Hmlet. Didukung oleh sulitnya memiliki rumah dan sedikitnya pasokan perumahan, pasar co-living terbukti menarik bagi para investor dan pemilik properti terutama di sektor perhotelan.

Gaya hidup milenial dan meningkatnya biaya akomodasi mendorong perubahan untuk saling berbagi. Fenomena ini mungkin secara perlahan akan masuk di Indonesia, menyusul diadopsinya transportasi daring dan penyewaan penginapan daring.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved