Trends Economic Issues zkumparan

Fintech Perkuat Usaha Mikro Pemulung dan Ekonomi Sirkular

CEO Restock, Muhamad Farid Andika. (Foto : Istimewa)

Restock, perusahaan teknologi finansial atau fintech peer to peer (P2P) lending, bermitra dengan Octopus untuk mengembangkan perekonomian sirkular. Octopus adalah perusahaan yang membuat aplikasi yang digunakan oleh pengguna untuk memanggil scavenger (pemulung) agar dapat mengambil sampah langsung dari rumah, sehingga dapat memaksimalkan waktu dan meningkatkan pendapatan mereka.

Muhammad Farid Andika, CEO Restock mengatakan, scavengers atau pemulung dapat menjadi salah satu usaha mikro yang layak untuk diberikan pinjaman. “Setelah mengenal Octopus dan mencoba memahami bahwa apa yang mereka lakukan adalah menggunakan informasi teknologi dalam industri waste management, kami bisa mendapatkan data yang diperlukan untuk menilai kelayakan investasi di bidang ekonomi sirkular,” tutur Farid di Jakarta, Rabu (30/9/2020).

Andi Moehammad Ichsan, CEO Octopus, menyampaikan pihaknya berharap dapat menjadi one stop circular economy platform. Saat ini, Otopus elah mendapatkan dukungan pendanaan dari Restock dan bekerjasama untuk terus meningkatkan kapasitas para scavengers.

Hingga saat ini, Restock telah memberikan pendanaan lebih dari 22 ribu kali kepada para scavengers yang terdaftar di dalam aplikasi Octopus. Di awal inisiasi kerja sama ini, Restock dan Octopus berharap bahwa industri waste management di Indonesia dapat mengejar perkembangan di tingkat global. Farid menjelaskan kerja sama ini menjadi sebuah ground breaking experience untuk dapat melihat potensi yang besar dari ekonomi sirkular Indonesia yang berpijak dari data Octopus.”Sehingga menjadikan Restock sebagai pionir fintech pembiayaan yang turut serta dalam mengakselerasi usaha mikro yang tergabung dalam aplikasi Octopus,” ungkap Farid.

Melalui Octopus, Restock dapat melakukan penilaian berdasarkan jejak rekam transaksi para pengusaha mikro tersebut kemudian memberikan bantuan pendanaan langsung melalui Octopus di sisi hulu untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan terkait usaha yang muncul dalam proses pengumpulan sampah secara mikro. Setelah berjalan sekitar tiga bulan, disimpulkan bahwa sistem yang dibentuk melalui kerja sama ini dan dengan dukungan teknologi informasi, dapat membuat para scavengers yang sebelumnya unbankable menjadi bankable.

Ekonomi sirkular adalah sebuah gagasan menciptakan bumi yang lebih seimbang dengan cara mengeliminasi sumber daya yang terbuang dan penggunaan serta pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan dengan memaksimalkan siklus penggunaan material dengan pendekatan recycle. Perekonomian dunia saat ini hanya 9,1% sirkular. Maka, diperlukan partisipasi yang besar dari seluruh elemen untuk menciptakan ekonomi yang lebih sirkular dan ramah lingkungan.

Hamish Daud, pendiri Indonesian Ocean Pride, menerangkan saat ini terdapat krisis di lautan Indonesia yang terancam oleh sampah plastik. Dalam waktu dekat, menurut Hamish, Indonesian Ocean Pride bisa memperkuat ekosistem waste collection di Makassar dan Bali. “Kemudian, dalam lima tahun ke depan dapat mereplikasi formula ini ke seluruh Indonesia sehingga permasalahan sampah dan lingkungan kita bisa terselesaikan,” terang Hamish.

Pemahaman dan mengajak masyarakat lebih luas agar turut serta menciptakan ekonomi yang lebih sirkular untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik, dengan cara mengambil bagian dalam sistem ekonomi sirkular Octopus, seperti pengguna, pemulung, maupun pengguna lapak yang merupakan usaha mikro jual beli kemasan bekas.

Rencananya, Restock akan menyalurkan pembiayaan hingga Rp 20 miliar untuk pemulung atau scavangers untuk ditukarkan dengan sampah plastik yang telah dikumpulkan. Melalui Octopus, Restock dapat melakukan assessment berdasarkan record transaksi usaha mikro tersebut. Harapan Restock, masyarakat bisa melihat bahwa ada potensi untuk akses modal apabila ikut serta dalam ekonomi sirkular Octopus.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved