Management Trends zkumparan

FKS Group: HR Harus Fokus pada Workforce Effectiveness and Wellbeing

FKS Group: HR Harus Fokus pada Workforce Effectiveness and Wellbeing

Data Kementerian Keuangan di tahun 2021 menyebutkan, pada tahun 2020 terjadi penurunan tenaga kerja 3,2% YoY dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara, angka pengangguran meroket 18% atau sebanyak 101,1 juta orang. Data tersebut senada dengan milik Kementerian Ketenagakerjaan yang mencatat 2 juta karyawan telah kehilangan pekerjaanya selama pandemi.

“Ada dua sisi yang harus dikelola HR di tengah pandemi, yakni perusahaan dan karyawan. Yang pertama untuk menjaga business continuity dan kedua menjaga karyawan agar tetap sehat dan aman,” kata Herlina Permatasari, Chief HR Officer FKS Group dalam webinar bertema Reinventing Human Capital Strategy to Become Employer of Choice in the New Business Landscape yang digagas SWA (19/05/2022).

Herlina menjelaskan pada masa pandemi kemarin banyak karyawan terbebani dengan keamanan dan kesehatan mereka di tempat kerja, termasuk kesehatan mental. Sementara di satu sisi, karyawan juga terbebani untuk mengurus keluarga yang sakit akibat paparan virus dan juga kematian. Dengan tantangan tersebut, kata Herlina, perusahaan tidak bisa hanya mempriositaskan perusahaan saja, tetapi juga tantangan yang dihadapi karyawan. “HR harus bisa fokus pada workforce effectiveness and wellbeing,” tuturnya.

Lebih jauh, Herlina mengatakan hal tersebut harus dipikirkan bersama agar ekfektivitas kerja terus terjaga bahkan meningkat, sekaligus memenuhi kebutuhan karyawan secara spesifik dan melakukan perubahan di masa krisis. Dalam teori Hierarki Maslow, kebutuhan kemanan dan psikologi menjadi kebutuhan yang paling mendasar. Kebutuhan inilah yang harus dinomorsatukan oleh perusahaan di masa pandemi.

“Karyawan yang bekerja di perusahaan yang high trust, 74% karyawannya less stress, 106% lebih berenergi, 50% lebih produktif, 76% lebih engage, dan 40% less burn out,” ujarnya. Namun untuk mancapai hal tersebut tidaklah mudah. Perusahaan harus memiliki credibility, reliability, dan intimacy. Ditambah kompetensi leadership yang mumpuni dalam mengeluarkan kebijakan dan memberikan arahan yang jelas.

Kepercayaan dan engagement juga bisa dibangun lewat komunikasi yang jelas. Kondisi yang cepat dan tiba-tiba membuat rencana serta strategi juga berubah dengan cepat. Disanalah, perusahaan harus melakukan komunikasi yang jelas kepada karyawan agar memiliki pemahaman dan kesadaran yang sama. “Segala perubahan yang terjadi harus disampaikan secara terbuka sehingga melahirkan engagement dan trust karyawan,” kata dia menegaskan.

Lalu bagaimana FKS Grup mengahadapi tantangan di tengah pandemi Covid-19?

FKS Grup merupakan salah satu perusahaan yang cepat dalam merespons kebijakan pemerintah Jokowi. Sejak 18 Maret 2017 atau 17 hari setelah pengumuman kasus covid pertama, FKS Group langsung mengeluarkan kebijakan Work from Home (WFH), Work from Office (WFO), dan Work from Satelite Office (WFSO). “Kami merubah spot center menjadi kantor satelit perusahaan agar tetap bisa memantau pekerjaan. Sementara production site tetap berjalan secara optimal 100%,” kata Herlina.

Begitupun saat terjadi kelangkaan masker dan handsanitizer, perusahaan memutuskan untuk membagikannya ke seluruh karyawan di seluruh Indonesia yang berjumlah 5000 orang. “Untuk membangun kepercayaan karyawan, para leader di KFS Group juga menerapkan walk the talk dan melakukan intimacy untuk membangun kebersamaan dalam bentuk virtual,” ujarnya menutup pembicaraan.

Sebagai tambahan, FKS Group merupakan perusahaan yang berdiri sejak 1992 dan kini telah membawahi produk Taro, Mie Kremez, Hana Emas, Bihunku, dan Bola Salju.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved