Trends

Foxtrot Six, Film Indonesia Beraroma Hollywood

Foxtrot Six, Film Indonesia Beraroma Hollywood

Industri film Indonesia boleh berharap banyak dari film Foxtrot Six. Musababnya, film tersebut digadang-gadang akan menjadi salah satu film besar bercitarasa Hollywood. Maklumlah, ada nama-nama besar yang terlibat dalam film yang dijadwalkan dirilis secara internasional di Festival Film Cannes pada 2018 ini. Di antaranya, produser kenamaan dunia Mario Kassar, yang berpengalaman memproduksi film-film box office Hollywood, seperti serial Rambo, Basic Instinct, Terminator 2: Judgement Day, hingga Total Recall.

Dalam penggarapan Foxtrot Six yang bertema laga dan fiksi ilmiah, Kassar berperan sebagai produser eksekutif, dan akan berkolaborasi dengan sutradara sekaligus penulis skenario asal Indonesia, Randy Korompis. Randy adalah seorang penggemar film Hollywood dan komik yang menyelesaikan pendidikan ilmu film di Amerika Serikat dan berpengalaman 12 tahun bekerja untuk beberapa perusahaan film di sana, seperti High Moon Studios dan Disney, Los Angeles, AS.

“Ketika membaca skenarionya, saya langsung tertarik (memproduseri),” kata insan film kawakan ini kepada wartawan SWA yang menemuinya awal Maret 2017. Kassar menceritakan, sebelumnya ia bertemu dengan Randy di Los Angeles dan berlanjut dengan kedatangannya ke Indonesia sebanyak tiga kali.

Cerita Foxtrot Six, menurut Kassar, berlatar belakang kelangkaan pangan. Film ini berkisah tentang bagaimana dunia akan berubah karena ketersediaan bahan-bahan pokok pangan semakin menyusut. Indonesia, sebagai negara yang berada di garis ekuator, menjadi salah satu tempat yang dicari-cari orang untuk mendapatkan sumber daya pangan.

Film ini akan menampilkan adegan laga inovatif karya koreografer laga papan atas. Juga, aksi persenjataan mutakhir yang dirancang oleh para ahli efek visual khusus, yang karyanya terbukti lewat film-film seperti Life of Pi (pemenang piala Oscar untuk kategori Best Visual Effects), Guardians of the Galax dan Man of Steel.

Nama besar lainnya adalah Steve Lillywhite, produser musik pemenang Grammy Award beberapa kali, yang akan menangani sound track film ini. Selain itu, seorang komposer asal AS juga akan bekerja bersama sutradara dalam mengembangkan karakter musik yang unik sebagai pengiring adegan. Adapun lokasi tempat pengambilan gambar akan dilakukan di dua lokasi, yaitu Jakarta dan Washington D.C., dengan mayoritas aktor dan aktrisnya berasal dari Indonesia. “Sebanyak 95% akan berasal dari Indonesia,” kata Kassar.

Sama dengan film-film tersuksesnya terlebih dahulu, Kassar juga lebih memilih memproduksi filmnya secara independen (indie), alias di luar studio-studio besar dunia (seperti 20th Century Fox, Walt Disney, Columbia, Universal, Paramount dan Warner Bros). Dengan begitu, menurutnya, hak distribusi tidak terpusat di satu tangan. Jadi, di tiap-tiap negara akan ada distributornya sendiri.

Produser yang terkenal sebagai King of Cannes itu punya pertimbangan mengapa lebih suka memproduksi filmnya secara independen. Pertama, menurutnya, profit yang didapat lebih optimal. “Setiap profit terpusat, tidak menyeberang ke tempat lain; itu adalah cara mendatangkan banyak uang,” kata Kassar terus terang. Kedua, ia merasa lebih bebas dalam mengelola segala hal yang berhubungan dengan hak-hak dari film tersebut.

Kassar bukan asal bicara. Buktinya, beberapa film yang diproduksi oleh studio independen Carolco Pictures miliknya memang menangguk keuntungan cukup besar. Total Recall (1990), misalnya, dengan bujet US$ 50 juta-65 juta mampu menghasilkan pemasukan US$ 261,3 juta. Begitu juga Terminator 2: Judgement Day (1991), yang memakan anggaran produksi US$ 102 juta, mampu menghasilkan keuntungan lima kali lipatnya atau US$ 519,8 juta.

Untuk produksi film Foxtrot, menurut Kassar, rumah produksi Rapid Eye Pictures dan East West Synergy akan terlibat di dalamnya. Meskipun enggan menyebutkan berapa bujet film ini, ia memastikan film tersebut akan menjadi salah satu yang termahal sepanjang sejarah perfilman di kawasan Asia Tenggara. Beberapa investor, menurutnya, siap mendanai film tersebut, baik lokal maupun internasional. Beberapa brand ternama juga tertarik ambil bagian. “Namun, untuk detailnya tidak bisa saya katakan,” katanya seraya tersenyum.

Kassar optimistis film tersebut akan sukses dan memperoleh sambutan positif di Indonesia. Berkaca pada film Warkop DKI Reborn yang bisa meraih lebih dari 6 juta penonton, ia menilai Indonesia merupakan salah satu pasar menarik bagi industri perfilman. “Film ini juga bisa menjadi ajang promosi Indonesia sendiri,” ujarnya.

Dengan nama besar yang sudah ia miliki, Kassar mengatakan akan berusaha sekuat tenaga membuat film tersebut sukses. Pasalnya, ia tahu para penonton berharap banyak ketika mengetahui dirinya terlibat di sana. “Saya sudah sebulan lebih di sini (Indonesia) dalam sebuah proses intens dengan jam kerja tinggi,” katanya. (*)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved