
Tugas Tantowi Yahya semakin
berat dan menantang. Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru, Samoa dan Tonga
itu sejak awal Januari 2020 ini mendapat tambahan tanggung jawab baru sebagai
Duta Besar Keliling RI untuk Kawasan Pasifik.
Tantowi mulai diberi
kepercayaan sebagai Dubes RI di Selandia Baru mulai Maret 2017. Sejak
menancapkan kakinya di Wellington, Ibu Kota Selandia Baru, Tantowi langsung
bergerak gesit. Tantowi segera menyusun agenda mengunjungi sejumlah wilayah dan
bertemu dengan berbagai pihak untuk menjajaki berbagai kemungkinan peningkatan
perdagangan, investasi, pariwisata, dan kemungkinan-kemungkinan kerja sama
lainnya antara Indonesia dan Selandia Baru. Dan langkah-langkah itu terus dia
jalankan secara berkelanjutan.
Dan tak hanya terbatas
di area Selandia Baru, Samoa dan Tonga. Tantowi juga berencana memperluas area
kerja sama. Pada Juli 2019 lalu, misalnya, Indonesia dengan dukungan Selandia
Baru dan Australia berhasil menggelar Pacific Expo 2019 di Auckland, Selandia
Baru. Melalui expo ini, ujar Tantowi pada waktu itu, Indonesia ingin
mengenalkan diri jika Indonesia juga merupakan salah satu dari negara-negara di
Pasifik. Dan pada kenyataannya, Indonesia memang memiliki lima provinsi di
Pasifik: Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat.
Dengan acara ini, Tantowi
menjelaskan, diharapkan akan terjadi kolaborasi antar negara-negara di Pasifik misalnya
di bidang pariwisata.

Selama sekitar dua
setengah tahun sebagai Dubes Indonesia di New Zealand, seperti apa catatan
keberhasilan yang ditorehkan Tantowi? Berikut petikan wawancara SWA dengan Tantowi
Yahya:
SWA: Tahun 2019 sudah berakhir, kita
memasuki 2020. Dari segi ekonomi dan perdagangan, apa saja capaian yang sudah
dicapai dalam hubungan Indonesia dan Selandia Baru?
Tantowi Yahya
(TY): Sepanjang
tahun 2019 kinerja ekspor Indonesia ke Selandia Baru semakin meningkat. Berdasarkan
data New Zealand Statistics, ekspor Indonesia ke Selandia Baru naik
menjadi USD 745,33 juta atau naik 11% hingga bulan November 2019. Disisi lain
nilai impor turun menjadi USD 772,19 juta. Dengan demikian, saat ini neraca
perdagangan Indonesia dengan New Zealand semakin mendekati titik keseimbangan/trade
balance dengan selisih sangat tipis, yakni: USD 26,85 juta.
Perhitungan neraca perdagangan di atas jika memasukkan
unsur jasa, maka posisi Indonesia sudah surplus atas Selandia Baru. Devisa dari
sektor jasa yang masuk ke Indonesia tercatat USD 358,50 juta. Sehingga total
ekspor Indonesia baik dari sektor barang dan jasa saat ini mencapai USD 1,10
miliar. Jumlah ini lebih besar dari pada total ekspor Selandia baru yang hanya USD
1,05 miliar. Sehingga, untuk pertama kali dalam sejarah di tahun 2019,
Indonesia mengalami surplus dengan Selandia Baru.

SWA: Selama 3 tahun terakhir (2017,
2018 dan 2019), bagaimana perkembangan perdagangan (ekspor dan impor antara
Selandia Baru dan Indonesia)?
TY: Berdasarkan
data dari New Zealand Statistic, Indonesia saat ini merupakan mitra dagang ke-11
Selandia Baru dengan nilai ekspor yang terus meningkat dalam 3 tahun terakhir
(2017 – 2019), sebagaimana terlihat dalam tabel: *


SWA: Apa saja 10 komoditas dan
produk utama dari Indonesia yang memberikan kontribusi terbesar dalam hal nilai
impor Selandia Baru dari Indonesia? Dan sebaliknya, apa saja 10 komoditas dan
produk utama yang memberikan kontribusi terbesar dalam hal nilai ekspor
Selandia Baru ke Indonesia? Berapa masing-masing nilainya?
TY:
10 komoditas dan produk utama dari Indonesia yang memberikan kontribusi terbesar dalam hal nilai ekspor Indonesia ke Selandia Baru:

10 Komoditas dan produk utama yang memberikan
kontribusi terbesar dalam hal nilai ekspor Selandia Baru ke Indonesia:


SWA: Apa saja peluang ekspor dari Indonesia yang masih terbuka ke Selandia
Baru?
TY: Ada beberapa, antara lain:
Pertama: Sektor Agrikultur, ini meliputi;
- Buah tropis asal Indonesia seperti pisang, mangga, nanas, dan pepaya memiliki peluang yang cukup baik untuk masuk di Selandia Baru. Ke-lima buah tropis tersebut dalam survei setempat termasuk dalam 10 buah favorit di Selandia Baru.
Dalam
hal ini, Selandia
Baru menyaratkan biosecurity yang cukup ketat untuk buah
tropis impor, dimana semua produk buah harus memiliki Import
Health Standard (IHS). Saat ini, Indonesia hanya mempunyai IHS untuk
buah manggis (mangosteen). Sedangkan untuk IHS Salak, saat ini
sedang dalam proses review karena pada buah Salak impor ditemukan ada yang mengandung ulat.
- Kakao: Peluang ekspor kakao Indonesia ke pasar Selandia Baru cukup menjanjikan. Hal ini dengan mempertimbangkan adanya perusahaan produsen coklat ternama di Selandia Baru, yaitu: Whittakers dan Wellington Chocolate Factory. Namun demikian, para produsen coklat tersebut, lebih memilih coklat asal Ghana karena sudah memenuhi persyaratan Fairtrade.
- Pakan Ternak King Salmon: Budidaya ternak ikan King Salmon (Oncorhynchus Tshawytscha) merupakan bisnis yang sangat berkembang di Selandia Baru. Saat ini, lebih dari 50% pasokan King Salmon dunia berasal dari Selandia Baru dengan produksi mencapai 8.018 ton (2018) dan penjualan mencapai NZ$ 550 juta (2018). Di tengah keuntungan yang diperoleh, peternak Salmon dihadapi permasalahan mahalnya biaya pakan Salmon yang terbuat dari daging, minyak ikan dan ikan laut. Peternak Salmon mengharapkan pasokan pakan ternak substitusi yang lebih murah. Dalam kaitan ini, terdapat peluang ekspor pakan ikan produksi Indonesia.
- Pupuk jenis Phosphat: Sebagai negara agragis, kebutuhan Selandia Baru atas pupuk solid (solid fertilizer) sangat tinggi terutama pupuk yang mengandung fosfat untuk meningkatkan kualitas dan sustainability dari tanah. Setiap tahun, dalam upaya menopang sektor pertanian, Selandia Baru mengimpor lebih dari 100 ribu ton pupuk jenis fosfat dari luar negeri.
- Biji Kopi: Kopi merupakan produk yang sangat disukai oleh mayoritas penduduk di Selandia Baru. Selandia Baru sendiri menduduki posisi ke-13 sebagai negara dengan masyarakat peminum kopi tertinggi (2,5 gelas per minggu/lebih tinggi dari AS dan Australia). Pangsa pasar biji kopi Indonesia baru sekitar 4% yang merupakan biji kopi Arabika. Sebagian besar biji kopi Indonesia di blend untuk mendapatkan aroma dengan berbagai kopi dari negara lain seperti Ethiophia, PNG, Ekuador dan Brazil. Kopi single-origin Indonesia berasal dari Jawa Barat.
Diperlukan promosi kopi Indonesia yang masif
melalui coffee cupping dan bentuk promosi lainnya.
Kedua: Sektor Manufaktur;
- Tertiary
Sector dari perekonomian Selandia Baru
sebagian besar bergantung pada barang impor dari luar negeri dengan total impor
sebesar NZ$ 47,5 milyar atau US$ 31,35 milyar. Impor tersebut termasuk makanan,
tekstil, plastik dan otomotif.
- Otomotif: Tidak terdapat industri otomotif di Selandia Baru, sehingga 100% kendaraan di Selandia Baru berasal dari impor seperti Jepang, Eropa dan Amerika. Selandia Baru juga dibanjiri oleh kendaraan second-hand impor. Namun masih terdapat segmen pasar kendaraan baru.
Segmen pasar kendaraan produksi PT. Astra
International Tbk. jenis MPV (Multi Purpose Vehicle) seperti Toyota Avanza
belum terisi karena sebagian besar segmen pasar di Selandia Baru yaitu: Sedan,
SUV dan Van. Namun demikian, Toyota Avanza belum dapat memasuki pasar Selandia
Baru karena persyaratan EURO 5 yang diterapkan pemerintah Selandia Baru.
- Makanan: Hampir semua jenis makanan produksi Indonesia sudah masuk ke pasar Selandia Baru, seperti umpamanya: Teh Botol, Kecap manis (ABC), sambal botol (ABC), Belibis, bumbu masak kemasan (Indofood), biskuit (Astor), Chitato, Kacang Garuda, Teh Kara, Kerupuk dll. Namun jumlah impor produk makanan Indonesia masih kecil karena didagangkan di Asian Markets yang memiliki pangsa pasar 20%. Dalam hal ini, hanya Indomie yang telah menguasai 42% pasar mie instan lokal yang tersedia di supermarket main stream seperti Countdown, Pak n Save dan New World. Indomie juga sudah menjadi makanan harian masyarakat Selandia Baru.
Dalam hal ini, telah dilakukan survei
di beberapa tempat bahwa Teh Botol
Kotak, biskuit Astor,
Kusuka dan beberapa jenis teh Indonesia sangat
diminati di Selandia Baru dan siap untuk masuk pasar di supemarket mainstream.
Ketiga: bidang Industri Strategis;
- Saat ini Kementerian
Pertahanan Selandia Baru tengah merencanakan merevitaliasi alat pertahanan dan
akan mengeluarkan dana sebesar NZD 20 milyar atau equivalen US$ 13,1 milyar
yang akan dihabiskan pada 11 tahun ke depan. Pembelian yang diharapkan meliputi Helicopter, pesawat angkut, termasuk persejataan dan
peningkatan perlengkapan taktis tentara.
SWA: Ada berapa banyak impor
Selandia Baru atas komoditas dan produk dari Indonesia yang masih melalui
negara pihak ketiga? Berapa perkiraan nilainya? Terdiri dari komoditas dan produk
apa saja? Apa saja upaya yang sebaiknya dapat dilakukan oleh Pemerintah dan
eksportir Indonesia supaya ekspor dapat dilakukan langsung tanpa melalui negara
ketiga?
TY: Terdapat beragam produk ekspor
Indonesia di Selandia Baru melalui
negara ke-3 seperti Australia, Singapura, Malaysia dan UAE.
Palm Oil Kernel (ampas
sawit), batu bara dan BBM diimpor melalui Singapura.
Ban mobil, Kecap ABC,
Sambal botol ABC, Sambal Belibis, dan
santan Kara diimpor oleh perusahaan dari Australia. Dan produk chemical serta
fertiliser via Malaysia dan UAE.
Untyuk
mengatasi ini KBRI telah melakukan pendekatan kepada importir
di
Selandia Baru untuk mengimpor langsung produk –
produk dari Indonesia.
SWA: Dalam hal investasi dari
perusahaan-perusahaan Selandia Baru ke Indonesia, bagaimana perkembangannya
selama 3 tahun terakhir? Berapa total nilainya? Siapa 3 besar perusahaan yang
melakukan investasi tersebut? Investasi itu di bidang apa saja? Dan sebaliknya
bagaimana perkembangan investasi dari Indonesia di Selandia Baru? Kalau ada,
berapa nilainya? Siapa 3 besar perusahaan yang melakukan investasi itu? Di
bidang apa saja?
TY: Investasi Selandia Baru ke
Indonesia berada di peringkat ke-32
dengan total investasi sebesar US$ 4,1 juta (2018) dengan 28 proyek. Pada triwulan
kedua tahun 2019, Selandia Baru berada di peringkat ke 37 dengan nilai
investasi sebesar US$ 1,6 juta dengan 30 proyek. Adapun sektor investasi
Selandia Baru, antara lain: makanan, bahan kimia, hotel, properti dan metal.
Yang
perlu dicatat, para investor Selandia Baru tergolong pada kelompok risk
adverse. Sehingga, bagi investor yang sudah mengetahui potensi pasar
Indonesia masih bersikap wait and see, sambil menunggu
kebijakan Indonesia yang pro investment dan adanya peningkatan peringkat
ease of doing business Indonesia.
Selain itu, dengan karakteristik ekonomi Selandia Baru yang psedo sosialis
(perekonomian di kuasai koperasi, bukan individu), maka agak sulit bagi suatu
korporasi dalam berekspansi ke luar negeri.
Sejumlah
perusahaan Selandia Baru yang telah berinvestasi di Indonesia, antara lain: Fonterra,
ETEL dan Beca.
Fonterra berinvestasi di bidang produk susu, ETEL berinvestasi di bidang manufaktur
travo dan Beca adalah konsultan properti.
SWA: Apa saja peluang investasi
dari perusahaan-perusahaan di Selandia Baru ke Indonesia yang masih
memungkinkan di garap? Apa saja insentif investasi yang mereka harapkan dari
Indonesia?
TY:
Ada sejumlah investasi yang bisa digarap.
Pertama,
Sektor kelistrikan.Sektor kelistrikan di
Selandia Baru diperoleh dari pembangkit listrik terbarukan seperti Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) dan
Pembangkit Listrik Tenaga Angin yang menghasilkan 82% dari kebutuhan energi
Selandia Baru. Selandia Baru memiliki keahlian dan pengalaman panjang dalam
eksplorasi teknologi Panas Bumi yang saat ini memproduksi 17% dari kebutuhan
energi atau kapasitas terpasang sebesar 900 MW.
Berlokasi
di Pacific Ring of Fire, Indonesia memiliki cadangan panas bumi terbesar di
dunia yang perlu pemanfaatan dari investasi luar negeri. Contact Energy, salah satu perusahaan produsen panas bumi di Selandia Baru sudah berminat untuk investasi
di Indonesia namun terkendala harga jual listrik dibanding nilai investasi yang belum masuk.
Kedua,
investasi di bidang pertanian.
Perusahaan produsen benih Crop Mark dari Selandia Baru
saat ini tengah melakukan percobaan penelitian untuk benih rumput kualitas
tinggi asal Selanmdia Baru yang
dapat meningkatkan berat ternak secara signifikan. Penelitian bekerja sama
dengan Universitas Gajah Mada di area sekitar 8000 hektar yang berlokasi di
Kabupaten Tulang Bawang di Provinsi Lampung sejak tahun 2018.
Ketiga,
investasi di bidang sektor
publik & pendidikan.Selandia Baru memiliki kualitas pendidikan tingkat dunia. Saat ini ada lebih dari 50.000 mahasiswa
internasional belajar di Selandia Baru. Dalam program rencana 20 tahun ke
depan, Selandia Baru akan ekspansi di sektor pendidikan yang dapat bekerjasama
dengan institusi pendidikan di Indonesia utamanya pendidikan tinggi dan
menengah.
Keempat:
Investasi di bidang infrastruktur.Sejalan dengan program pemerintah
Indonesia dalam membangun infrastruktur, Selandia Baru memiliki keiinginan untuk
berpartisipasi di bidang properti, sarana dan prasarana publik.
Yang
perlu diperhatikan, pada umumnya calon investor Selandia Baru mengharapkan
adanya stabilitas politik dan keberlanjutan iklim investasi di short run
maupun long run. Indonesia sudah menunjukan stabilitas di bidang politik
yang baik dalam 40 tahun terakhir, namun adanya bencana banjir di Jakarta menunjukan
tidak ada sustainability dari investasi.
SWA: Sekarang tentang pariwisata. Dalam
hal jumlah wisatawan dari Selandia Baru yang mengunjungi Indonesia, bagaimana
perkembangan jumlahnya selama 3 tahun terakhir (2017, 2018 dan 2019)? Apa upaya
yang sebaiknya dilakukan supaya lebih banyak lagi wisatawan dari Selandia Baru
ke Indonesia?

TY: Berikut saya sampaikan datanya:

Kedepan, upaya yang sebaiknya
dilakukan:
Pertama, peningkatan konektivitas kedua negara dengan pembukaan jalur
penerbangan baru. Kedua, promosi paket Bali Beyond, sehingga turis yang sudah
berada di Bali dapat memperpanjang liburan di 10 Bali baru. Ketiga, promotion
& sales mission yang lebih intensif dan terkoordinasi. Dan terakhir, integrasi
wisata Indonesia Timur dengan Pasifik (One Pacific Destination).
SWA: Sampai sekarang ada
berapa banyak restoran Indonesia di Selandia Baru? Bagaimana perkembangan
restoran-restoran tersebut? Berapa banyak dari restoran tersebut yang ditujukan
untuk segmen kelas atas dan menengah? Sejauh ini bagaimana peran restoran
Indonesia itu dalam upaya untuk lebih mengenalkan obyek wisata, budaya dan
makanan Indonesia? Apa sebaiknya dukungan yang harus dilakukan Pemerintah
Indonesia supaya jumlah restoran Indonesia di Selandia Baru dapat bertambah?
TY: Sampai saat ini ada 15 restoran besar dan kecil di
Selandia Baru yang tersebar di kota-kota seperti Wellington, Auckland,
Christchurch, Napier, Palmerston North. Segmen pasar restoran tersebut untuk
kelas menengah dan juga kelas atas. Sejauh ini hampir keseluruhan restoran
tersebut berkontribusi dalam promosi wisata dan budaya Indonesia.
Pemerintah Indonesia
dapat mendukung keberlanjutan usaha restoran Indonesia melalui, antara lain, bantuan
asistensi pembukaan restoran baru dalam hal bantuan pengiriman bahan baku, analisa
kebutuhan pasar, aturan setempat, survei lokasi, pelatihan kuliner Indonesia
oleh chef dari pusat.


SWA: Ada berapa banyak jumlah
diaspora Indonesia di Selandia Baru? Berapa banyak dari mereka sebagai
pengusaha menengah ke atas, dan profesional yang menduduki fungsi/posisi penting
di perusahaan? Bagaimana kemungkinan untuk merangkul mereka supaya dapat
memberikan kontribusi bagi Indonesia?
TY: Jumlah diaspora yang berada di Selandia Baru sekitar 8
ribu orang. Adapun demografi para diaspora tersebut terdiri dari profesional,
WNA yang pernah menjadi WNI, WNA yang menikah dengan WNI, pengusaha, pelajar,
dll. Mereka terdiri dari: akademisi (pelajar, dosen, dan
peneliti), pegawai di institusi pemerintahan Selandia Baru maupun swasta,
retail, kesehatan, IT, industri film, digital art/animasi, seni musik, pelatih
badminton hingga bisnis (food truck, car
workshop, cleaning agent, property, dan lain-lain).
Belum terdapat data
resmi jumlah diaspora yang menduduki posisi penting di perusahaan dan sebagai
pengusaha menengah ke atas.
Upaya KBRI Wellington dalam merangkul para diaspora tersebut antara lain melalui
pertemuan langsung kekantong-kantong masyarakat di kota-kota
seperti Wellington, Auckland, Hamilton, Tauranga, Napier, Dunedin, Christchurch. Pembentukan Kelompok Ketua
Organisasi Masyarakat/ Persatuan Pelajar Indonesia di Selandia Baru untuk memudahkan dan
mempercepat diseminasi informasi yang dibutuhkan masyarakat maupun KBRI melalui pemanfaatan media sosial yang
dimiliki KBRI seperti website, Facebook
dan Twitter agar komunikasi antar KBRI dan diaspora tetap terjaga dan terjalin
dengan baik.
KBRI Wellington mempunyai kerja sama dengan masyarakat Indonesia di Selandia melalui organisasi masyarakat yang tersebar di 12 wilayah, yaitu Auckland (KIA/Komunitas Indonesia Auckland), Tauranga (BOPIC/Bay of Plenty Indonesian Community di Tauranga), Hamilton (KBMI-Ham/Keluarga Besar Masyarakat Indonesia di Hamilton), New Plymouth (KINTARI/Keluarga Indonesia Taranaki), Hawke’s Bay (KAMI Bay/Keluarga Masyarakat Indonesia di Hawke’s Bay), Palmerston North/Wanawatu (PREMIUM/Persatuan Masyarakat Indonesia untuk Manawatu), Wellington (KAMASI/Keluarga Masyarakat Indonesia), Nelson (IndoNelson/Indonesian Society in Nelson), Christchurch (CIS/Canterbury Indonesia Society, Inc.), Queenstown (IMIQ/Ikatan Masyarakat Indonesia di Queenstown), Invercargill (KIS/Komunitas Indonesia Southland), dan Dunedin (KID/Komunitas Indonesia di Dunedin).
SWA: Bagaimana perkembangan
hubungan kerja sama di bidang-bidang lainnya? Apa saja kerja sama yang sudah
dan akan dicapai? Umpamanya, bagaimana supaya ada perlakukan khusus dengan bea
masuk untuk komoditi-komoditi dan produk-produk dari Indonesia ke Selandia
Baru? Bagaimana dengan sebaliknya? Juga mengenai ketentuan bebas visa bagi
warga Indonesia ke Selandia Baru dan sebaliknya?
TY: Capaian hubungan kerjasama dibidang lainnya, antara
lain:
Untuk Bidang Politik:
- Adanya peningkatan
status hubungan bilateral Indonesia-Selandia Baru pada 2018, dari strategic
partnership menjadi comprehensive partnership, yang dideklarasikan
bersama oleh Presiden RI dan PM Selandia Baru.
- Peningkatan
intensitas saling kunjung tingkat tinggi, antara lain kunjungan PM Selandia Baru
ke Indonesia, Kunjungan Presiden RI ke Selandia Baru, Kunjungan Menlu Selandia
Baru dan Parlemen Selandia Baru ke Indonesia dan kunjungan berbagai delegasi
Indonesia dan Selandia Baru.
- Kerjasama bilateral
di bidang Counter-Terrorism, pencegahan dan penanggulangan bencana alam,
pendidikan, pariwisata.
- Indonesia, Selandia
Baru dan Australia bekerja sama dalam penyelenggaraan Pacific Exposition 2019,
yang dihadiri oleh 3 kepala pemerintahan dan sekitar 17 orang menteri dari 19
negara dan teritori di kawasan Pasifik.
- Pembukaan hubungan
diplomatik dengan Cook Islands dan Niue di sela-sela Pacific Exposition.
Di bidang Konsuler:
Saat ini KBRI Wellington
telah mengupayakan kerjasama Working Holiday Visa antar Indonesia dan Selandia
Baru. Pada tahun 2020, Imigrasi New Zealand (INZ) dan
Ditjen imigrasi Indonesia akan
membahas kerjasama tersebut.
Di bidang Pensosbud:
- Penerbitan majalah INZIST,
buletin triwulanan yang memuat kegiatan KBRI Wellington dan di diseminasikan kepada
pemangku kepentingan di Selandia Baru.
- Pelatihan bahasa
Indonesia yang dimulai sejak tahun 2018 dan telah diikuti lebih dari 100 WN
Selandia Baru.
- Pelatihan angklung
dan gamelan kepada para mahasiswa di Victoria Univetsity dan Auckland University
of Technology
- Story telling mengenai
cerita rakyat kepada para anak – anak di Selandia Baru.
SWA: Apa rencana-rencana Bapak di
2020 dalam bidang diplomasi TTI (Trade, Tourism, Investment) Indonesia
di Selandia Baru? Apa saja dukungan atau kerja sama dengan kementerian dan
lembaga-lembaga lain yang Bapak perlukan untuk mewujudkan rencana-rencana tersebut?
TY: Ada beberapa hal yang akan kami lakukan.
Pertama, di bidang
perdagangan, kami akan mengadakan:
- Pasar
Malam: kegiatan per semester, promosi TTI di kota-kota besar yang dihadiri sekitar
10 ribu pengunjung. - Sales
Missions. Ini merupakan kegiatan tri wulanan bekerjasama dengan Kementerian
Perdagangan, mempertemukan buyers dari Selandia Baru dengan eksportir dari
Indonesia - Pacific
Exposition. Kegiatan dwi tahunan promosi TTI Indonesia kepada 20 negara
pasifik. - Melakukan
promosi kepada New Zealand buyers untuk menghadiri sejumlah pameran
utama di Indonesia seperti: TEI, Inacraft, IFEX, Halal Expo, INATEX, Indonesia
International Tyre & Rubber Industry Exhibition, Agricultural Expo, Indo
Building Tech, Indonesia Steel Building & Metal Structure Expo, Indonesia
International Motor Show melalui one-on-one sales meeting, breakfast
meeting, dan Indonesia Day.
Kedua, di bidang
pariwisata:
Beberapa hal yang akan
kami lakukan meliputi:
- Improved connectivity New Zealand - Indonesia
- Paket Bali Beyond
- Promosi & Sales Mission yang lebih
intensif dan terkoordinasi - Pacific Exposition
- Integrasi wisata Indonesia Timur dengan
Pasifik (One Pacific Destination)
Ketiga, di bidang
Investasi:
Ada sejumlah bidang
yang akan digarap, seperti tadi yang sudah kami jelaskan di atas. Yang penting
dalam hal ini, KBRI Wellington mengharapkan adanya sinergitas dan koordinasi
yang lebih erat antara perwakilan dengan Kementerian / Lembaga terkait. Dalam
hal perdagangan, diharapkan Kementerian Perdagangan dapat langsung membantu
memberikan informasi produk-produk utama Indonesia. Kemendag juga diminta untuk
membantu secara reguler analisa pasar masing-masing negara tekait dengan demografi,
tren pasar produk utama, dll.
Penutup
Dengan sejumlah langkah-langkah yang sudah dijalankan dan hasil yang disampaikan di atas, mestinya tugas dan tanggung jawab tambahan baru Tantowi sebagai Dubes Keliling RI di Pasifik yang lebih menantang – dan harus dirangkap dengan posisi lamanya sebagai Dubes Selandia Baru, Samoa dan Tonga –mestinya dapat dijalankan Tantowi dengan hasil tak jauh beda, bahkan bisa jauh lebih baik.
swa.co.id