Management Trends

IBF 2016 Deklarasikan Family Business Inc.

IBF 2016 Deklarasikan Family Business Inc.

Riset PricewaterhouseCoopers tahun 2014 mengungkap lebih dari 95 persen perusahaan di Indonesia adalah perusahaan keluarga dengan omset sekitar US$ 5-10 juta. Dari mereka lahir merek-merek yang kini merajai pasar Indonesia. Beberapa di antaranya sudah menjajal pasar global, bahkan cukup berhasil, sebut saja Sidomuncul, Kalbe Farma, Kopiko dan sebagainya. Sayangnya, banyak merek Indonesia juga sudah ‘dicaplok’ asing, seperti Aqua yang diambilalih Danone, ABC oleh Heinz, lalu Kecap Bango oleh Unilever.

Yuswo Hady, Pendiri Inventure, perusahaan konsultan pemasaran, riset dan manajemen, menuturkan, ketika berlaga di pasar global, merek masih jalan sendiri-sendiri. “Bedakan dengan Taiwan, Korea, Jepang, mereka bergandengan. Bersama justru mereka besar,” ujarnya di ajang Indonesia Brand Forum (IBF) di Grand Hyatt, Jakarta (24/08). Ia meyakini, merek bisa menjadi alat perjuangan yang ampuh bagi bangsa ini untuk menjadi negara besar dan disegani dunia. Ia menyebut Korea Selatan justru kini makin dikenal berkat merek-mereknya yang mengglobal macam Samsung, Hyndai, KIA dan sebagainya.

Maka itu pria yang akrab disapa Siwo ini mengajak perusahaan keluarga yang ada di Indonesia bergandengan tangan agar menjadi kekuatan yang lebih besar. IBF 2016 ini merupakan gelaran ketiga yang mengambil tema: Branding Family Business for the Nation: “Lestari dari Generasi ke Generasi”. Untuk memperkuat tujuan tersebut IBF melakukan deklarasi Family Business Inc. : “Kolaborasi dan Sinergi Nasional Menuju Indoensia Besar”. Tepat pukul 12 siang kemarin, beberapa perwakilan pemegang kendali bisnis keluarga melakukan deklarasi tersebut. Mereka adalah Ivan Kamadja dari Kamadjaja Logistics, Bryan Tilaar dari Martha Tilaar Group, Erijanto Djajasudarma dari PT Niramas Utama, Iwan Kurniawan Lukminto dari Sritex.

“Deklarasi ini mendorong perusahaan keluarga berkolaborasi, perusahaan keluarga bisa jadi hebat dengan bersatu menghimpun kekuatan. Indonesia harus merdeka, tidak bisa lagi jalan sendiri-sendiri, merek bisa jadi alat perjuangan,” tuturnya. Kopiko hebat di Filipina dan Tiongkok, Kalbe juga, tapi mereka jalan sendiri-sendiri di luar negeri. Siwo menambahkan, Indonesia seperti gadis cantik nan molek sehingga banyak yang mengincar, merek-merek besar dunia menyerbu Indonesia. Jangan sampai masyarakat kita hanya jadi pembeli saja tapi merek-merek Indonesia harus menjadi merek yang juga diperhitungkan di kancah global.

IBF

“Setelah deklarasi ini kami ingin mengadakan meet up regular, sebulan sekali misalnya, tanpa ketemu tidak akan didapat sinergi itu. Dari ketemu rutin itu, kita bisa tahu kekuatan masing-masing perusahaan keluarga untuk dikolaborasikan,” ujarnya. Iwan Kurniawan, Wapresdir Sritex menyambut langkah ini, dengan pengalaman sebagai pembuat seragam tentara Jerman dan pengalaman di kancah global, ia meyakini kolaborasi akan membuat bisnisnya makin kuat, juga pelaku bisnis keluarga lainnya.

Pola kolaborasi dan sinergi ini sudah dibuktikan oleh Jepang dengan Zaibatsu-nya atau Korea Selatan dengan Chaebol-nya. Grup-grup besar perusahaan keluarga di kedua negara ini bekerja sama dalam rangka masuk dan mengembangkan kemampuan di pasar global. Perusahaan keluarga di Indonesia total nilainya mencapai US$ 134 miliar atau sekitar 25 persen PDB (produk domesik bruto) Indonesia saat ini dan sekitar 40 ribu orang terkaya di Indonesia adalah pemilik perusahaan keluarga. Artinya mereka sangat strategis bagi perekonomian Indonesia, dengan bersatu, perekonomian Indonesia akan makin kuat.

Dalam ajang ini juga diberikan penghargaan dengan 14 kategori untuk perusahaan dan tokoh di bisnis keluarga. Djarum Group memboyong empat penghargaan sekaligus yaitu Family Business of The Year, Family Business Leader (Family Member) untuk Victor Hartono, Family Contribution for Society, dan Sustaining Success. PT Kalbe Farma Tbk juga mendapat dua kategori penghargaan yaitu Family Culture Development dan Family Business Leader Non Family or Professional untuk Ongkie Tedjasurja. Penghargaan lainnya: Family Governance diraih Sinar Mas Group, Transformation Towards Professional Institution untuk PT Sri rejeki Isman Tbk, Succession Management untuk Sinar Mas Group, Attracting Professional Talent pada PT SUmber Alfaria Trijata, Tbk, Mentoring Next Generation to Society untuk Salim Group Co, Building Family Reputation untuk Martha Tilaar Group, dan Best Family Company to Work For untuk PT Indofood Sukses Makmur, Tbk.

Pada kesempatan ini juga diberikan penghargaan Lifetime Achievemnet Award untuk Mochtar Riady, Pendiri Lippo Group. Pria berusia 88 tahun tersebut menuturkan perusahaan jika ingin terus bertahan harus terus melakukan transformasi, terutama digital transformation. Perusahaan besar lahir dari inovasi yang tiada henti harus mengikuti perkembangan zaman. Mochtar juga mengingatkan pelaku industri dihadapkan revolusi baru dalam bisnis saat ini yaitu revolusi digital, jika pelaku tidak siap, tidak ayal mereka akan terlibas.

“Waktu saya baru masuk ke acara ini saya bertemu dengan orang Pan Brothers, dia bertanya bisnis apa yang langgeng dan tidak tergoyang krisis. Saya jawab, apa ada orang dalam satu hari tidak berpakaian? Textile adalah sunrise industry, tergantung pelaku menanggapi perkembangan zaman,” jelas pria yang dikenal sebagai Manusia Ide itu. Seperti tahun sebelumnya, pada IBF ini juga ada peluncuran buku yang didukung oleh Martha Tilaar Group. Buku The 2nd G Challenges ini ditulis oleh Dyah Hasto Palupi dan Yuswo Hady, menampilkan 14 perusahaan keluarga di Indonesia. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved