Technology Trends

Indies Capital Optimis Investasi pada Perusahaan Rintisan Indonesia

Pandu Patria Sjahrir Pendiri Indies Capital (kanan)

Pandu Patria Sjahrir Pendiri Indies Capital memandang perusahaan rintisan akan tetap tumbuh dan berkembang jika tetap mendapat kepercayaan dari para investor. Terlebih kala pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, yang sangat memengaruhi gerak bisnis, baik perusahaan besar maupun kecil.

“Perusahaan rintisian butuh dukungan suntikan dari para investor, namanya juga startup, tentu belum bisa meraup untung,” ujarnya pada sebuah wawancara via surel (09/06/2020). Menurut Master of Business Administration dari Stanford Universty AS ini, pandemi virus corona baru ini mestinya mendorong perusahaan rintisan Indonesia melahirkan ide dan terobosan bisnis, dengan memanfaatkan teknologi digital, yang biasa menjadi solusi krisis kesehatan ini.

Dalam pandangannya, pandemi COVID-19 memunculkan banyak masalah kehidupan. Inilah saatnya perusahaan rintisan mengambil peran. Ia mencontohkan soal pendidikan dan kesehatan, mestinya bisa lahir platform untuk mengatasi tantangan di dua bidang ini. Lalu soal logisitik, mengingat masyarakat dianjurkan untuk di rumah saja, Pandu berharap ada terobosan yang relevan dengan tantangan di industri logistik di era pandemi ini.

“Banyak peluang dapat diciptakan para startup di masa pandemi ini dan pengusaha harus dapat melihat kesempatan tersebut,” tandas Ketua Asosiasi Alumni Stanford University di Indonesia ini.

Indies Capital berkomitmen untuk tetap menyuntikkan modal ke perusahaan rintisan walau kondisi bisnis sedang tidak mendukung, alasan Pandu karena ia masih melihat masa depan dari sisi pasar, mengingat perusahaan digital terutama memiliki segmentasi yang luas.

Memang dibanding Amerika dan China, industri digital Indonesia masih tertinggal jauh.“Kalau lihat peluang belanja online saja, ini masih luas untuk digarap, mengingat 98% orang Indonesia masih senang belanja offline, dengan kondisi pandemi seperti sekarang ini justru belanja online melonjak tinggi, artinya mereka bisa switch cepat,” terangnya.

Kondisi ini menunjukkan Indonesia memiliki keunikan tersendiri terutama dalam hal adaptasi digitalnya, yang menurut Pandu Indonesia jauh lebih cepat dari Amerika. “Porsi usia muda kita lebih besar, ponsel bertumbuh pesat, dan kita sangat suka efisiensi,” ungkapnya. Potensi ini harus dimaksimalkan dengan mendukung perusahaan rintisan agar terus berkembang dengan melahirkan solusi-solusi terbaik.

Pandu Sjahrir adalah salah satu investor terkemuka di Asia Tenggara yang sedang bertumbuh. Dia adalah Managing Partner dari Indies Capital, yang mengendalikan Indies Special Opportunities Fund, penyedia ekuitas terstruktur; Indies Pelago, dana teknologi sekunder yang dominan di Asia Tenggara, dan mitra ACV, benih unggulan ASEAN dan dana tahap awal.

Indies Capital telah berinvestasi lebih dari US$ 700 juta dan merupakan pemegang saham di lebih dari 100 perusahaan selama 7 tahun terakhir. Perusahaan-perusahaan ini telah menghasilkan lebih dari US$ 40 miliar dalam nilai pemegang saham, 100.000 peluang kerja baru dan lebih dari 200 pengusaha baru di Asia Tenggara.

Pandu menjabat sebagai Chairman Indonesia untuk SEA, perusahaan teknologi terkemuka di Asia Tenggara, Anggota Dewan Gojek dan Direktur Toba Bara, perusahaan energi publik yang terdaftar di Indonesia.

Pandu selanjutnya bertugas di berbagai organisasi untuk mempromosikan kewirausahaan dan pendidikan di Asia Tenggara. Dia adalah Kepala Energi di Kamar Dagang Indonesia, Anggota Dewan Endeavour, organisasi nirlaba global untuk wirausaha, dan Ketua Asosiasi Alumni Universitas Stanford di Indonesia dan Asosiasi Alumni Akademi Phillips.

Pada tahun 2014 ia terpilih sebagai 21 Young Leaders Asia oleh Asia Society, penghargaan yang diberikan kepada para pemimpin di bawah 40 tahun yang telah membuat perbedaan signifikan di bidangnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved