Trends Economic Issues zkumparan

Industri Elektronik Semakin Agresif Perluas Pasar Ekspor

Ekspor perdana PT Adi Pratama Indonesia ke Amerika Serikat.

Perang dagang antara Amerika Serikat dan Chuna memberi peluang bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor industri elektronik. Pada 2019, nilai ekspor kelompok produk komputer, barang elektronik, dan optik mencapai US$ 1,1 miliar atau naik dibanding perolehan tahun 2018 sebesar US$ 1 miliar.

“Kami meyakini, nilai ekspor dari produk elektronik kita akan meningkat di tahun ini,” ujar Direktur Industri Elektronika dan Telematika, Kementerian Perindustrian, R. Janu Suryanto di Jakarta, Jumat (14/02/2020).

Optimisme tersebut diyakini Janu lantaran ceruk pasarnya masih terbuka lebar, termasuk ke negara nontradisional. “Sedangkan, akibat perang dagang, membuat berkurangnya pasokan produk elektronik dari China ke Amerika Serikat,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Kemenperin memberikan apresiasi kepada perusahaan-perusahaan elektronik di dalam negeri yang kian agresif mendobrak pintu ekspor. “Beberapa hari lalu, saya turut melepas ekspor produk CCTV Camera buatan pabrik di Tangerang ke Amerika Serikat,” tutur Janu.

Perusahaan yang dimaksud yaitu PT Adi Pratama Indonesia. Perusahaan yang didirikan sejak 2015 ini awalnya melakukan perakitan untuk menciptakan produk telepon seluler dan PC Tablet. Kemudian berkembang memproduksi CCTV Camera serta DVR/NVR/UVR pada 2017.

“Kami melihat potensi penjualan CCTV Camera sangat baik, hingga akhirnya kami mendapatkan pesanan dari pembeli di Amerika Serikat. Ke depannya, kami berharap bisa ekspor juga produk NVR, UVR, dan IPC Camera,” kata Raymond Tedjokusumo, Direktur PT Adi Pratama Indonesia.

Jumlah CCTV Camera produksi Adi Pratama Indonesia yang diekspor perdana ke Amerika Serikat, sebanyak 1.488 set atau 11.904 unit. Setelah mampu menembus ke pasar Amerika Serikat, Adi Pratama Indonesia juga berencana mengincar beberapa negara tujuan ekspor lainnya, seperti Eropa, Turki, Iran, India, Brasil, dan Rusia.

“Kami sebagai perusahaan yang telah berhasil melakukan ekspor ke pasar Amerika Serikat, kami sangat senang dengan hal ini. Kami telah melakukan peningkatan kualitas dan standar produksi, agar produk yang kami hasilkan dapat diterima di pasar AS. Selain itu, hal tersebut meningkatkan omzet penjualan dan kinerja pada SDM kami,” paparnya.

Ia pun berharap agar para eksportir dapat diberikan fasilitas kemudahan impor bahan baku dengan baik. Dengan demikian, rencana dan waktu produksi bisa berjalan tepat waktu. Saat ini, pihaknya melakukan impor barang material menggunakan fasilitas KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor).

Sementara itu, menurut Janu, pemerintah bertekad untuk lebih menggenjot nilai ekspor nasional, terutama dari sektor industri, yang selama ini telah memberikan kontribusi paling besar. Peningkatan nilai pengapalan produk manufaktur juga dinilai cepat untuk memperbaiki defisit neraca perdagangan sekaligus dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

Langkah ini sejalan dengan program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0. “Salah satu aspirasi dari roadmap tersebut adalah mendorong peningkatan net ekspor terhadap PDB,” ungkapnya.

Merujuk data sepanjang 2019, ekspor produk industri pengolahan mampu menembus hingga US$ 126,57 miliar atau menyumbang sebesar 75,5% terhadap total ekspor Indonesia yang menyentuh di angka US$ 167,53 miliar sepanjang tahun lalu.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved