Technology Trends

Ini Catatan Penting untuk Para Digital Marketer Tahun 2023

Ilustrasi pemasaran secara digital. (foto: iStock)

Perjalanan tahun 2022 walau ekonomi mulai menggeliat seiring dengan menurunnya kasus Covid-19, serta dunia perlahan mulai memasuki era endemic, kita tetap dihadapkan pada kondisi menantang. Terrjadinya perang Rusia-Ukraina, memberi dampak di dunia bisnis tahun ini. Lalu, bagaimana tahun 2023, terutama di industri digital marketing?

Meski demikian, pertumbuhan tetap terjadi di tengah kekacauan dunia berkat dorongan dalam mengadopsi merek melalui media pemasaran secara terukur sehingga memiliki dampak yang besar dengan Return on Ad Spend (ROAS) yang positif. Pertumbuhan itu bisa terjadi meski ada dampak dari ekonomi global yang mengalami kemerosotan, hingga ekosistem digital menjadi tidak stabil.

Menengok ke belakang pada tahun 2022, COO Xapads Media,Ramneek Chadha membahas beberapa hal yang patut diperhatikan baik dari sudut pandang ekonomi/industri dan teknologi di ruang iklan digital.

Saat Web 3.0 dikonseptualisasikan pada tahun 2014, kemudian mulai diadopsi secara berlanjut pada 2021 menjadikan tahun 2022 sebagai masa cemerlangnya. Di mana, banyak istilah baru yang merambah ke domain utama seperti Blockchain, Desentralisasi, DAO, NFT, dan lain-lain.

“Kami melihat bahwa sekarang ini terdapat minat pada brand untuk menjalankan komunikasinya dengan mengadopsi platform metaverse yang berorientasi pada pengalaman dibandingkan dengan format iklan spanduk atau video standar. Meski masih dalam tahap awal, menurut kami adopsi pengguna ke platform tersebut akan meningkat secara eksponensial sehingga memaksa brand untuk menyusun ulang strategi pemasaran digital mereka,” jelas Ramneek.

Misalnya seperti merek Gucci, JP Morgan Chase & Coke yang bereksperimen dengan cara komunikasi berbasis pengalaman pada platform tersebut. Mereka kemudian mendapat hasil yang baik dan membuka jalan bagi brandlain untuk bisa lebih maksimal dengan cara tersebut.

Iklan digital dan cookie bisa diibaratkan seperti dua tangan dalam satu sarung tangan. Sejak dimulainya pemasaran digital, para brand & Ad-Tech Platform sangat bergantung pada dua komponen tersebut untuk bisa membangun segmen audiens, dan menargetkan ulang pelanggannya. Google menjadi salah satu pihak yang diuntungkan dari hal ini, meskipun kini muncul gagasan untuk menghilangkan cookie pihak ketiga pada akhir 2023.

“Tanpa data dari pihak pertama atau pihak ketiga yang berbasis pada cookie, mengakibatkan brands & Ad-Tech Platforms kesulitan menargetkan konsumen yang tepat bagi mereka. Hal ini pun muncul sebagai tantangan terbesar pada tahun 2022, di mana sebagian besar perusahaan Ad-Tech berinvestasi besar-besaran untuk mematuhi kebijakan Google. Mereka bersiap untuk masa depan tanpa cookie,” imbuhnya.

Di dunia serba hybrid saat ini, orang-orang hidup secara offline dan online. Oleh sebab itu, penting untuk memahami pengaruh iklan digital pada penjualan secara offline ataupun sebaliknya. Lebih dari itu, penting juga untuk mengidentifikasi dan menargetkan pengguna yang sama di kedua saluran tersebut sehingga bisa mendapatkan lebih banyak pelanggan dan meraih ROAS yang lebih tinggi. Mulai dari brands, pengiklan dan Ad-Tech platform banyak berinvestasi untuk mengatasi tantangan ini sepanjang tahun dan menghasilkan beberapa keberhasilan.

“Kami melihat lonjakan pengeluaran untuk iklan digital yang dilakukan oleh bisnis berbasis kripto selama 2021-2022 dan menjadi salah satu pembelanja paling atas iklan digital sepanjang 2022. Namun, dengan adanya pengetatan aturan dari pemerintah dan bank sentral secara global, kami menilai bahwa kripto akan mengalami penurunan pada paruh kedua tahun ini,” jeals Ramneek lebih lanjut.

Bukan tanpa sebab, kapitalisasi pasar cryptocurrency mengalami penurunan hingga lebih dari 70%. Hal itu kemudian bisa menyebabkan penghentian secara tiba-tiba dalam aktivitas pemasaran oleh perusahaan berbasis kripto.

Di lain sisi, Ramneek juga melihat adanya dorongan secara eksponensial pada segmen gaming vertical selama pandemi. Banyak yang berpikir bahwa hal ini terjadi karena model kerja hybrid yang diterapkan pada awal pandemi, sehingga akan berubah saat kestabilan tercapai pada tahun-tahun mendatang. Tapi, anggapan itu ternyata berlawanan dengan pertumbuhan segmen tersebut yang terus berlanjut hingga 2022, di mana perusahaan gamemenjadi salah satu pembelanja iklan paling atas pada tahun ini.

Banyak negara yang melihat implementasi jaringan 5G sepanjang tahun ini karena memiliki kecepatan hingga 20 kali lipat lebih unggul dari jaringan 4G. Walhasil, terjadi lonjakan konsumsi konten secara tiba-tiba di seluruh dunia. Dengan persentase yang jauh lebih tinggi, kini banyak orang yang mengkonsumsi konten video melalui platform live streaming, OTT & Streaming. Kemudian juga, sejumlah acara olahraga juga disiarkan melalui platform live streaming itu, sehingga mendorong pengguna yang jauh lebih banyak di sana.

Konsumsi konten-konten video melalui smartphones & smart-devices akhirnya memicu minat brands ataupun pengiklan untuk menjalankan iklan video melalui platform itu. Oleh sebab itu, ada peningkatan secara eksponensial dalam pembelanjaan iklan pada platform tersebut.

“Jadi, meski 2022 menjadi tahun yang memiliki beragam dampak bagi ekonomi global tapi tahun ini turut memberikan banyak nilai tambah bagi ekosistem pemasaran digital. Banyak brands, pengiklan dan Ad-Tech platforms yang kini berinvestasi besar-besaran untuk memenuhi standar. Khususnya dalam memberikan ROAS yang lebih tinggi bagi brand agar bisa tetap relevan bagi setiap segmen,” tandas Ramneek.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved