Trends zkumparan

Inovasi dan Diversifikasi Produsen Tekstil di Masa Pandemi

Foto : Dok

PT Trisula Textile Industries Tbk (BELL), emiten penyedia kain, seragam dan fashion berkualitas, terus menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth) dengan memperhatikan setiap aspek dalam operasionalnya dan memperoleh sertifikasi ISO 14001:2015, yaitu sertifikasi level internasional untuk sistem manajemen lingkungan yang memastikan proses dan produk yang dihasilkan memenuhi komitmen terhadap lingkungan.

Karsongno Wongso Djaja, Direktur Utama BELL, mengatakan perseroan berusaha menjaga kelestarian lingkungan dengan memperhatikan setiap prosesnya, mulai dari penentuan bahan baku dan bahan pembantu hingga ke pembuangan limbah. “Hal ini diharapkan akan menambah nilai tambah bagi kami di mata para konsumen, akibat adanya peningkatan minat terhadap produk-produk tekstil dan fashion yang berorientasi ramah lingkungan yang juga didorong oleh tren dunia,” ucap Karsongno di Jakarta, beberapa waktu lalu.

BELL optimistis sertifikasi ISO 14001:2015 dapat memantapkan reputasi perseroan sebagai produsen tekstil berkualitas yang berkomitmen untuk selalu memperhatikan aspek lingkungan dalam menetapkan kebijakan dan proses bisnisnya yang mengedepankan keselarasan antara kualitas produk dan kelestarian lingkungan. Hal ini merupakan salah satu cara BELL mendukung tercapainya Tujuan Pembangunan Keberlanjutan (SDGs) serta menjadi persiapan validasi pihak eksternal dalam Laporan Keberlanjutan. Semuanya itu merupakan tahapan BELL dalam meraih sertifikasi lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) di masa mendatang.

Salah satu komitmen terhadap lingkungan berkaitan dengan penentuan bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan, dimana bahan-bahan tersebut sebagian besar sudah tersertifikasi OekoTex sehingga dipastikan ramah lingkungan dan aman digunakan oleh manusia. Untuk bahan pembantu seperti dye stuff dan chemical yang mengandung konten B3 dikelola dengan baik sehingga tidak mengakibatkan dampak pencemaran terhadap lingkungan. “BELL juga terus berinovasi untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan air melalui proses daur ulang sehingga dapat digunakan kembali. BELL juga mengelola limbah cair dan padat sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) BELL dilakukan dengan tahapan proses dan teknologi terkini sehingga hasil ujinya dapat memenuhi bahkan melebihi dari standar Baku Mutu yang ditetapkan,” tambah Karsongno menjabarkan.

Sebagai informasi, penjualan BELL hingga Kuartal III-2020 mencapai Rp 433,25 miliar, sedikit terkoreksi 3,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun kontribusi dari masing-masing segmen terhadap penjualan adalah dari distribusi (70,85%), manufaktur (17,42%), dan ritel (11,73%). Perseroan dengan tetap berkomitmen dalam menjaga lingkungan akan terus memberikan kontribusi dalam membuat dan mengembangkan produk-produk berkualitas.

Sebagai contoh, BELL mengembangkan kain sehat yang dapat dijadikan berbagai macam produk pakaian dan memperoleh surat izin edar dari Kemenkes untuk produk alat pelindung diri (APD) baju hazmat. “Ke depan kami akan terus berinovasi dengan kemampuan yang dimiliki serta terus mengedepankan aspek lingkungan agar industri tekstil dapat terus memberikan kontribusi yang positif,” sebut Karsongno.

Ekspor APD dan MaskerEmiten tekstil lainnya, PT Trisula International Tbk (TRIS) berimprovisasi untuk mengantisipasi bisnis fesyen yang menurun di pasar domestik maupun ekspor dengan dengan mendiversifikasikan bisnisnya yang memproduksi APD baju hazmat, masker nonmedis, dan garmen medis (medical garment).

Santoso Widjojo, Direktur Utama TRIS, menyampaikan pihaknya memenuhi kebutuhan domestik untuk produk‐produk baju hazmat dan masker non‐ medis, serta melakukan ekspor masker non‐ medis dan medical garment ke berbagai negara seperti Australia, Eropa, Inggris, dan Singapura. TRIS yang terafiliasi dengan BELL, sebagai anak perusahaan, berupaya untuk memaksimalkan potensi pasar ekspor jika kondisi masih membutuhkan dan juga meneruskan penjualan APD di pasar domestik.

Melalui anak usahanya itu, TRIS terus meningkatkan upayanya untuk memproduksi baju hazmat medis yang telah memperoleh izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), serta memiliki sertifikasi di dalam dan luar negeri. Baju hazmat medis ini merupakan produk manset elastis dengan risleting tersembunyi dan digunakan sekali pakai. Kainnya sendiri terbuat dari kain yang tahan air dan cepat menyerap (di dalam).

Diraihnya izin edar dari Kemenkes diharapkan akan meningkatkan kualitas produk baju hazmat TRIS, sekaligus mendapatkan kepercayaan lebih dari konsumen. Selain APD kesehatan, TRIS juga mengembangkan pakaian protective wear untuk pasar domestik dan juga untuk di ekspor. “Adanya pandemi memang menjadi tantangan bagi setiap industri sehingga kami melakukan strategi untuk diversifikasi produk dengan membuat APD kesehatan dan protective wear. Diharapkan, TRIS dapat terus memberikan produk-produk berkualitas dengan terus memanfaatkan peluang yang ada sesuai dengan kebutuhan pasar ke depannya,” ungkap Santoso.

Pada kesempatan terpisah, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terdampak berat oleh pandemi Covid-19 sehingga Kemenperin menyusun strategi percepatan pemulihan industri TPT dan memacu industri ini tetap produktif di tengah hantaman pandemi Covid-19. Sekretaris Jenderal Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono, menerangkan, TPT menjadi penghasil devisa lantaran nilai ekspornya Pada 2019 mencapai US$ 12,9 miliar, dengan penyerapan tenaga kerja 3,74 juta orang.

Kemenperin berupaya menyusun berbagai strategi untuk menopang industri TPT. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Kemenperin, Muhammad Khayam, mengatakan pihaknya telah berupaya menyusun berbagai strategi, salah satunya penerapan Peta Jalan (Road Map) Tekstil 4.0 yang menekankan pada tiga jangkauan, yakni horizon 1 (jangka pendek atau dalam kurun 3-5 tahun), horizon 2 (jangka menengah 5-10 tahun), dan horizon 3 (jangka panjang 10-15 tahun).

Horizon 1 berfokus pada pengembangan synthetic fibers, high quality yarn, specialty & industrial fabrics. “Selanjutnya, horizon 2 dan 3 berkembang pada pengembangan apparel with embedded technology dengan fokus produk technical multifabric textiles, leather fabrics, functional clothing, dan smart footwear,” tutur Muhammad Khaya dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (4/11/2020). Industri TPT meruapakan salah satu andalan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035 dan yang diprioritaskan pengembangannya berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved