Trends

Jadi Calon Menteri, Nadiem Makarim Lepas Jabatan di Gojek

Oleh Editor
Eks CEO Gojek Indonesia Nadiem Makarim usai menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta
Eks CEO Gojek Indonesia Nadiem Makarim usai menemui Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta (Foto: Andhika Prasetia/detikcom)

Pendiri Gojek, Nadiem Makarim, mengatakan jika Presiden Joko Widodo atau Jokowi memintanya menjadi salah satu menteri. “Ini suatu kehormatan yang luar biasa saya diminta untuk bergabung kabinet Pak Presiden,” kata Nadiem Makarim usai dipanggil Jokowi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 21 Oktober 2019.

Nadiem menyatakan menyanggupi tawaran tersebut. Meski ia tidak tahu bakal ditempatkan sebagai menteri apa. “Masalah posisi spesifiknya saya belum bicara mengenai itu karena itu hak prerogatif presiden,” ujar dia.

Terkait posisinya sebagai CEO Gojek, Nadiem Makarim menyatakan telah melepaskannya hari ini juga. “Posisi saya di Gojek sudah mundur dan tidak ada kewenangan sama sekali. Per hari ini,” tuturnya.

Pria bernama lengkap Nadiem Anwar Makarim ini lahir di Singapura 4 Juli 1984. Meski begitu dia dan keluarganya berkewarganegaraan Indonesia.

Nama Nadiem Makarim mulai dikenal masyarakat sejak beberapa tahun belakangan ini. Namanya semakin melejit, pada saat perusahaan rintisan atau startup Gojek mencapai level decacorn.

CB Insights dalam daftar The Global Unicorn Club memuat nama Gojek di urutan ke-19 startup dunia yang menembus status decacorn. Gojek, seperti dikutip dari situs CB Insights, memiliki valuasi sebesar US$ 10 miliar.

Saat ini, Gojek beroperasi di Thailand, Vietnam, Filipina, dan Singapura. Masing-masing negara memiliki perbedaan produk sesuai dengan tingkat kebutuhannya.

Sebelum mendirikan Gojek, Nadiem Makarim merupakan Co-Founder dan managing editor dari Zalora Indonesia. Kemudian dia menjabat sebagai chief innovation officer di Kartuku.

Nadiem menempuh pendidikan Sekolah Menengah Atas di Singapura. Selanjutnya, dia pindah ke Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan strata satu di Brown University. Pada jenjang strata dua, dia melanjutkan studi di Harvard Business School.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyatakan telah memutuskan untuk mengangkat menteri dari kalangan muda, atau di bawah 30 tahun. Meskipun berusia belia, kata Jokowi, calon menteri itu telah memiliki pengalaman manajerial yang cukup. “Sebenarnya banyak calon dari anak-anak muda, mereka tampil percaya diri. Tapi begitu diteliti pengalaman manajerialnya, ternyata lemah,” ujarnya, Rabu, 14 Agustus 2019.

Sumber: Tempo.co


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved