Trends

Jurus KAM Kembangkan Bisnis Sayur Beku

Proses pemilihan sayuran di PT Kelola Agro Makmur (Foto: Gigin W. Utomo)

Okra tak bisa dipandang sebelah mata. Tanaman yang dipercaya kaya manfaat ini ternyata telah menjadi salah satu sumber penghidupan bagi ribuan petani di kawasan Pantura Jawa Tengah. Produk agribisnis tersebut menjadi salah satu produk yang bernilai ekonomi tinggi.

Okra hanyalah satu komoditas unggulan yang dikembangkan PT Kelola Agro Makmur (KAM). Sejak tiga tahun lalu, perusahaan yang bermarkas di Temanggung, Jateng ini merintis budidaya beberapa beberapa komoditas pertanian dengan system kemitraan. Selain okra ada buncis, ubi jalar dan edamame.

Keberadaan perusahaan tersebut tidak lepas dari sosok Muhammad Najikh, yang tak lain CEO Kelola Grup. Dialah yang memiliki konsep pengembangan agribisnis di Jawa Tengah. Tapi sayang perjalanan nasib menentukan lain. Manusia boleh merencanakan, tapi Tuhan yang menentukan. Setelah sempat meresmikan pabriknya di Pringsurat Temanggung, tak lama kemudian beliau pergi selama-lamanya karena Covid-19 pada 17 April 2020.

Seandainya masih hidup, Muhammad Najikh tentu akan merasa bahagia melihat capaian kinerja KAM yang dirintisnya. Anak perusahaannya tersebut telah membawa manfaat besar bagi ribuan petani beberapa kota di Jawa Tengah. Hingga akhir tahun kemarin sedikitnya sudah menjalin kemitraan dengan 5000an petani. “ Kami terus mencari mitra untuk memenuhi kebutuhan pasar, “ kata Muhlisul Fuad, Direktur KAM kepada SWA.

KAM kini menjadi pemain utama komoditas sayur beku yang mayoritas untuk pasar ekspor. Bisnis sayur beku bisa dibilang masih blue ocean karena pasarnya masih sangat besar. Baik untuk lokal maupun ekport. Banyak perusahaan yang mencoba meraih keberuntungan dengan pola kemitraan, tapi kebanyakan gugur layu sebelum berkembang.

KAM setiap bulan bisa mengapalkan puluhan kontiner produk sayur beku untuk dikirim ke berbagai belahan dunia. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekport antara lain, Amerika, Kanada, Asutralia, Midle East, Eropa,Singapura dan Jepang. Hanya sebagian kecil yang untuk pasar lokal masuk ke beberapa jaringan supermarket ternama. “Pasar lokal hanya 10 persen saja,” jelas pria yang akrab disapa Fuad ini.

Muhlisul Fuad, Direktur PT Kelola Agro Makmur

Meski persyaratan ketat, perusahaan ini memang memilih menggarap pasar ekspor karena dari sisi harga jauh lebih baik, tapi diwajibkan harus bebas residu dengan batas tertentu. Karena itulah proses budidaya, petani hanya diperkenankan menggunakan pupuk dan obat-obatan yang sudah ditentukan.

Menurut Fuad, budidaya tanaman sayur memiliki prospek pasar yang sangat cerah. Tapi untuk meraih hasil yang baik, prosesnya tidak semudah membalikan telapak tangan. Khusus untuk model kemitraan butuh kesabaran dan perlu dukungan resources yang kuat. Mata rantai produksinya panjang, mulai dari pengkondisian lahan dengan petani yang siap bermitra, hingga penyiapan benih sampai penanganan pasca panen.

Saat ini, KAM menggarap ribuan hektar lahan di beberapa titik lokasi dari dataran rendah hingga tinggi. Lokasinya tersebar mulai dari sekitaran pantai utara hingga dataran tinggi di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo. Dari tiga komoditas yang digarap memang membutuhkan karateristik lahan yang berbeda.

Sebagai gambaran, untuk jenis tanaman okra membutuhkan lahan di dataran rendah. Oleh karena itu, banyak ditanam di sekitar pantai utara (Pantura) yang membentang mulai dari Batang, Kendal, Demak, Grobogan dan sekitarnya. Sementara, untuk edamame dan buncis, tanaman membutuhkan lahan dengan ketinggian diatas 300 mdpl (300 meter di atas permukaan laut), cocok ditanam di Magelang, Semarang atas, Temanggung, Wonosobo dan Banjarnegara.

Seperti diungkapkan Fuad, pihaknya terus memperluas area lahan garapan dengan memberbanyak kemitraan dengan para petani. Hal ini untuk memenuhi target produksi yang masih jauh dari kebutuhan pasar. “Kapasitas produksi kami sampai 50 ton perhari, tapi baru terpenuhi puluhan ton saja,” ungkap pria yang fasih berbahasa Jepang tersebut.

Untuk sosialisasi program kemitraan tersebut, KAM bekerja sama dengan Dinas terkait di beberapa kabupaten. Pola kemitraan dijamin lebih menguntungkan bagi petani karena ada jaminan pasar yang jelas dengan harga yang lebih baik.

Pola kerjasama yang dijalankan, petani cukup menyediakan lahan dan tenaga saja. Sementara pihak perusahaan menyiapkan kebutuhan bibit hingga obat-obatan. Pihak perusahaan akan membeli semua hasil panen dengan harga yang sudah disepakati bersama saat perjanjian kerjasama. Untuk daya tarik harga, biasanya di atas rata-rata harga pasar.

Pihak perusahaan, menerjunkan tenaga lapangan khusus yang setiap hari memantau perkembangan tanaman. Mereka juga menyediakan mobil unit khusus untuk mengambil hasil produksi untuk dibawa ke pabrik pengolahan.

Untuk menghasilkan produk memenuhi standar kualitas yang ditentukan, selain memegang berbagai sertifikat BRC, HACCP dan HALAL, pabrik pengolahan juga dilengkapi dengan mesin-mesin yang canggih, Selain itu, juga disediakan laboratorium internal. Laboratorium tersebut konon mampu mendeteksi semua jenis bakteri. Selain itu juga memiliki lab yang mampu mendeteksi lebih dari 500 residu pestisida. “Kami jamin produk yang dihasilkan dijamin aman dan berkualitas” tutur Fuad.

Produk pertanian tersebut semua dibuat menjadi sayur beku yang siap saji maupun siap diolah. Khusus untuk edamame dikemas plastik 500 gr dan langsung bisa disantap, hanya perlu proses pemanasan saja. Sementara untuk buncis dan okra juga dikemas dalam bentuk potongan yang siap diolah sesuai kebutuhan konsumen.

Fuad mengakui, pada awal dulu tidak mudah meyakinkan petani untuk mau diajak kerjasama.. Mereka trauma dengan model kerjasama yang sempat dijalankan dengan pihak lain sebelumnya. Baru setelah mengetahui hasil yang lebih baik, semakin banyak petani yang maui diajak kemitraan.

Pada awalnya, KAM harus menyediakan modal kerja untuk menyiapkan kebutuhan petani. Belakangan sudah lembaga perbankan yang siap mendanai program kemitraan tersebut. Dan para petani yang menjadi nasabah langsung. “Kami hanya menjadi penjamin saja,” tutur Fuad.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved