Technology Trends

Jurus Ralali Bertahan di Tengah Persaingan E-commerce

Ralali
(Kanan) Joseph Aditya, CEO Ralali.com dalam acara Goyahnya E-commerce, Apakah Masih Menjanjikan?. (SS Zoom)

Tidak seperti kebanyakan pelaku e-commerce di Indonesia, Ralali lebih fokus pada segmen pasar B2B dengan menyediakan produk-produk untuk industri, perusahaan dan bisnis.

Tercatat, saat ini Ralali melayani lebih dari 1,5 juta pelaku bisnis sebagai user di platformnya, dengan 100 ribu member premium dan 8 juta pengunjung website setiap bulannya.

Joseph Aditya, CEO Ralali.com mengatakan, dengan memahami kebutuhan pasar dan fokus pada segmen yang tepat, Ralali dapat menawarkan solusi yang relevan untuk pelanggan dan menjadikannya sebagai pilihan utama dalam memenuhi kebutuhan industri.

“Kami fokus di positioning. Dari awal berdiri kami mengukuhkan diri sebagai pionir (e-commerce) di bidang B2B di saat yang lain B2C. Selain value preposition-nya jelas, kami harus selalu back to basic bahwa teknologi ini angle-nya selalu empowerment. Berapa banyak yang bisa kami empower dari sini,” ungkapnya dalam webinar Goyahnya E-commerce, Apakah Masih Menjanjikan?, Rabu (15/03/2023).

Salah satu bentuk empowerment yang diberikan Ralali adalah pelayanan pelanggan yang responsif dan membantu pengguna dalam menyelesaikan masalah. Dengan memberikan pengalaman pengguna yang baik, menurut Joseph, pihaknya dapat membangun loyalitas pelanggan dan meningkatkan pangsa pasar.

“Kami fokus memberikan empowerment tersebut salah satunya dengan membuka market lebih cepat. Misalnya, ketika bisnis butuh penetrasi ke seluruh Indonesia tetapi tidak ingin melalui traffic online, yakni masuk ke toko-toko, modern trade, general trade, Ralali bisa memprosesnya. Lalu jika bisnis butuh pendanaan kami akan hubungkan,” jelas Joseph.

Baca juga: Ralali Business Bantu Mendigitalisasi UMKM di 10 Kota Indonesia

Ralali juga terus melakukan inovasi dan pengembangan produk untuk mengikuti tren dan kebutuhan pasar yang berkembang. Dengan menghadirkan produk-produk baru dan inovatif, Ralali dapat memimpin pasar dan menjadi pilihan utama bagi pelanggan dalam memenuhi kebutuhan industri.

Terkait maraknya e-commerce yang berguguran, Joseph menyebut, bisnis termasuk bisnis e-commerce pada akhirnya tidak mencari seberapa banyak pelanggan tetapi seberapa besar profit yang dihasilkan (capital gain).

Ia mencontohkan, perusahaan e-commerce di Amerika dan China untuk mencapai bottom line atau net income, tidak sampai menunggu sampai puluhan tahun, tetapi hanya dalam kurun waktu lima tahun mereka sudah profit.

Senada dengan Joseph, Farid Subkhan, Chairman & Pendiri Vocasia mengatakan, fenomena yang dilakukan e-commerce di Indonesia saat ini sebenarnya relatif terlambat untuk membangun sebuah ekosistem persaingan e-commerce yang sehat, baik itu bagi pelaku industri e-commerce, pelaku UMKM, dan pelanggan.

“Apakah pelanggan akan tetap berbelanja meski tidak ada gratis ongkir? Ini dimungkinkan jika ada sebuah value added. Misal jika pelanggan ingin mencari Mercedes Benz dan itu memang harganya, dan tidak ada lagi barang yang ingin dia beli, ya dia tidak akan meninggalkan barang itu,” kata Farid.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa industri e-commerce tidak akan hilang baik karena kompetisi maupun perubahan market. Pasalnya, saat ini teknologi semakin dibutuhkan oleh masyarakat.

“Pada dasarnya teknologi merupakan enabler dari e-commerce. Teknologi ini pasti akan memengaruhi baik dari sisi pelaku usaha maupun pelanggan, sehingga mau tidak mau kita harus terus update dan disitulah butuh peran dari banyak pihak sehingga semua melek dengan teknologi,” tuturnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved