Business Research Trends zkumparan

Kantar Worldpanel: Kompetisi Industri Consumer Goods Semakin Ketat

Ryan Alfons Kaloh, Direktur Pemasaran Alfamart Indonesia (foto: dok. SWA)

Merek Asia terus berkembang mengungguli mayoritas pasarnya dalam beberapa tahun terakhir.

Kesuksesan merek-merek ini diperoleh dengan banyak menghadapi tantangan. Kemitraan yang kuat dengan para pemain utama ritel lokal mampu memperkokoh eksistensi merek-merek lokal untuk tetap bertahan dan terus maju. Peritel lokal yang diberdayakan tidak hanya untuk merek Asia, tetapi juga merek multinasional.

Edisi kedua publikasi tahunan dari Kantar Worldpanel, Asia Brand Power, memfokuskan pada kekuatan peritel Asia, bagaimana respons dan penyesuaian pelaku bisnis dengan perubahan kebutuhan konsumen mampu mendorong dan membentuk kembali pasar fast moving consumer goods (FMCG) di Asia.

Dalam laporan ini, Kantar Worldpanel mengungkap kunci sukses dari para pelaku ritel lokal yang bertindak sebagai penjaga gawang terhadap pasar yang tumbuh cepat serta faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesuksesan mereka. Laporan ini membedah jenis kemitraan antara pemasok dan produsen mereka. Melalui wawancara dengan beberapa tokoh ritel lokal terkemuka di Asia Pasifik, laporan ini memberikan pandangan yang mendalam tentang strategi bisnis dan rahasia di balik pertumbuhan fenomenal mereka.

Perubahan demografis yang cepat menjadi salah satu faktor utama yang menentukan dalam lanskap ritel di Asia, di mana populasi penduduk tua dan urbanisasi membentuk kembali pola berbelanja.

Dalam menanggapi perubahan demografis ini, peritel berupaya untuk memahami cara mengatasi kebutuhan populasi penduduk tua dan menyusutnya daya beli.

Langkah untuk membeli dan menjual produk dalam kemasan sekali pakai dengan ukuran yang lebih kecil menjadi salah satu tren paling penting dalam restorasi lanskap ritel di Asia. Beberapa keuntungan dari produk dengan kemasan kecil di antaranya adalah untuk mendorong konsumen bereksperimen, memungkinkan pembeli untuk mencoba produk dan merek baru, selain itu pengeluaran belanja lebih kecil.

Minimarket menunjukkan angka pertumbuhan yang paling signifikan pada sektor FMCG di wilayah Asia, dengan membawa kenyamanan dan kegiatan komunitas sebagai kunci pertumbuhan. Lewat format toko yang lebih kecil, minimarket menjembatani kesenjangan antara perdagangan modern dan tradisional, serta berfungsi sebagai penghubung komunitas di mana pembeli dapat membayar tagihan listrik, membeli tiket perjalanan, konser, maupun untuk pertemuan sosial.

Mayoritas minimarket mampu menunjukkan pertumbuhan yang kuat, melampaui format toko yang lebih besar.

Di Indonesia, Alfamart menunjukkan salah satu praktik terbaik dalam aspek ini, dengan mengusung gerakan “Toko Komunitas Sejati” (True Community Store) yang juga mendukung operasional perdagangan tradisional yang ada serta usaha kecil sebagai mitra distribusi.

Ryan Alfons Kaloh, Direktur Pemasaran Alfamart Indonesia, mengonfirmasi bahwa kemitraan distribusi Alfamart dengan UKM lokal memiliki peranan penting dalam hal ini. “Semua ini merupakan bagian dari kontribusi kami pada komunitas yang lebih sehat. Kami selalu mengupayakan hubungan yang lebih dekat dengan produsen merek serta pemasok,” jelasnya.

Hubungan yang dekat ini turut membantu dalam melaksanakan promosi bundling Alfamart dengan produk-produk dari berbagai kategori, dan i tergerak untuk berbagi pemahaman mengenai dinamika konsumen serta aktivitas pembelanjaan berdasarkan data mereka untuk membantu menciptakan promosi tersebut.

Alfamart bukan hanya toko serba ada biasa, namun juga merupakan tempat di mana konsumen datang untuk membeli tiket perjalanan atau melakukan pembayaran pinjaman maupun tagihan. Beberapa gerai Alfamart juga menyediakan ruang komunitas Albi Home yang berlokasi di lantai atas toko utama, yaitu balai pertemuan sosial gratis yang dilengkapi dengan perangkat digital serta dapat dipesan untuk acara dan digunakan oleh merek-merek untuk melakukan aktivitas pemasaran dan program edukatif.

Dengan meningkatnya penetrasi ponsel pintar di sebagian besar pasar Asia, gambaran yang semakin kompleks muncul ketika berbicara tentang bagaimana konsumen mengintegrasikan pengalaman belanja online dan offline mereka. Pilihan antara mengunjungi toko dan membeli melalui internet bukanlah hal yang saling eksklusif.

Peritel Asia menemukan cara-cara baru untuk menciptakan pengalaman berbelanja melalui teknologi – dan ini adalah salah satu fitur yang paling menarik dari pasar FMCG di wilayah Asia. Di Indonesia, Alfamart memanfaatkan fasilitas mobile channel untuk pemesanan berbasis aplikasi melalui model click-and-collect yang mengajak pembeli untuk memesan secara online sebelum mengambil barang mereka di dalam toko.

Lewat fitur ini juga, Alfamart memberikan promosi reguler yang didukung dengan geo-targetting dan dilakukan secara masif. “Sebagian besar pembeli kami berusia di bawah 30 tahun, dan ini membuat pengintegrasian digital ke dalam proses berbelanja pelanggan kami sangat penting. Aktivasi digital adalah bidang inovasi yang penting untuk promosi kami. Program voucher digital kami pada Instant Messaging Line dan platform digital lainnya menghasilkan lebih dari 30 juta transaksi tahun lalu.”, jelas Ryan.

Venu Madhav, General Manager Kantar Worldpanel Indonesia, juga menegaskan bahwa saluran ritel modern seharusnya berperan sebagai komplemen dari e-commerce atau platform online lainnya. “Saluran ritel modern seharusnya tidak merasa terancam oleh munculnya ritel online atau melihat ritel online sebagai pesaing. Malah seharusnya, melalui program yang tepat, saluran online dapat menjadi elemen pelengkap bagi toko konvensional untuk menambah nilai bagi pelanggannya,” kata Venu.

Pelaku ritel besar di kawasan Asia melayani lebih dari satu saluran pengiriman untuk merek-merek FMCG, karena pertumbuhan peritel tersebut didorong oleh kemampuannya dalam mengadaptasi kebutuhan pembeli yang bertransformasi secara cepat dan komitmennya dalam merancang ulang model bisnis mereka demi memenuhi kebutuhan pelanggan.

“Selama bertahun-tahun, perdagangan modern telah mendorong pertumbuhan dengan menyesuaikan diri dan menawarkan lebih dari sekadar menjual produk,” jelas Venu.

Selain promosi, keberhasilan merek FMCG lokal didukung oleh kapasitas mereka untuk menyesuaikan diri dengan model ritel yang cepat berubah dengan mengembangkan produk yang sejalan dengan visi peritel dari konsumennya. Ryan Alfons Kaloh juga menegaskan bahwa untuk memenuhi kebiasaan konsumen Indonesia yang berubah dengan cepat, pemahaman mengenai dinamika pelanggan memegang peranan penting dalam pertumbuhan yang berkesinambungan karena dapat menginformasikan aspek bisnis ritel secara luas dari portofolio produk, rantai pasokan, hingga promosi yang dikembangkan.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved