
Syngenta Indonesia terus berupa menghadirkan inovasi teknologi perlindungan tanaman dan benih untuk membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman demi memenuhi kebutuhan nasional dan juga pasar ekspor. Syngenta berkomitmen membantu para petani Indonesia untuk meningkatkan produktifitas pertanian melalui berbagai inovasi dan membuka peluang-peluang pertanian baru.
Upaya peningkatan produktivitas dimulai dari pemilihan benih varietas unggul yang sudah teruji. Selain itu, untuk memudahkan para petani jagung dalam mendapatkan benih unggulan, Syngenta Seeds Indonesia meluncurkan official store e-commerce benih jagung NK.
Menuut Fauzi Tubat, Seed Business Head of Syngenta Indonesia, melalui official store e-commerce benih jagung NK akan memudahkan petani untuk mendapatkan benih terbaik bagi usaha budidaya jagung mereka, terutama bagi para petani yang selama ini kesulitan menjangkau toko-toko konvensional. Official store e-commerce ini akan tersedia di berbagai marketplace seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia.
Kazim Hasnain, Presiden Direktur Syngenta Indonesia, berharap dalam beberapa tahun ke depan official store ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan benih bagi petani yang lebih menggunakan media digital. “Benih jagung unggulan produksi Syngenta sudah dikenal lama oleh petani Indonesia dan sudah terbukti meningkatkan produktivitas jagung,” kata Kazim.
Selain itu, Syngenta Indonesia telah menyiapkan aplikasi peTani Apps yang bisa di-download di Play Store. Dengan aplikasi ini, petani jagung bisa mendapatkan informasi penting dari ahli jagung PT Syngenta. Apalagi dengan adanya fitur scan yang sangat penting bagi para petani jagung. Sebab fitur itu dapat digunakan untuk mengecek atau memastikan produk benih yang beredar di pasaran asli atau palsu.
Aplikasi ini dikembangkan Syngenta untuk memberi akses satu pintu bagi petani jagung agar memperoleh semua informasi terkait budidaya jagung, termasuk solusi agronomi, prakiraan cuaca, jadwal tanam, rekomendsi produk, perhitungan keuntungan, hingga informasi terkait ketersediaan produk benih Syngenta dari kios pertanian terdekat.
Akhir tahun lalu, Syngenta juga telah meluncurkan sebuah ekosistem pertanian baru yang bernama Centrigo yang bertujuan membantu meningkatkan keuntungan petani melalui pendekatan model bisnis dari hulu ke hilir. Ekosistem pertanian baru ini adalah bukti upaya Syngenta untuk mengawali perubahan pertanian yang lebih maju di Indonesia.
Diakui Fauzi, inovasi pertanian dari hulu ke hilir menjadi salah satu kunci dalam mencapai keunggulan pasar dan peningkatan keuntungan bagi petani. Misalnya di hulu, peran riset dan pengembangan jagung Syngenta membantu akselerasi seleksi benih jagung.
Dengan menggunakan teknologi pemuliaan yang lebih maju waktu yang dibutuhkan untuk menghadirkan satu varietas benih hibrida yang baru menjadi lebih singkat, dari yang sebelumnya 6-8 tahun menjadi tiga 3-4 tahun saja. Di bagian hilir, Syngenta melakukan inovasi digitalisasi untuk menjangkau sekitar 7 juta petani jagung di Indonesia.
Nanin Noorhajati, Crop Protection Development Head Syngenta Indonesia, menambahkan dalam mengembangkan produk perlindungan tanaman yang inovatif dan memberikan keuntungan bagi petani, peranan riset dan penelitian tidak terpisahkan dalam upaya mencapai keselarasan dengan keamanan lingkungan pertanian dan kesehatan petani.
Bahkan Syngenta baru saja mengembangkan teknologi inovatif dan berkelanjutan yang baru saja Syngenta kembangkan adalah produk biologis dan biostimulan. Berbagai teknologi produk perlindungan tanaman yang dihasilkan ini telah melalui proses pengujian yang sangat panjang mulai dari uji kimia, toksikologi, biologi, dan lingkungan. Untuk mendukung pertanian presisi, Syngenta mengembangkan penggunaan drone yang meningkatkan efisiensi tenaga kerja, serta jangkauan luas dalam aplikasi produk perlindungan tanaman untuk pemeliharaan tanaman.
Dari segi keamanan bagi petani, baru-baru ini Syngenta mengembangkan inovasi alat semprot produk perlindungan tanaman yang disebut Closed Loop Knapsack System (CLKS). Inovasi alat semprot CLKS mengadopsi konsep Closed Transfer System (CTS) yang telah digunakan oleh petani-petani di Amerika dan Eropa.