Trends Economic Issues

Kenapa JD.id Tutup? Ini Penjelasan dan Analisis Para Ahli

JD.ID berencana tutup permanen pada 31 Maret 2023. Para ahli menganlisis penyebab penutupan ini. (Dok. JD.ID)

Salah satu anak usaha e-commerce yang berasal dari Tiongkok JD.id akhirnya mengumumkan tutup permanen per 31 Maret 2023 mendatang. Marketplace ini masih akan melayani pemesanan hingga tanggal 15 Februari 2023. Para ahli memprediksi ada beberapa penyebab kenapa JD.id tutup.

Ahli ekonomi Universitas Surakarta Agus Trihatmoko menilai penyebab JD.id tutup adalah karena perilaku konsumen. Ada value antara penjual dan pembeli yang tidak bisa digantikan oleh e-commerce yaitu touch langsung. Saat digantikan dengan digital, maka orang tidak murni atau setia dalam bertransaksi sehingga mereka kembali ke transaksi offline. “Tetapi ini tidak signifikan (pengaruhnya),” kata Agus saat dihubungi oleh SWA Online (30/01/2023).

Faktor selanjutnya JD.id tutup adalah adanya persaingan dengan e-commerce atau startup baru di level lokal (kecil-kecil) lingkup kabupaten atau kota. E-commerce yang kecil-kecil dan baru-baru ini lebih efisien dan dekat dengan konsumen.

“E-commerce yang sifatnya tersentralisasi akan kalah dengan yang terdesentralisasi di daerah-daerah. Sebenarnya bisnis e-commerce ini tidak turun, tetapi terkanibal oleh e-commerce lain yang baru muncul. Buktinya apa? (bisnis e-commerce tidak turun) perusahaan logistik tumbuh, ini karena ada bisnis yang sifatnya online,” ucap Agus menjelaskan.

Maka, menurut Agus, sudah betul keputusan manajemen induk JD.id yakni JD.com untuk fokus ke lini bisnis rantai pasok internasional dengan pergudangan dan logistik sebagai inti bisnisnya. “Bagi pengusaha (yang ingin mendirikan e-commerce) hati-hati, analisis pertama sebelum mendirikan adalah persaingan saling mengkanibal (satu sama lain),” ucap Agus.

Sementara itu, konsultan bisnis dan marketing Yuswohady mengungkapkan penyebab JD.id akhirnya tutup. Pertama adalah kehabisan dana segar karena suntikan dana dari investor dihentikan. Induk usaha JD.id dan partner VC-nya sedang melakukan pengetatan kucuran dana sebagai dampak krisis global, sementara JD.id tak kunjung mencapai profitable growth.

“Akibatnya, mereka melakukan refocusing dan pemprioritasisain ulang dengan pindah haluan ke pasar dalam negeri. Alasan no market needs, flawed bis model, regulatory challenges, dan product mistimed jelas tidak. Kenapa? Karena Tokopedia, Shopee, Lazada, Blibli, dan Bukalapak telah terbukti sukses meraup pasar, tanpa ganjalan faktor-faktor tersebut,” katanya.

Penyebab selanjutnya JD.id tutup adalah terlambat masuk pasar, lemah brand equity, dan kalah bersaing dengan e-commerce The Big 5 (Tokopedia, Shopee, Lazada, Blibli, dan Bukalapak). Menurut Yuswo, JD.id termasuk belakangan masuk ke pasar Indonesia (2015). Ditambah lagi investasi marketing-nya tanggung, sehingga brand-nya tak kunjung kokoh terbentuk.

“Sementara The Big 5 begitu agresif ‘bakar duit’ untuk menggaet konsumen. Celakanya persaingan tak hanya datang dari The Big 5 dan sesama pemain e-commerce, tapi juga dari social commerce seperti TikTok Shop yg belakangan marak,” ucap Yuswo.

Diketahui penutupan JD.id merupakan keputusan induk usahanya JD.com yang ingin fokus di bisnis rantai pasok internasional dengan logistik dan pergudangan sebagai inti bisnisnya.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved