Management Trends

Kenyamanan Bekerja yang Diciptakan Fujifilm Indonesia

Kenyamanan Bekerja yang Diciptakan Fujifilm Indonesia
Fujifilm juga menjunjung tinggi sikap adil dan tidak memihak

Kapabilitas beradaptasi adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam berbagai macam keadaan. Untuk dapat beradaptasi, dituntut bersikap terbuka. Terbuka untuk menerima masukan, terbuka dalam melihat peluang, terbuka menerima perubahan. Keterbukaan inilah yang telah membantu Fujifilm, pelaku industri fotografi, saat zaman menghadirkan perubahan teknologi yang signifikan.

Dengan keterbukaan, Fujifilm mudah melakukan penyesuaian. Bahkan, perusahaan tersebut juga terbuka dalam mencari peluang ke sektor kesehatan dan kecantikan. Keberanian ini membuat Fujifilm berhasil mempertahankan posisinya sebagai perusahaan besar yang tak gampang goyah dilanda perubahan zaman.

Fujifilm juga menjunjung tinggi sikap adil dan tidak memihak. Nilai-nilai inilah yang menjadi budaya kerja dan memberi energi positif bagi setiap karyawan. Keterbukaan bukan hanya dikhususkan untuk faktor eksternal. Keterbukaan internal menjadi kebiasaan. Sikap ini ditunjukkan langsung oleh pimpinan perusahaan, yaitu Presiden Direktur Fujifilm Indonesia Masato Yamamoto.

Masato memiliki langkah-langkah pendekatan tersendiri pada seluruh karyawan di Fujifilm Indonesia. Hal ini Ia lakukan untuk meminimalisir gap yang ada akibat perbedaan budaya ataupun jabatan. Dia sadar bahwa menurut Teori Dimensi Budaya Hofstede-sebuah kerangka kerja yang digunakan untuk memahami perbedaan budaya antarnegara, Indonesia termasuk dalam budaya dengan jarak kekuasaan yang tinggi dan masih menganggap senioritas.

Maka dari itu, Masato tak pernah segan untuk melakukan serangkaian pendekatan agar karyawannya berani menyampaikan pendapat atau hanya berkomunikasi. Salah satu langkah konkretnya adalah membiarkan pintu ruangannya terbuka. Dengan pendekatan ini, hierarki di atas kertas hanya tertulis sebagai formalitas.

“Contoh lain keterbukaan di Fujifilm Indonesia adalah saat pandemi Covid-19 berdampak buruk bagi perusahaan. Langkah-langkah efisiensi saat itu perlu diambil oleh jajaran manajemen. Langkah ini berat, tapi mudah dijalani dan diterima oleh seluruh karyawan. Caranya dengan memaparkan kondisi dan kesulitan yang dialami perusahaan secara terbuka. Kemudian memberikan pilihan solusi untuk kepentingan bersama. Tak ada keputusan krusial yang ditutupi oleh pihak manajemen,” jelas Masato.

“Transparansi inilah yang menjaga Fujifilm Indonesia terhindar dari konflik internal, baik vertikal maupun horizontal,” tutur GM Finance & Accounting Fujifilm Indonesia Rochadian Maulana dalam keterang tertulis di Jakarta (4/10/2022).

Untuk terus dapat berinovasi, Fujifilm Indonesia memiliki metode kerja berbasis See, Think, Plan, and Do (STPD). Hal ini berbeda dengan kebanyakan perusahaan yang memiliki metode kerja berbasis Plan, Do, Check, Act (PDCA). STPD, sebuah metode yang diciptakan oleh Fujifilm pada tahun 2005, merupakan sebuah inovasi yang berfokus pada problem solving. STPD sendiri merujuk pada cara kerja karyawan berprestasi yang mampu mengatasi sejumlah persoalan saat itu. Secara jangka panjang, tujuan dalam menggunakan metode kerja ini agar meningkatkan produktivitas, omzet, dan profit perusahaan.

Menurut GM Corporate Affairs Fujifilm Indonesia Rudy Handojo, STPD digunakan sebagai tool untuk problem solving. “Penggunaannya diterapkan dalam pekerjaan harian para karyawan. Misal, ada karyawan yang tidak mencapai target, karyawan tersebut tidak akan langsung dihakimi oleh atasan. Dengan adanya metode STPD, karyawan tersebut akan diajak berdialog untuk mencari solusi bersama. Dengan pendekatan metode kerja seperti ini, karyawan menjadi lebih terbuka tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi, tanpa harus merasa khawatir akan diberikan sanksi,” ungkapnya.

Kinerja karyawan pun secara otomatis akan semakin menjadi efektif karena fokus dalam mencari solusi, bukan terkungkung dalam permasalahan. Efek samping dari metode kerja ini secara jangka panjang, membentuk iklim kerja yang supportif, menghilangkan ruang untuk saling menyalahkan.

Untuk mendukung metode kerja STPD, Fujifilm Indonesia memiliki kode etik. Kode etik yang telah disusun dibuat menjadi panduan dalam bekerja, bukan aturan kaku untuk mendikte karyawan.

Karyawan pun secara sukarela menaati kode etik yang telah ditetapkan, tanpa adanya paksaan. Kesadaran ini dilakukan karena hadirnya kultur perusahaan yang terbuka, adil dan tidak memihak. Sehingga karyawan berkerja secara profesional dan menjaga integritas dalam bekerja agar dapat menciptakan iklim kerja yang nyaman untuk semua. Budaya positif ini telah terpatri dalam diri setiap karyawan.

Dengan kultur perusahaan yang memihak pada karyawan, wajar rasanya apabila mereka merasa nyaman bekerja di Fujifilm Indonesia. Ditambah lagi, karyawan mempunyai kebebasan dalam mengemukakan ide-ide baru. Sebagai bagian dari kampanya global Fujifilm 2022, Never Stop, ruang yang telah disediakan diharapkan dapat mendorong lahirnya ide-ide atau inovasi baru. Semua karyawan dari semua divisi diajak berkreasi bersama untuk melahirkan sebuah inovasi.

Usaha Fujifilm Indonesia selaras dengan arahan, Presiden, CEO dan Direktur Fujifilm Holding Tokyo Teiichi Goto, pada April 2022. “Setiap individual di Fujifilm harus memiliki earning power. Fujifilm telah menyediakan ruang bagi setiap karyawan untuk mengemukakan ide dan gagasan baru. Dengan keterbukaan ini, diharapkan setiap karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang,” ujarnya.

Selain kemudahan-kemudahan dalam bekerja yang diberikan oleh Fujifilm Indonesia, perusahaan juga mementingkan relasi antar karyawan. Selama masa pandemi Covid-19, pertemuan fisik menjadi minim. Dengan mulai terkendalinya situasi pandemi, Fujifilm Indonesia berencana menggelar kegiatan Funesday dan Lunch with President Director. Tujuan dari kegiatan ini adalah memupuk kembali hubungan sesama karyawan.

Funesday sendiri adalah kegiatan minum teh atau kopi bersama yang digelar di kantor Fujifilm Indonesia. Kegiatan ini bukan dilakukan di ruang meeting, ataupun pantry kantor, tetapi sebuah area yang dinamakan Green Corner. Green Corner adalah area tempat berkumpul para karyawan. Bukan hanya tempat untuk menggelar Funesday, tetapi tempat ini merupakan saksi bisu banyaknya kegiatan internal yang telah terlewati. Memori kebersamaan para karyawan terekam dengan jelas di area ini.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved