Management Trends zkumparan

Kerjabilitas Buka Akses Disabilitas Bekerja di Sektor Formal

Kerjabilitas Buka Akses Disabilitas Bekerja di Sektor Formal
Masih rendahnya akses fisik dan non-fisik di sektor formal, Kerjabilitas sajikan informasi dan pelayanan bagi disabilitas di Indonesia

Sejak diluncurkan tahun 2015, Kerjabilitas telah menyajikan informasi lowongan pekerjaan terkhusus bagi disabilitas dengan memanfaatkan media dan teknologi yang bertujuan untuk memberikan mereka kesempatan pekerjaan di sektor formal.

Selain menyajikan informasi, Kerjabilitas juga melakukan pelatihan untuk memasuki dunia kerja serta job matching. Jenis perusahaan yang banyak bergabung di Kerjabilitas notabenenya adalah perusahaan swasta, diantaranya Usaha Kecil Menengah (UKM) dan perusahaan multinasional, namun masih sangat sedikit jumlahnya untuk BUMN.

Hingga saat ini, pendaftar di Kerjabilitas sudah mencapai 9000 orang. Sudah ada 2000 perusahaan yang telah bergabung dan menyediakan lapangan pekerjaan melalui platform Kerjabilitas. “Biasanya, per hari ada penambahan 7 hingga 10 pendaftar secara organik,” ujar Tety Sianipar, Co-Founder dan CTO Kerjabilitas, di Jakarta.

Sejauh ini, pendaftarnya masih banyak di dominasi di daerah Barat, di daerah Timur porsinya masih sedikit. Adapun ragam disabilitas yang banyak mendaftar di platform ini yakni tuna daksa, tuna rungu, dan tuna netra. “Fakta yang kami dapatkan, tuna daksa merupakan ragam yang terbanyak masuk ke pasar tenaga kerja dibandingkan yang lainnya,” imbuh Tety.

Terkait kerja sama dengan pemerintah, Kerjabilitas sudah bekerja sama dengan Kemenpora dengan memberikan pelatihan bahasa Inggris dasar bagi tenaga kerja disabilitas di Indonesia dan saat ini sedang gencar berkoordinasi dengan Kementerian Ketenegakerjaan.

Kerjabilitas akan memastikan setiap tenaga kerja disabilitas mendapatkan hak yang sama. “Yang terpenting, mereka bisa mendapatkan akses terlebih dahulu. Kami pun mendorong agar tidak membedakan gaji kaum difabel dengan yang non-difabel karena ini adalah lowongan inklusi disabilitas,” tegas Tety.

Dalam sesi wawancara, Tety pun menuturkan, bahwa yang saat ini banyak disasar perusahaan adalah entry level, karena persyaratannya masih relatif mudah terpenuhi dan kemampuannya masih mudah dibentuk. “Saat ini sudah banyak yang masuk ke divisi desain grafis, copywriting, administrasi, social media admin, operator komputer, dan lain-lain,” papar Tety.

Lalu, Asih Samihadi, Vice President Mandiri Care Group, pun menambahkan bahwa pengembangan hard skill maupun soft skill perlu dilakukan untuk meningkatan kualitas mereka. “Di perusahaan kami sudah ada 23 disabilitas yang menempati beberapa divisi, terutama di back office. Jumlahnya masih mencapai 5-7% dari total keseluruhan tenaga kerja dan akan kami tingkatkan terus ke depannya,” ujar Asih berharap.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved