Marketing Trends

Keseriusan Wavin Garap Pasar PVC di Indonesia

Keseriusan Wavin Garap Pasar PVC di Indonesia

Instalasi pipa di seluruh Indonesia ternyata masih rendah, di bawah 60 persen. Artinya ini potensi besar pasar pipa di Tanah Air. Meskipun ada 25-30 pemain pipa PVC di Indonesia, namun hanya 5-6 pemain yang benar-benar aktif. Dari seluruh produksi pipa PVC diserap seluruhnya untuk pasar domestik, tidak ada yang diekspor. Bahkan jumlah produksi yang ada saat ini masih kurang dengan pertumbuhan sektor properti saat ini 4-5 persen. Maka tidak heran pasar pipa PVC Indonesia menjadi primadona investor asing.

PT Wavin Duta Jaya yang berdiri sejak 1973, salah satu pemain besar pipa PVC yang berada di bawah lisensi Mexichem Group dan teknis produksinya dipayungi Wavin BV Holand yang serius menggarap pasar ini. Perusahaan afiliasi Grup Djabesmen ini merupakan pemain terbesar untuk pasar ritel pipa PVC. Diungkapkan oleh Drs. Putra Wijaya, Commercial and Support Manager PT Wavin Duta Jaya, saat ini pipa PVC merek Wavin menguasai 65 persen pasar Jabodetabek.

wavin

Ditemui di Hotel Mulia Jakarta saat Seminar Plambing bertema “Inovasi Teknologi Plambing Berkesinambungan” (30/8), Putra menyampaikan pasar pipa ini menarik. Dalam perjalanannya, pipa PVC dikenal dengan nama generik paralon, nama ini sebenarnya salah satu merek yang beredar di pasar Indonesia. Dengan warna pipa abu-abu, sayangnya Paralon kurang serius menggarap pasar. “Wavin masuk pasar ritel dengan pipa berwarna putih sebagai salah satu pembeda untuk menunjukkan warna pipa berkualitas bagus. Karena pipa di Indonesia sudah identik dengan warna abu-abu,” tuturnya. Langkah ini ternyata diikuti pemain lain, ramai-ramai merek lain pun menggunakan warna putih.

“Kami lalu menambah pembeda produk lain dengan memberikan stripe warna merah dan biru di produk pipa PVC Wavin. Inipun ditiru pemain lain,” kata Putra. Menurut pria yang sudah 31 tahun di Wavin ini, sebagai pemimpin pasar memang tidak bisa dielakkan produk Wavin ditiru pesaingnya. Strategi 4P merupakan kunci sukses mereka. Placement yang kuat di ribuan jaringan toko bangunan merupakan strategi P pertama. Lalu, dukungan produk terpercaya karena Wavin merupakan lisensi dari Belanda juga menjadi keunggulan. P ketiga adalah promosi, langkah ATL dan BTL dilakukan. “Seminar ini merupakan salah satu BTL yang kami lakukan agar stakeholder paham pentingnya plambing untuk efisiensi dan efektifitas pembangunan pipa,” ujarnya. Selain itu, pihaknya rajin melakukan trade promo di ribuan toko mitra Wavin. Sedang strategi pricing, menurut Putra yaitu dengan menetapkan harga wajar.

“Kalau kami menetapkan harga tinggi, kompetitor bisa memainkan harga di bawah kami. Tapi jika kami bisa menetapkan harga wajar, sulit bagi kompetitor menetapkan harga rendah. Kalau mereka bisa menetapkan harga di bawah kami, artinya ada kualitas produk yang mereka kurangi,” jelasnya. I mengklaim, kualitas merupakan kekuatan di Wavin yang tidak bisa ditandingi pesaingnya.

Selama ini Wavin tidak menggunakan agen dalam mendistribusikan produknya. “Biaya fee agen itu membuat harga produk tinggi, kami tidak ada itu biaya agen. Toko-toko langsung berhubungan dengan sales-sales kami,” ujarnya. Dengan strategi tersebut, Wavin berhasil menjaga pertumbuhan bisnis ritelnya 10 persen setiap tahun hingga tahun 2014. “Tahun 2015 pertumbuhan memang menurun, tapi kami bisa menjaganya di atas 5 persen, karena kondisi sejak tahun lalu memang anomali, pasar lesu, tapi tahun ini saya yakin bisa mendekati 10 persen,” katanya.

Saat ini Wavin memiliki tiga pabrik, yaitu di Cibitung, Karawang, Mojokerto dan sedang dibangun pabrik barunya di Lemah Abang yang akan mulai beroperasi akhir Januari 2017. Wavin membagi pasar yang digarapnya menjadi dua, ritel dan non ritel. Porsi ritel 80-85 persen dari seluruh bisnis Wavin, sisanya non ritel. Salah satu langkah mendekatkan Wavin dengan mitra baik ritel maupun non ritel adalah memberikan edukasi tentang plambing. Menggandeng pakar plambing, perusahaan yang menjual pipa bermerek Rucika ini, menyampaikan betapa penting memperhatikan sistem plambing yang baik dan benar. “Jangan sampai bangunan sudah jadi terjadi rembesan pipa karena aplikasi plambing yang salah, akibatnya harus dibongkar, ini pemborosan. Atau rembesan yang tidak disadari, membuat biaya air tinggi,” katanya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved