Marketing Trends

Kolaborasi Jadi Kunci Atasi Masalah Stunting di Indonesia

Kolaborasi Jadi Kunci Atasi Masalah Stunting di Indonesia

Global Nutrition Report (GNR) tahun 2020 menunjukkan Indonesia mengalami triple burden masalah gizi, yaitu kekurangan gizi mikro, kekurangan makro, dan gizi lebih. Masalah kekurangan gizi (stunting) bukan saja karena tidak mampu, nanun bisa jadi kurangnya pemahaman pentingnya menjaga asupan gizi pada tubuh.

Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro menyampaikan, pada Hari Gizi Nasional menjadi momentum untuk kita bersama kembali memprioritaskan pemenuhan gizi berkualitas sebagai langkah untuk membangun generasi yang lebih baik. Menurut Andrew, kondisi pemenuhan gizi saat ini merupakan refleksi dari kualitas masa depan bangsa kelak. “FFI mengajak keluarga Indonesia untuk bergerak maju bersama sesuai dengan peranan dan keahlian masing-masing, melalui peningkatan status dan pemenuhan gizi keluarga Indonesia,” ujarnya.

Mengusung semangat kolaborasi, pada peringatan Hari Gizi Nasional tahun ini pemerintah mengangkat tema: ‘Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas’. Pemerintah melalui KementerianKesehatan (Kemenkes) tengah menargetkan penurunan prevalensi stunting di tahun 2024 sebesar 14 persen. Untuk mencapai target tersebut, pemerintah melakukan dua intervensi holistik yaitu intervensi spesifik dan intervensi sensitif. Terkait intervensi spesifik yang berkaitan dengan sektor kesehatan setelah kelahiran, Kemenkes mendorong pemberian ASI eksklusif dan kecukupan makanan pendamping ASI, utamanya protein hewani– salah satunya melalui pemberian susu.

Guru besar Bidang Gizi Kesehatan Masyarakat sekaligus wakil ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesheatan (PKGK) FKMUI, Prof. Dr. drg Sandra Fikawati, MPH, menyampaikan, susu merupakan salah satu protein hewani yang dinilai paling efektif dalam menurunkan risiko stunting, dibanding jenis protein hewani lain seperti telur dan daging. “Sayangnya saat ini masih banyak stigma di masyarakat yang menganggap susu adalah produk mahal. Padahal sudah banyak produk susu hadir dengan harga terjangkau dan bergizi baik,” ujar Prof. Fika.

Rumini, yang juga merupakan peserta program Kartini Peternak Indonesia binaan FFI, percaya, susu memiliki peran penting dalam kemajuan keluarga Indonesia. “Susu juga menjadi sumber pendapatan ekonomi untuk keluarga saya. Makanya saya berharap, ke depan usaha peternakan ini dapat terus berkembang, sehingga saya dapat terus memberikan gizi yang berkualitas, khususnya kebaikan susu untuk keluarga saya dan keluarga di Indonesia,” ujarnya.

Di sisi lain, ketersediaan akses bagi produk ber memang masih menjadi tantangan tersendiri. Hal ini tak lepas dari kondisi ekonomi dan sosial khususnya bagi kalangan yang kurang mampu. Ir. Irawati Susalit mendirikan Rumah Singgah Sahabat Gizi di wilayah Kampung Sawah, Cilincing, Jakarta Utara mengatakan keterbatasan ekonomi membuat sebagian kalangan belum memprioritaskan pemenuhan gizi berkualitas bagi anak dan keluarga mereka. “Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) menjadi langkah yang saya coba ambil. Saya percaya, setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan akses gizi yang baik,” katanya.

Sebagai salah satu sumber asupan bergizi baik, Ira juga rutin memberikan susu kepada anak-anak binaannya, karena selain kandungan gizi dan higenitas yang terjaga, susu juga menjadi auspan untuk memperbaiki status gizi dengan cepat.

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved