Trends Economic Issues

Krisis Akibat Covid-19 Harus Jadi Turning Point Segala Hal

Pandemi Covid-19 mengubah paradigma konsumen, dunia bisnis, dan pemilik aset (investor) mengenai pentingnya aktivitas yang bertanggung-jawab. Banyak investor yang kemudian memikirkan kembali pendekatan mereka terhadap keputusan investasi dan alokasi modal dengan menjadikan keberlanjutan sebagai filosofi investasi mereka.

Hal ini sejalan dengan roadmap OJK mengenai Keuangan Berkelanjutan yang memasuki tahapan Strengthening Resilience (periode 2019-2024). Pada tahapan ini, industri jasa keuangan ditargetkan untuk memperkuat manajemen risiko dan tata kelola perusahaan yang baik pada aspek sosial dan lingkungan.

Keuangan keberlanjutan tidak lagi sekadar perilaku pada segmen bisnis dan investasi tertentu (niche), tetapi akan menjadi perilaku yang mainstream (new-normal). Bagi dunia bisnis dan pemilik aset, investasi berkelanjutan bukan hanya “nice to invest”, tetapi menjadi sebuah “new-normal”.

Terkait hal itu, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Indonesia Banking School (IBS) kembali menggelar seminar online (webinar) umum bertajuk “Sustainable Finance: From Niche to New Normal”, Jumat (7/8/2020). Webinar kali ini menghadirkan Prof. Dr. Muliaman D. Hadad, SE., MPA, yang pernah menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2006 – 2011 dan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode 2012-2017. Sedangkan moderator, yakni Dr. Ira Geraldina, SE, Ak., M.S.Ak., CA, dosen Prodi S1 Akuntansi STIE IBS.

“Untuk menghadapi pandemi Covid-19 ini kita tidak bisa masing-masing. Tapi harus bekerja sama. Krisis ini harus jadi turning point dalam segala hal, termasuk sustainable economy,” jelas Muliaman. Untuk itu, penting bagi kita untuk membuat agenda susulan sustainable finance pasca Covid-19 nanti.

Muliaman mengungkapkan, Corona mengubah banyak hal dan mempengaruhi kemanusiaan di seluruh dunia. Semua negara terganggu. “Ini luar biasa, jauh lebih dahsyat dari krisis-krisis ekonomi sebelumnya,” dia menegaskan.

Di sisi lain, pandemic Covid juga memunculkan kesempatan untuk membuat langkah-langkah persiapan, terutama di industri keuangan pada saat recovery pasca-Covid 19. Sustainable finance itu menyangkut isu-isu lingkungan, sosial dan pemerintahan.

“Bagi dunia bisnis dan pemilik aset, investasi berkelanjutan bukan hanya “nice to invest” tetapi menjadi sebuah new-normal. Sehingga diperlukan strategi dan inovasi untuk menjadikan keuangan berkelanjutan sebagai filosofi dan tujuan investasi dalam kegiatan investasi “new-normal” mereka,” ungkap Ketua IBS, Dr. Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono, S.H., LL.M.

Di acara webinar ini dipaparkan bagaimana dukungan OJK agar keuangan berkelanjutan menjadi praktek yang mainstream pasca pandemi Covid-19, untuk mempercepat penguatan manajemen risiko dan tata kelola perusahaan untuk aspek sosial dan lingkungan.

Sivitas akademika IBS berharap agar seluruh peserta webinar mendapatkan deep insight dari tangan pertama tentang bagaimana kebijakan itu dirumuskan dan diterapkan, sebagai langkah antisipasi untuk meredam dampak Pandemi Covid 19.

IBS juga menyediakan program beasiswa untuk mahasiswa berprestasi baik akademik dan non akademik. Salah satu beasiswa itu, antara lain berupa keringanan uang pangkal. Dengan adanya program beasiswa ini memberikan kesempatan kepada seluruh siswa SMA dan sederajat untuk memperoleh pendidikan yang layak.

Dalam kesempatan ini, IBS bekerja sama dengan Bank BRI, Bank DKI, Bank Sinarmas, Bank Ganesha, dan fintech Alami Sharia memberikan beasiswa pendidikan kepada mahasiswa yang secara ekonomi kurang mampu dan berprestasi. Adapun program beasiswa ini meliputi Beasiswa Pendidikan Start senilai Rp 19 juta, di mana calon mahasiswa yang terpilih dibebaskan biaya tes, uang pangkal dan uang semester pertama. “Donasi ini akan membantu mahasiswa berprestasi untuk memulai perkuliahan semester pertama di masa pandemi Covid-19,” kata Kusumaningtuti.

Beasiswa studi ini ditujukan untuk mahasiswa yang berprestasi, namun secara ekonomi kurang mampu dan sedang menempuh pendidikan di IBS pada semester pertama. Maka akan mendapat bantuan senilai Rp 12 juta untuk biaya kuliah dan sertifikasi profesi pada akhir masa perkuliahan.

Terakhir adalah beasiswa Graduation diperuntukan bagi lulusan terbaik dari SMA Negeri yang berasal dari keluarga kurang mampu, namun berprestasi, berupa pembiayaan kuliah selama 8 semester dengan nilai beasiswa Rp 96 juta. Calon penerima beasiswa diseleksi dan yang terpilih selain nilainya terbaik, juga harus aktif berorganisasi, memiliki prestasi non akademis, atau kegiatan sosial yang mempunyai dampak kebermanfaatan bagi masyarakat.

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved