Trends Economic Issues

Lembaga Survei Ini Menyoroti Kiprah Asosiasi Baja IISIA

Lembaga Survei Ini Menyoroti Kiprah Asosiasi Baja IISIA

Sering kali publik dihadirkan narasi banjir impor baja di berbagai media. Namun, ternyata banyak berita itu muncul dari asosiasi baja Indonesia (IISIA) yang hampir semua anggotanya juga pengimpor bahan baku baja. Hal ini menjadi objek penelitian lembaga survei berbasis data yang dimuat di berbagai media untuk melihat lebih dekat duduk persoalannya serta rasa keingintahuan mengapa hal ini sering terjadi.

Untuk itu, Fernando Emas, Direktur Rumah Politik Indonesia dalam analisisnya setelah mempelajari data data impor baja yang berasal dari BPS yang disampaikan oleh Alumni Teknik UI Cindar Hari Prabowo bahwa ada dua mekanisme impor baja pertama jalur tanpa Persetuan Impor dari Dirjen Daglu Perdagangan (tanpa Lartas atau tanpa pengendalian) dengan jenis baja bahan baku berupa slab, billet dan ore irron.

“Angkanya sangat tinggi, data BPS tahun 2019, menyebut sebanyak 4,7 juta ton dan tahun 2021 sejumlah 5;22 juta ton atau meningkat 11 persen,” tambah Fernando.

Menurutnya, ini menjadi bukti industri hulu baja carbon nasional sangat rentan karena harus impor, tapi anehnya tambah Fernando, IISIA tidak teriak – teriak ada banjir impor di sektor hulu ini. Padahal data BPS jelas -jelas ada peningkatan dan jumlahnya mencapai ton bukan kilogram lagi,” tegas Fernando.

Fernando juga menyampaikan jalur kedua impor baja yang dikendalikan oleh Pemerintah Indonesia dengan Persetujuan Impor dari Kementerian Perdagangan RI menunjukkan tren menurun dari 2019 sebanyak 7,89 juta ton dan tahun 2021 sebanyak 6,35 juta ton atau turun 19 persen, Fernando membenarkan data yang disampaikan pakar UI tersebut.

Menurut Fernando, dari kedua jalur impor tersebut namanya statistik dihitung total tidak parsial atau masing masing jalur. “Ketika totalnya naik, tapi penyebabnya dari jalur kedua atau yang dikendalikan pemerintah yang namanya Asosiasi IISIA dengan sigap dan cepat membuat berbagai FGD dan broadcast di berbagai media, banjir impor, banjir impor. Dan terbaru menggunakan data dari 2020 ke 2021, nama tahun 2020 semua orang tahu, itu tahun Covid-19 bukan jadi pembanding,” ungkap Fernando.

Berangkat dari data di atas, penasaran untuk melihat siapa-saja yang duduk di anggota IISIA dan ketuanya. Hasilnya, IISIA ex officio diduduki oleh Direksi Krakatau Steel (KS), langsung kami mencocokkan data di atas ternyata memamg benar. Melati Sarmita yang juga Ketua Flat Product IISIA adalah Direktur Komersial KS, yang dengan semangat menyuarakan ada banjir impor baja di Indonesia, seolah Pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin tidak bisa mengendalikan asosiasi, kok malah jadi oposisi pemerintah, ini keanehan,” tegas Fernando.

Fernando menyambung, mata rantai ini jelas dan semakin terbuka. “Sebenarnya asosiasi IISIA jadi tunggangan KS atas ketidakmampuan menghasilkan bahan baku baja karbon di Indonesia, ya terlepas dari masalah internal alat produksi yang ada di KS, yang jelas asosiasi ini menjadi oposisi pemerintah dan harus dibubarkan atau diambil alih pemerintah,” paparnya.

Berita banjir imporbaja ini, kata Fernando menghilangkan fokus hilirisasi baja carbon di Indonesia, karena tidak mampu mengolah pasir besi yang ada di Indonesia, padahal harapan industri baja mendapatkan bahan baku dari dalam negeri besar tetapi ditempuh impor untuk menyelamatkan investasinya.

Ke depan, dia menyarankan agar pemerintah membubarkan asosiasi baja IISIA ini karena tempat kedok importir baja produsen menyalurkan kepentingannya sendiri dan tidak memikirkan bagaimana rakyat diberikan harga baja murah dari produksi dalam negeri.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved