Management Trends

Life Begins at 70 Ala Raja Furniture Au Bintoro, dari Tinju Hingga Kuliah S1

Life Begins at 70 Ala Raja Furniture Au Bintoro, dari Tinju Hingga Kuliah S1
Au Bintoro, Bos Olympic Group

‘Life begins at 40’. Biasanya istilah ini banyak digunakan oleh orang-orang yang merayakan hari jadinya ke-40 tahun. Fase baru usia yang dianggap memasuki jenjang kematangan, kestabilan emosi dan finansial.

Namun, bagi tokoh pengusaha kawakan Au Bintoro, justru berlaku istilah ‘Life Begins at 70.’ Mengapa? Karena di usia 70 tahun inilah “Raja Furniture’ tersebut memulai tahapan hidup baru yang berbeda dengan fase-fase sebelumnya. Di usianya ini Au masih enerjik, mampu melakukan beragam aktivItas olahraga, bahkan terbilang ekstrim, daya ingat masih tajam, serta senantiasa memiliki waktu produktif untuk keluarga, aktivitas sosial maupun pengembangan bisnisnya.

Bagi Au, umur 70 tahun bukan saatnya untuk menutup segala aktivitas dan hanya berdiam diri di rumah. “Usia 70 tahun tidak untuk mengakhiri atau tutup buku dalam menjalani aktivitas kehidupan, tetapi justru buat saya adalah untuk memulai dan memasuki beberapa kegiatan baru, karena hidup adalah proses belajar,” dia menegaskan prinsipnya.

Pria kelahiran 1 Agustus 1952 ini mengaku sudah lama sebagai penganut Young Old (YOLD), sebutan bagi mereka yang berusia antara 60 – 75 tahun yang masih memiliki karakteristik anak muda atau disebut Generasi Baby Boomer. YOLD adalah para orang tua atau sepuh yang tetap menjalankan aktivitas, berbisnis, belajar, bekerja dan tentu saja tetap produktif. Itulah sebabnya, Au mendirikan YOLD Indonesia.

Menurut Au, YOLD menentang penurunan kesehatan. Karena berdasarkan informasi WHO, di negara-negara maju antara tahun 2000-2015 para YOLD inilah yang memiliki peningkatan harapan hidup lebih lama karena memiliki kesehatan yang baik.

Sebuah penelitian di Jerman menyatakan bahwa bahwa orang yang tetap bekerja setelah usia pensiun berhasil memperlambat penurunan potensi intelektual/kognitif yang biasanya terjadi pada orang tua. Semangat untuk terus eksis dan bekerja inilah yang membantu para YOLD atau Baby Boomer itu tetap kuat.

“Untuk hidup lebih sehat dan bahagia, para lansia harus tetap beredar, tetap gaul, tetap gaya dan aktif, tidak berhenti belajar serta mengembangkan diri agar tetap bermanfaat bagi lingkungan, keluarga atau paling tidak bagi diri sendiri,” jelas Au menarik benang merah pengertian YOLD.

Tidak hanya slogan YOLD biar keren, Au membuktikan bahwa dirinya pun bisa hidup laiknya anak muda dalam beberapa aspek. Lihat saja, dia mampu menjalani berbagai kegiatan kreatif dan produktif. Selain masih menjalankan bisnisnya, Au pun menekuni ilmu bela diri karate. “Tujuannya agar otot-otot tetap lentur, namun kokoh, sehingga saya mulai belajar karate lagi. Dulu, waktu muda saya pernah belajar, dan terakhir sudah ban cokelat, dan sekarang sudah ban hitam dan target saya harus Dan 4, dan kenaikan Dan-nya langsung dari Jepang,” tutur kakek sejumlah cucu ini.

Hebatnya, tidak cuma karate, olah raga ekstrim semacam tinju pun dilakoni Au. Tujuannya bukan untuk gagah-gagahan atau siap berkelahi. “Melainkan, untuk melatih kelincahan agar memiliki reflek yang baik. Usai berlatih tinju biasanya saya lanjutkan dengan gym, untuk membakar lemak yang tidak produktif,” dia menegaskan.

Olah raga berat masih jago. Apalagi aksinya yang menarik? Tentu saja hiburan, seperti dansa dan bermusik. “Sekarang saya juga belajar dansa. Ada dansa cha cha, ba cha ta, salsa mungkin tango. Dia juga belajar gitar.

“Paling tidak tiga jenis dansa harus saya kuasai, karena di mana tempat saya berkumpul, saya suka berdansa dengan isteri. Sekalipun usia sudah lanjut tapi harus pintar dansa dong, karena dansa bersama istri membuat hubungan kami semakin romantis, serasa pacaran terus,” tutur Au membocorkan rahasia keharmonisan rumah tangganya.

Au rajin berdansa dengan istri untuk memperkuat otot, mempertahankan kepadatan tulang sehingga terhindar dari osteoporosis dan awet muda

Dansa, lanjut Au, berguna untuk memperkuat otot, mempertahankan kepadatan tulang sehingga terhindar dari osteoporosis, dan menjaga tubuh supaya tetap awet muda.

Au pun rutin jogging bersama istri, anak-anak, menantu dan para cucu. Tujuannya selain menularkan kebaikan pada mereka, juga menanamkan pola hidup sehat, baik fisik maupun mental. sehingga di masa tua kita tidak kehabisan daya dan energi. Dan mewujudkan kebersamaan. Pasalnya, membangun keluarga bukan hanya menyediakan kebutuhan materi, tapi juga cinta kasih melalui kebersamaan yang rutin, sehingga ikatan keluarga selalu terbina dan saling terbuka.

Semangat menggebu-gebu Au tidak hanya olahraga dan kesenian, tapi juga pendidikan. Meski sudah usia lanjut, hebatnya Au masih bercita-cita kembali ke bangku kuliah, untuk mengejar gelar Sarjana (S1) di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. “Mengapa saya baru kuliah S1 sekarang? Karena dulu sibuk sekali tidak ada waktu dan sekarang adalah saatnya. Rencananya mulai bulan September 2022 nanti saya akan mulai kuliahnya di UI,” ucap Au dengan nada meyakinkan.

Menandai milestone Au di umur 70 tahun yang istimewa ini, maka dia pun merayakannya secara istimewa pula. Bukan kisah tentang perjalanan bisnis furniture Olympic yang dia kembangkan hingga menembus pasar mancanegara, melainkan sebuah kisah bagaimana dirinya tetap sehat, bugar, penuh vitalitas, serta semakin kreatif dan produktif. “Saya ingin berbagi pengalaman hidup saya yang berguna bagi orang lain, khususnya anak-anak muda,” begitu ungkapnya.

“Tujuannya bukan untuk memperkenalkan siapa dirinya, melainkan ingin berbagi pengalaman. Karena dalam setiap perayaaan ulang tahunnya, selalu ada pesan-pesan bermakna dan bermanfaat yang disampaikan beliau dari pengalaman hidupnya, terutama untuk saya sebagi putri beliau,” ujar Imelda Fransisca selaku Miss Indonesia 2005 yang juga putri Au Bintoro.

Tak mengherankan bila ulangtahun Au kali ini diarayakan secara virtual. Sebelumnya, Au memperingatinya secara langsung, baik bersama keluarga besarnya, para sahabat, insan kreatif dan mereka yang berdedikasi di Olympic Furniture Group. “Perayaan secara virtual karena ingin menjangkau lebih luas dan masyarakat dapat menikmatinya,” dia menuturkan alasannya.

Sisi Lain Au Bintoro sebagai Pengusaha Ulung

Jika di usia 70 tahun Au Bintoro lebih banyak menghabiskan waktunya untuk aktivitas produktif hobi baik itu olahraga, hiburan, pendidikan dan keluarga, dia juga masih menyempatkan untuk mengurus bisnis. Kerajaan bisnis di bawah Olympic Group adalah perusahaan yang dia rintis dari nol hingga sebesar sekarang.

Dengan ribuan karyawan, berikut daftar perusahaan yang dimiliki oleh Olympic Group: PT Cahaya Sakti Furintrac, PT Cahaya Saki Multi Intraco, PT Furnimart Mebelido Sakti dan PT Cahaya Sakti Lintang Surya. Untuk Garant Mobel Indonesia (25% sahamnya dimiliki oleh Garant Mobel International, perusahaan furniture asal Jerman).

Au Bintoro merayakan HUT ke-70 bersama istri, anak-anak, menantu dan cucu

Menurut Wikipedia, bisnis Olympic Group diawali tahun 1980. Ketika itu, Au merasa bahwa toko furniture terlalu membebani konsumennya dengan ongkos kirim yang begitu besar. Mahalnya ongkos kirim itu disebabkan karena beratnya timbangan produk furniture sehingga untuk mengangkatnya dibutuhkan beberapa orang pekerja. Selain itu, pengusaha furniture tidak dapat membawa banyak barang sekaligus.

Au yang ketika itu masih berprofesi sebagai pembuat box speaker memutar keras otaknya agar bisa menemukan meja belajar yang lebih praktis, ringan, dan bisa diangkut dalam jumlah yang lebih banyak dalam satu truk. Lalu, tercetuslah ide untuk membuat meja yang dapat dibongkar pasang (knock down). Dengan ide ini ia berharap pengangkutan meja jadi lebih mudah dan murah. Namun ia menemukan masalah, penggunaan kayu yang berat bobotnya menyebabkan timbul kesulitan membuat pasak-pasak yang cukup kuat untuk merekatkan bagian-bagian meja.

Kemudian, Au mencoba-coba membuat meja dari bahan baku box speaker yang dimilikinya, dan ternyata sukses. Ia mampu menciptakan meja yang lebih kecil, ringan, dan mudah dibongar pasang. Meja belajar baru itu tersusun dari serpihan-serpihan papan partikel dengan perekat sekrup yang bisa di cucuk-cabut. Setiap bagian diberi tanda khusus untuk mencocokkannya dengan bagian lain. Ini mirip dengan mainan bongkar pasang anak-anak.

Walau begitu Au belum memiliki cukup nyali untuk menjualnya secara massal, dan lebih memilih untuk menjualnya berdasarkan pesanan. Suatu hari seorang konsumen memesan meja itu dalam jumlah ribuan. Setelah harga disepakati, pengerjaan meja itu dilakukan 24 jam tanpa henti agar selesai tepat waktu. Namun malang di tengah jalan order itu diputus secara sepihak. Akibatnya Au terpaksa menumpuk produk dan bahan baku yang tersisa di gudang. Setelah menunggu tanpa kepastian, Au nekad menjual meja pesanan itu ke toko-toko furniture. Ternyata meja-meja itu laku keras dan habis terjual.

Memasuki tahun 2003 Au menggandeng perusahan furniture asal Jerman, Garant Mobel International dan bersama-sama mendirikan Garant Mobel Indonesia (GMI) dengan 75% saham dimiliki Olympic. GMI bertindak sebagai pemberi hak waralaba yang menghubungkan pemasok dan para peritel mebel merek Garant asal Jerman, dan merek kelas atas milik Olympic Group.[Usaha ini menciptakan merek baru MER yang diwaralabakan.

Pada 1983, Au benar-benar menekuni bidang furniture dan meninggalkan profesinya sebagai pembuat box speaker. Tahun 1986, Au meresmikan PT Cahaya Sakti Multi Intraco yang khusus memproduksi meja.

Au menamai merek produknya ‘Olympic Furniture,’ terinspirasi Olimpiade Musim Panas 1984 yang berlangsung di Los Angeles, Amerika Serikat. Dia berharap produk Olympic dapat bergaung sehebat olimpiade yang terkenal di seluruh penjuru dunia.

Belum puas di bisnis mebel, Olympic pun merambah dunia properti. Au mendapuk anak ketiganya, yakni Imelda Fransisca untuk membantu di bisnis properti, yaitu Olympic Development atau PT Bogorindo Cemerlang. Selain melansir projek pergudangan di Sentul, Olympic Development juga mengembangkan kawasan industri di wilayah Sukabumi, Jawa Barat dan sejumlah projek property lain.

“Gaya manajemen kepemimpinan saya adalah kekeluargaan. Meski begitu, kami tetap disiplin dan profesional. Hasilnya, hingga kini banyak karyawan yang masih betah kerja di Olympic,” ungkap Au kepada SWA Online saat ditanya secara virtual dalam perayaan HUT ke-70 Au Bintoro.

Kepada generasi muda yang ingin menerjuni dunia bisnis, Au berpesan agar mereka bekerja keras, pantang menyerah dan terus berkreasi. Maklum, persaingaan bisnis makin ketat di era digital dan pascapandemi Covid-19.

Swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved