Management Editor's Choice

2019, Aset BUMN Ditargetkan Rp 9.000 Triliun

2019, Aset BUMN Ditargetkan Rp 9.000 Triliun

Pemerintah tak mau main-main lagi dengan sederet perusahaan miliknya. Menteri BUMN Rini M. Soemarno mengatakan, jajaran direksi perusahaan pelat merah itu mesti bisa menaikkan asetnya hingga dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Saat ini, aset BUMN baru mencapai Rp 4.500 triliun. “Kami menargetkan aset dalam lima tahun ke depan bisa naik dua kali lipat menjadi Rp 9.000 triliun. Jika dikembangkan dengan baik, aset ini sangat berharga untuk masa depan bangsa,” katanya kepada SWA.

Untuk itulah, pemerintah akan berusaha mempertahankan kepemilikannya yang mayoritas di BUMN yang akan melakukan right issue. Caranya, dengan memberikan pernyataan modal negara agar saham pemerintah tidak terdilusi. Perseroan melakukan right issue untuk memperkuat permodalan demi mendukung langkah ekspansi di tahun-tahun mendatang. “Kami memang mendorong agar BUMN proaktif dalam mencari sumber pendanaan melalui obligasi,” katanya.

Menteri BUMN Rini M Soemarno

Menteri BUMN Rini M Soemarno

Pemerintah dan Komisi VI DPR RI menyepakati pemberian penyertaan modal negara (PMN) kepada 32 badan usaha milik negara (BUMN). Total nilai PMN yang disepakati sebesar Rp 37,3 triliun. Kesepakatan ini lebih rendah dari usulan Menteri BUMN Rini Soemarno. Pemberian PMN ini sebenarnya diusulkan untuk 35 BUMN dengan total nilai Rp 48,2 triliun. Ada tiga BUMN yang akhirnya tidak mendapat suntikan PMN, yakni PT Bank Mandiri Tbk, PT RNI, dan juga PT Djakarta Lloyd.

Rini menambahkan, pemerintah menjamin tidak akan melakukan penjualan saham (privatisasi) maupun aset BUMN. Sempat muncul wacana untuk menjual saham maupun aset BUMN untuk meningkatkan penerimaan negara. Sempat beredar wacana, pemerintah bakal melakukan privatisasi empat BUMN yakni PT Antam Tbk, Waskita Karya Tbk, Adhi Karya Tbk, dan Jasa Marga Tbk.

Namun, Rini menegaskan pemerintah justru tengah berpikir sebaliknya. Kementerian BUMN tengah mengkaji secara mendalam kesempatan untuk melakukan buyback saham Telkomsel dari Singtel. “Telkomsel adalah aset nasional yang sangat strategis. Itu harus dijaga oleh kami,” katanya.

Ingatan publik dipukul mundur pada tahun 2002 aset penting negara, PT Indosat dijual oleh Presiden Megawati dengan harga USD 627 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun (kurs pada saat itu USD 1 = Rp 8.940). Singapore Technologies Telemedia (STT) menguasai 40% saham Indosat sebelum melepasnya ke Qatar Telecom QSC (Qtel).

Pemerintah juga melepas 35% saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk di anak usahanya, PT Telkomsel kepada Singapore Telecommunication Limiteds (SingTel). Sempat muncul wacana untuk melakukan buyback demi mengukuhkan Telkomsel sebagai operator seluler murni milik “Merah-Putih”. Tapi, rencana itu belum terealisasi hingga saat ini. (Reportase: Syukron Ali)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved