Meski pendapatan per kapita Indonesia telah meningkat pada 2012, jumlah individu yang melek industri keuangan masih rendah. Menurut rilis Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), investor yang tercatat dalam sistem C-BEST atau rekening depositori, bulan Februari 2013 lalu, baru berjumlah 369.000 orang. “Angka ini masih kecil walaupun ada tren pertumbuhan dibanding bulan sebelumnya,” kata Ardianto E. Suri, Pemimpin Redaksi Harian Kontan (25/3).

Agar masyarakat makin paham investasi dan jumlah investor bertambah, Indonesia Financial Expo and Forum (IFEF) diselenggarakan untuk ketiga kalinya di 2 kota, Surabaya dan Jakarta. Tidak hanya melibatkan lembaga pembiayaan, acara ini juga menggandeng institusi pemerintahan. “Mereka punya kewenangan untuk memberi sosialisasi pada masyarakat supaya jangan salah memilih investasi,” jelas Ridha Raidin, Advertising Manager PT Grahanusa Mediatama.

Sebagai pihak penyelenggara, ia menargetkan dapat menjaring 60 emiten untuk menjadi peserta 3rd IFEF di Surabaya dan 90 emiten di Jakarta. Penyelenggara pun yakin, sebanyak 7.500 pengunjung akan memadati venue di Surabaya. Dana akan lebih banyak lagi di Jakarta, mencapai 15.000 pengunjung. Pasalnya, momen 3rd IFEF akan dimanfaatkan emiten untuk meluncurkan produk investasi baru.

Menurut Muliaman Darmansyah Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, penetrasi kredit dan asuransi di Indonesia masih bisa didorong lagi. Buktinya, rasio kredit di Indonesia terhadap PDB hanya sebesar 30%. “Dan Indonesia termasuk negara yang less insured,” tambah Muliaman. Kalau benar-benar mau memanfaatkan potensi ini, perusahaan pembiayaan dan asuransi perlu terus berinovasi supaya bisa menjawab kebutuhan pengguna jasa keuangan.

Peran 3rd IFEF tentu tak lepas dari mendidik masyarakat agar makin melek jasa keuangan. “Kalau informasi saja tidak ada kan, susah,” tandas Muliaman. Adapun OJK telah mengoperasikan call centre-nya dan mendapat banyak pertanyaan mengenai investasi dari masyarakat. (EVA)