Management Strategy

AAJI Himbau Perusahan Kecil Segera Cari Partner Strategis

AAJI Himbau Perusahan Kecil Segera Cari Partner Strategis

Belajar dari dicabutnya izin usaha PT Asuransi Jiwa Nusantara (AJN) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 12 Juni 2013 lalu, Asosiasi Asuransi Jiwa Indoesia (AAJI) kembali menghimbau anggotanya yang sulit memenuhi ketentuan modal minimum, hingga masuk pengawasan khusus OJK, agar segera meleburkan diri alias merger, atau mencari investor strategis.

“Kalau saya berpikir sebaiknya perusahaan asuransi yang kecil segera merger, atau jika ada perusahaan besar yang mau skema joint venture juga boleh. Demikian juga kalau ada perusahaan yang lebih besar yang mau beli juga bagus,” kata Hendrisman Rahim, Ketua Umum AAJI di sela perhelatan “Top Agent Award” AAJI ke-26.

OJK sebelumnya mencabut ijin usaha PT Asuransi Jiwa Nusantra (AJN) pada 12 Juni lalu, setelah sekian lama berkutat dengan pengawasan khusus OJK. Nasib yang tak jauh berbeda juga di alami oleh PT Asuransi Bumi Asih Jaya (BAJ Life) yang sekian lama masuk ke dalam kategori Pembekuan Kegiatan Usaha (PKU). Adapun OJK melakukan PKU terhadap BAJ karena Risk Based Capital (RBC) yang sudah berada di titik negatif. Padahal berdasarkan ketentuan, RBC perusahaan asuransi normalnya berada di posisi minimum 120%.

Menanggapi hal tersebut, Hendrisman menilai ketegasan OJK patut diapresiasi. Namun demikian, dia menekankan pentingnya penyelesaian kewajiban kepada pemegang polis. “Itu harus dipikirkan juga.” Dalam surat pencabutan ijin usaha AJN, OJK memerintahkan AJN untuk menyelesaikan semua utang dan kewajibanya. Demikian pula dengan BAJ Life yang dalam kondisi PKU, tak bisa menerbitkan polis baru. Kendati hanya bisa mengurus bisnis lama dan boleh menerima premi lanjutan, BAJ Life tetap wajib membayar klaim bila ada yang jatuh tempo.

Hendrisman menegaskan, untuk meningkatkan penetrasi asuransi, selain mengandalkan tenaga pemasaran sebagai ujung tompak, kekuatan modal menjadi keharusan. “Dengan penetrasi yang masih berada di level 18% terhadap total populasi penduduk Indonesia, kita perlu kekuatan dari semua lini untuk tumbuh, agen dan modal,” kata dia.

Dia mencontohkan, Jepang saat ini penetrasi asuransinya terhadap total penduduk sudah mencapai 340%. “Padahal di awal 2000-an jumlah perusahaan asuransi jiwa kita sekitar 28, Jepang juga sama. Dan sekarang ketika perusahaan kita berkembang jadi 37, mereka juga di level yang sama. Tetapi penetrasi mereka sudah 340%,” ungkap Hendrisman.

Menurut dia, jumlah perusahaan asuransi jiwa yang ideal untuk Indonesia adalah di kisaran 40 perusahaan. Sebelum krisis jumlah perusahaan asuransi jiwa menyentuh angka 45 perusahaan. Namun kini terus merosot jadi 37 perusahaan. “Idealnya mungkin sekitar itu (40 perusahaan). Tetapi semakin kecil supaya lebih fokus dan efektif,” ujar Hendrisman.

Anggota Dewan Komisioner bidang Industri Keuangan Non Bank OJK, Firdaus Djaelani, mengungkapkan ada beberapa perusahaan asuransi yang saat ini berniat partisipasinya dalam bisnis asuransi jiwa di tanah air, seperti Insurance Australia Group (IAG) yang mengincar MAA General Assurance. Atau PT BNI Life yang saat ini mulai melemparkan proposal ke beberapa negara guna mendapatkan partner strategis dalam skema joint venture untuk mendukung ekspansi bisnisnya di sektor asuransi.

“IAG pernah bertemu dengan saya di Australia dan mengungkapkan niat mereka. Sementara Sumitomo sampai sekarang belum menyampaikan permohonan untuk masuk BNI Life. Yang pasti, BNI Life sudah lapor ke kita kalau mereka lagi mengirim surat penawaran ke beberapa investor besar seperti di Korea, Jepang, Hongkong, Inggris. Nanti diseleksi yang terbaik untuk parter dalam bentuk joint venture,” papar Firdaus di kesempatan yang sama.

Ditanya apakah tidak ada arahan OJK untuk mendorong partner investor lokal, Firdaus menegaskan bahwa jika BNI Life masih mayoritas maka tidak menjadi masalah jika ada investor asing yang bergabung. “Mereka (BNI Life) pilih joint venture, tetapi BNI Life tetap pertahankan saham mayoritas,” ungkap Firdaus.

Financial Planner Agen

Sementara itu, Firdaus juga menegaskan bahwa ke depan, OJK akan selalu mendukung industri asuransi dalam meningkatkan penetrasi pasarnya di Indonesia. Terutama keterlibatan agen sebagai financial planner, yang nantinya akan mempercepat terwujudnya inklusi keuangan atau keuangan untuk semua masyarakat. Sekarang agen masih cenderung pasarkan produk asuransi di kota besar. Padahal potensi ekonomi itu di daerah. Makanya OJK galakan asuransi mikro,” kata Firdaus.

Dia juga menghimbau kepada para agen asuransi agar dalam menawarkan produk asuransi tak mengabaikan hal perlindungan konsumen. Antara lain dengan melakukan pemasaran secara baik sehingga tidak ada kesalapahaman di kemudian hari. “Dispute klaim terjadi itu juga karena penjelasan yang kurang jelas dari agen. Jadi agen jangan hanya meraih premi saja, tetapi harus maintenance dengan baik nasabahnya, apalagi ada polis yang jangka panjag, atau jangka pendek untuk diingatkan untuk membayar kewajiban premi, dll,” tegas Firdaus.

Penegasan Firdaus sangat beralasan oleh karena hingga saat ini, pusat pengaduan nasabah yang telah dibuka OJK rata-rata diserbu dengan keluhan nasabah asuransi. “Kita sudah buka pengaduan konsumen, dan setiap minggu paling tinggi itu keluhan dari keuangan non bank, yakni asuransi itu hampir 20 nasabah yang telepon. Keluhannya mereka tidak mengerti dengan skema proteksi, juga keluhan pelayanan kurang,” ungkap dia.

Namun demikian, Firdaus juga mengingatkan kepada nasabah untuk lebih cermat sebelum membeli produk asuransi. Terlebih ketika akan menandatangani berkas perjanjian polis, harus membaca terdahulu. “Lembaran polis kita sangat simple, hanya satu lembar, demikian juga lampirannya dicetak,” kata Hendrisman menimpali.

Award Night

Sementara itu, pada malam puncak perhelatan ‘Top Agent Awards” AAJI ke-26, yang digelar di Ballroom Trans Hotel, Bandung, pemenang untuk kategori bergensi, yakni “Agent of The Year” jatuh ke tangan Silviana Kintan dari PT AIA Financial, diikuti oleh Andrias dari PT Avrist Assurance sebagai runner up, dan juara ketiga adalah Eli Hendrawan dari PT Prudential Life Insurance.

Sedangkan pemenang untuk kategori lainya yakni, Andrias dari PT Avrist Assurance kembali meraih nilai tertinggi untuk kategori “Agent Top Premium”; Ni Putu Trisna A dari PT Sequis Life di kategori “Agent Top Policy”; kategori “Best Senior Productive Producer” jatuh ke tangan Selly Tanuwidjaja dari PT Equiti Life; kemudian kategori “Rookie Agent Top Premium” dimenangkan oleh Luluk Arifatul Qoridah dari AJB Bumiputera 1912; dan kategori “Rookie Agent Top Policy” disandang Fatah Malik dari PT Prudential Life Insurance.

Selanjutnya untuk kategori “Leader Top Recruiter” jatuh ke tangan Ni Wayan Jati dari PT Sun Life; pemenang kategori “Leader Top Premium” diraih Vania Anjani dari PT Sequis Life; kategori “Top Agent Of Bancasurance” dimenangkan oleh Florence F Isabella dari PT CIMB Sun Life; kemudian kategori “Group Agent Top Premium” disandang Nurma Maulana dari PT Recapital, dan kategori yang baru disertakan di ajang TAA ke-26 ini yakni “Top Agent Of Telemarketing” jatuh ke tangan Sri Yuni Lestari dari PT Axa Mandiri. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved