Management Strategy

Strategi Agar Garam Lokal Makin Bertaji

Strategi Agar Garam Lokal Makin Bertaji

Kebutuhan garam di Indonesia sangat besar, baik untuk industri maupun konsumsi. Ketua Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI), Toni Tanduk mengatakan, kebutuhan garam nasional sekitar 3,6 juta ton, baik garam konsumsi maupun garam industri. Sayang, produksi garam lokal baru sekitar 1,7 juta ton dan belum semuanya memenuhi kualifikasi industri, seperti industri CAP, farmasi, yang membutuhkan spesifikasi khusus.

Padahal kebutuhan masing-masing industri relatif besar, misalnya, untuk industri aneka pangan (450 ribu ton), (1,7 juta ton) , pengeboran minyak (200 ribu ton), pakan ternak dan pengasinan ikan (470 ribu ton), industri lain (230 ribu ton) dan konsumsi rumah tangga (650 ribu ton). Karena suplai dan demand, tidak imbang, sehingga tidak ada pilihan untuk memenuhi kebutuhan industri, para pelaku industri lebih mengandalkan suplai garam impor.

Ekonom Faisal Basri mengakui industri berbahan baku garam ini punya kontribusi besar terhadap perekonomian. Industri Chlor Alkali Plat (CAP) sendiri memiliki perkiraan Nilai Pembayaran Pajak-Pajak yang terkait Industri CAP sekitar Rp 1.5 triliun/tahun.

Petani garam (Foto: kkp.go.id)

Petani garam (Foto: kkp.go.id)

Selama proses pengembangan industri garam lokal, lanjut dia, pemerintah harus punya strategi jitu untuk menjaga keberlangsungan industri, mengingat besarnya dampak dan kontribusi industri ini terhadap perekonomian. Misalnya, kewajiban penyerapan garam lokal oleh industri seperti pengasinan ikan, aneka makanan minuman yang tidak memerlukan spesifikasi khusus.

Sedangkan, industri CAP, farmasi, oil and gas yang membutuhkan spesifikasi khusus tidak perlu dikenakan kewajiban untuk menyerap garam lokal. Hal ini penting untuk menjaga daya saing industri.

Arthur Tanuwidjaya, Ketua Bidang Pengembangan Teknologi Garam (AIPGI) menambahkan pelaku industri sepakat untuk bersama-sama dengan pemerintah menjaga keberlangsungan industri dan turut serta mensejahterakan petambak garam rakyat. “Untuk mengembangkan garam lokal agar dapat memenuhi kualifikasi industri dibutuhkan sustainability dalam kebijakan pemerintah,” katanya.

Menurut dia, suplai garam yang tidak terjamin keberlangsungannya sepanjang tahun ini secara teknis disebabkan kondisi iklim di tanah air yang kurang mendukung proses produksi. Sehingga, dibutuhkan waktu cukup lama untuk pengembangan garam lokal agar dapat memenuhi kualifikasi kebutuhan industri, terdapat kendala biaya, cuaca, dan faktor sosial budaya masyarakat di sentra produksi garam.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved