Management

Alasan Utama BI Kembangkan Green Banking

Oleh Admin
Alasan Utama BI Kembangkan Green Banking

Perhatian terhadap lingkungan semakin gencar dilakukan oleh berbagai pihak, baik di Tanah Air dan di tingkat global. Maklum, karena semakin giatnya perekonomian berjalan, seperti bidang industri, semakin besar pula kerusakan lingkungan yang terjadi.

Salah satu pihak yang berusaha menunjukkan perhatiannya terhadap lingkungan adalah sektor perbankan. Sektor ini sedang berupaya mengembangkan perbankan yang ramah lingkungan (green banking).

bank indonesia green banking“Sebagaimana diketahui, The World Economic Forum dalam laporan tahun 2013 menempatkan ekonomi dan lingkungan sebagai risiko utama dunia. Keduanya memiliki keterkaitan di mana diyakini bahwa kerusakan lingkungan yang diakibatkan tata kelola industri yang tidak berkelanjutan memberikan dampak negatif pada perekonomian global,” ujar Ronald Waas, Deputi Gubernur Bank Indonesia, di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (21/8/2013).

Demi menjaga lingkungan hidup, konsep ekonomi hijau terus digaungkan. Di sektor perbankan pun terdapat istilah green banking. Prinsip dasar dari green banking adalah upaya memperkuat kemampuan manajemen risiko bank, khususnya yang terkait dengan lingkungan hidup, dan mendorong perbankan untuk meningkatkan portofolio pembiayaan ramah lingkungan hidup, seperti ke energi terbarukan dan pertanian organik.

Bank sentral ini berpandangan bahwa penting untuk mengembangkan perbankan ramah lingkungan. Ronald menyebutkan, ada dua alasan utama mengapa BI menilai hal itu penting. “Pertama, merespons Undang-undang No 32 Tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengharuskan semua aktivitas ekonomi untuk patuh mendorong kelestarian lingkungan dengan pemberian sanksi baik pidana bagi pelakunya hingga pencabutan izin lingkungan,” terang dia. Dia lalu mengatakan, bila hal itu tidak diperhatikan perbankan, maka akan berpotensi meningkatkan risiko kredit, risiko hukum, dan risiko reputasi.

“Untuk itu, perbankan perlu memahami dan menguasai lebih baik mengenai manajemen risiko lingkungan hidup ini.”

Alasan kedua, terang dia, adalah permasalahan nasional yang hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah adalah ketahanan pangan dan energi. Dia menuturkan, kedua sektor itu cukup besar pengaruhnya bagi perekonomian. Bisa dilihat dari impor yang terbilang besar, fluktuasi harga komoditas tersebut yang berpengaruh kepada inflasi dan tekanan nilai tukar, serta defisit APBN.

“Untuk itu, dukungan perbankan untuk membiayai kedua sektor tersebut menjadi sangat penting,” tegas Ronald.

Bila perbankan mendukung pembiayaan ke sektor energi dan ketahanan pangan, maka akan mendukung terciptanya swasembada energi dan pangan, sekaligus membantu penurunan gas rumah kaca. “Tentunya ruang lingkup green finance bisa diperluas ke sektor strategis lainnya, seperti jasa atau transportasi, industri, perumahan, dan produk ekonomi kreatif yang mengedepankan prinsip green,” sambung dia.

Selain karena dua hal itu, pentingnya perbankan nasional mengembangkan green banking ini juga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan daya saing perbankan nasional. “Saat ini terdapat tren perbankan yang beroperasi secara internasional secara sukarela menerapkan prinsip green banking ini, antara lain, melalui insiatif The Equator Principles, dan United Nation Environment Programme-Finance Initiative. Hal ini juga telah direspons oleh bank sentral maupun otoritas pengawasan bank, seperti China, Malaysia, Bangladesh, Nigeria, Brazil, dan Korea Selatan,” tandasnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved