Management Strategy

Apa Penyebab Kesuksesan dan Kegagalan Start Up Indonesia?

Apa Penyebab Kesuksesan dan Kegagalan Start Up Indonesia?

Saat ini euforia untuk berwirausaha nampak seperti wabah nasional di Indonesia. Menulari hampir satiap kalangan mulai dari pelajar, mahasiswa, pekerja hingga ibu rumah tangga, semua seolah terjangkit virus wirausaha. Usahanya pun tidak main-main, penuh kreativitas dan prospektif. Tetapi dari sekitar 56 juta unit usaha skala UMKM di Indonesia, hanya sedikit yang bisa bertahan lama dan sukses untuk tumbuh besar. Sebenarnya apa saja penyabab kesuksesan dan kegagalan mereka ?

Arif Yahya, mantan Direktur Utama PT Telkom Indonesia, yang kini menjabat sebagai Menteri Pariwisata, telah memetakan kunci kesuksesan dan kegagalan para start up (UMKM) dalam bukunya yang bertajuk “Creativity E-Commerce”. “Saya adalah orang gagal dalam pembinaan start up, selama 10 tahun di Telkom setiap 3 tahun sekali kami investasi puluhan miliar, tetapi 95 %nya gagal, hanya 5 % yang bisa terus sukses,” ungkap Arief.

IMG20150506122514

Menurut Arief, ada tiga kunci utama yang harus dijalankan baik oleh pelaku start p maupun pihak pendukung seperti pemerintah dan korporasi swasta besar. Kunci yang pertama adalah membangun ekosistem seperti pusat kreatifitas (creative centre), tetapi didalamnya wajib ada lokomotif. Dia mencontohkan start up di bidang fashion maka lokomotifnya adalah perusahaan tekstil atau produsen fashion yang brandnnya sudah besar.

Arief mengingatkan, bahwa pada dasarnya start up itu tidak akan kuta jika dibiarkan bersaing sendiri di pasar. Wajib bagi pemerintah untuk melindungi start up atau UMKM ini salah satunya dalah mediasi mereka dengan lokomotifnya.

Kunci kedua, start up umumnya gagal karena tidak membaca tren dan forecasting, oleh karena itu menurut Arief selalu buat segmen pasar yang jelas dan spesifik, kemudian pelajari, baru kemudian mengeksekusi ide. “Contohnya start up fashion, kalau punya ide baru sebaiknya FGD dulu kemudian baru membuat produknya,” ujar Arief.

Kunci yang ketiga, adalah join the winner. Dalam satu kelompok usaha yang sama, tidak semua pemainnya bisa jadi juara satu, pastilah ada yang diposisi kedua, ketiga dan seterusnya, “Tetapi mereka yang tidak dapat posisi diatas, jangan kemudian mundur atau mengugurkan diri, saran saya adalah join the winner dan tumbuh bersama maka anda akan jadi lebih besar dan kuat,” jelas Arief.

Dr.Nining Indroyono Soesilo, MA, pendiri Pusat UKM FE Universitas Indonesia, juga sepakat dengan pendapat Arief Yahya. Menurutnya, yang paling sulit untuk bertahan dan tumbuh besar adalah start up di kalangan bawah (grassroot), “Mereka umumnya membangun usaha tanpa tahu siapa dan kemana pasarnya, artinya mereka tida bisa mengsegementasi pasarnya,” jelas Nining.

Dari pengalamannya membina UMKM, menuurt Nining mereka kebanyakan punya ide yang bagus dan inovatif tetapi tidak memiliki pengetahuan atau ilmu pemasaran yang baik, “Apalagi sekarang masanya teknologi digital, semua orang mencari apapun lewat internet maka para usaha mikro itu tadi kami bekali juga dengan ilmu e-commerce, sebagian dari mereka sekarang sudah berhasil,” jelas Nining.

Menurut Nining, umumnya start up yang mampu bertahan adalah mereka yang membangun usaha dengan sistem tailor made artinya produksi dilakukan setelah ada pesanan, “Mereka itu bisa bertahan dan mendapat kredit hingga dua kali,” ungkap Nining. Para start up yang seperti itu umumnya sudah membangun konsep segmen pasar yang jelas sejak awal.

Di Pusat UKM FE UI, menurut Nining, pihaknya setiap bulan membuat forum bedah UMKM, di sana para UMKM akan saling berbagi pengalaman, informasi dan membangun jejaring untuk saling bantu khususnya dalam hal pemasaran. “Jadi mereka yang berhasil akan jadi lokomotif untuk temannya yang satu kelompok usaha, “jelas Nining. Saat ini ada sekitar 1600 UMKM yang bergabung dibawah binaan Pusat UKM FE UI.

Nining juga menjelaskan, khusus untuk start up atau usaha mikro yang digagas wanita, mereka bantu dengan bekerja sama dengan Koperasi Mitra Dhuafa yang saat ini sudah ada 90 cabang diseluruh Indonesia.

Sedangkan, menurut Arief, Kementerian Pariwisata yang saat ini dipimpinnya, mengambil peran sebagai pengguna produk dan jasa UMKM sekaligus promotor. “Jadi hasil dari produk dan jasa UMKM iitu kami usahakan dipakai dalam kegiatan pariwisata Indonesia dan kami juga siap jadi promotor bagi para star up ini,” tutup Arief. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved