Management Strategy

Asmindo Gandeng Pemerintah dalam Menghadapi MEA

Asmindo Gandeng Pemerintah dalam Menghadapi MEA

Indonesia memiliki potensi pasar yang cukup besar, sayangnya hanya sedikit pemain lokal yang menyadari hal ini. Menurut Taufik Gani, Ketua Asosiasi Mebel Indonesia (Asmindo), kebanyakan perusahaan mebel yang bergabung dengan asmindo membidik pasar ekspor. Kurangnya perhatian pada pasar lokal, membuat pasar Indonesia menjadi target empuk untuk pasar asing terutama dengan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA.

“Kami kemarin sudah menghadap ke Pak Jokowi untuk membicarakan furniture. Kami sedang membuat road map, mudah-mudahan selesai bulan ini,” ujarnya. Nantinya, road map ini akan berisikan map mebel nasional untuk mengantisipasi pemain mebel dari luar negeri. Salah satunya adalah meminta regulasi pemerintah, misalnya untuk pengadaan barang di pemerintahan atau sekolah, wajib menggunakan mebel dalam negeri.

asmindo

Selain itu, harga penjualan mebel lokal juga harus terjangkau sehingga tidak kalah bersaing dengan bahan impor yang masuk ke Indonesia. Hal ini tentunya tidak akan sulit dilakukan mengingat kebanyakan pengusaha mebel lokal menggunakan bahan dalam negeri. Namun, mindset pembeli harus diubah, karena menurutnya kebanyakan orang Indonesia selalu menginginkan kayu jati sebagai bahan dasar furniture mereka

Padahal Indonesia kaya akan berbagai kayu, seperti kayu mahoni, pinus, pohon buah, dll. Kayu jati sendiri harganya lebih mahal, padahal secara kualitas, kayu-kayu jenis lain juga memiliki ketahanan yang sama. Ini menjadi salah satu penyebab kenapa pasar Indonesia sulit dijangkau pemain lokal. Selain itu, mebel Indonesia juga memiliki kekurangan di inovasi dan desain.

Oleh karena itu Asmindo yang beranggotakan 2836 pengusaha mebel, sengaja menggandeng Badan Ekonomi Kreatif untuk meningkatkan tren-tren desain berbasis Research and Development atau R&D.

Menurut Taufik kerjasama ini masih dalam tahap perbincangan. Rencananya nanti akan dilakukan berbagai pelatihan yang berbasis R&D sehingga produsen mebel bisa memahami tren dunia, kombinasi untuk produksi, dll.

Pelatihan ini tidak hanya untuk meningkatkan penjualan di luar negri tetapi juga di luar negri. meskipun keseluruhan angoota Asmindo melakukan ekspor, tapi ada beberapa celah yang membuat produk mebel Indonesia kalah bersaing. Dalam inovasi, Indonesia masih kalah dengan Filipina, sementara dengan Vietnam Indonesia kalah di kecepatan dan regulasi. Mengingat regulasi di Indonesia cukup banyak dan berbelit-belit.

Namun Taufik tetap optimis, mengingat Indonesia memiliki keunggulan di kualitas, SDM, harga yang kompetitif, dan model. Selain itu, bahan yang digunakan pun merupakan bahan lokal, berbeda dengan Vietnam yang harus mengimpor bahannya dari Kamboja dan Laos. Ekspor mebel Indonesia pun mampu menembus Amerika, Eropa, ASEAN, dan Afrika. Kebanyakan pembeli mebel Indonesia berasal dari Amerika, Eropa, dan Soviet. Ini membuatnya merasa optimis dalam menghadapi ekspor mebel di 2016.

Ia berharap di tahun 2016 mebel lokal bisa menguasai pasar nasional dan internasional, mengingat mulai banyaknya investor asing yang masuk ke Indonesia. Ketakutan terbesarnya adalah mulai bermunculan pabrik-pabrik mebel milik asing yang dibangun di tempat bahan baku, mengingat Indonesia masih kalah dari Cina dalam produksi mebel berbahan plastik, mebel, baja, dan besi lainnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved