Management

Bank Ganesha Raup Untung Berlipat

Bank Ganesha Raup Untung Berlipat

Belum genap setahun melantai di Bursa Efek Indonesia, PT Bank Ganesha Tbk mencetak kinerja mengagumkan. Laba bersih meroket 619% menjadi Rp 39,2 miliar per 31 Desember 2016. Tahun sebelumnya, laba hanya Rp 5,5 miliar. Pada periode yang sama, total pendapatan operasional Bank Ganesha mencapai Rp 180 miliar, melonjak 58% yoy, didorong pertumbuhan yang kuat dalam Pendapatan Bunga Bersih.

Pendapatan Bunga Bersih tumbuh 68% yoy menjadi Rp 160,9 miliar, sementara pendapatan berbasis biaya naik 5% yoy menjadi Rp 19,1 miliar didorong peningkatan kinerja dalam pendapatan biaya, komisi dan bisnis treasury. Apa rahasianya? Bank Ganesha terus mempertahankan kontrol yang kuat pada biaya operasional sementara terus menciptakan ruang untuk investasi berkelanjutan dalam bisnisnya.

“Kinerja yang baik ini menggarisbawahi kekuatan model perbankan kami dan mencerminkan komitmen kami untuk terus memenuhi kebutuhan perbankan nasabah, mendukung perekonomian nasional dan menjadi ‘Bank terbaik di kelasnya, dengan memberikan produk yang handal dan inovatif melalui layanan terbaik,” kata Surjawaty Tatang, Presiden Direktur Bank Ganesha dalam rilisnya.

Menurut dia, fokus utama investasi ditujukan untuk pembangunan di produk dan jasa, peremajaan program pemasaran dan branding, relokasi kantor pusat, renovasi jaringan kantor cabang, perbaikan kapabilitas Teknologi Informasi dan kualitas layanan nasabah. Sehingga, biaya operasional hanya naik 14% menjadi Rp 107,8 miliar jauh di bawah pertumbuhan pendapatan sebesar 58%. Rasio efisiensi BOPO pun membaik dari 97,5% di 2015 menjadi 82,4% pada 2016.

Bank Ganesha juga memiliki struktur permodalan yang kian kuat setelah selesainya proses Penawaran Umum Perdana saham (IPO) pada semester pertama tahun 2016. Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 34,9% pada tahun 2016. Bank yang masuk kategori BUKU II ini memiliki total ekuitas sebesar Rp 1,068 triliun, naik 407% dari Rp 210 miliar pada 2015. Inilah yang membuat perseroan mampu menggenjot penyaluran kredit hingga naik 94% menjadi Rp 2,426 triliun. Adapun total aset mencapai Rp 4,236 triliun, naik 115%.

Kenaikan kredit tak lantas mendongkrak rasio kredit bermasalah (NPL). Berkat kepatuhan pada prinsip kehati-hatian, rasio NPL Gross dan NPL-Net masing-masing membaik menjadi 1,32% dan 0,80% pada akhir 2016 dari 3,14% dan 1,80% setahun sebelumnya. Sementara itu, basis pendanaan juga terus tumbuh. Dana pihak ketiga naik 65% menjadi Rp 2,728 triliun dimana Giro dan Tabungan (CASA) mencatat kenaikan 28% menjadi Rp 711 miliar, sementara deposito berjangka tumbuh kuat 85% menjadi Rp 2,017 triliun.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved