Management Strategy

BI Rate Diarahkan Untuk Jaga Stabilitas Rupiah

BI Rate Diarahkan Untuk Jaga Stabilitas Rupiah

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI rate sebesar 7,5% dengan suku bunga deposit facility 5,5% dan lending facility di level 8%. Keputusan itu sejalan dengan upaya untuk mencapai sasaran inflasi 3-5% pada tahun 2015 dan 2016, serta mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2,5-3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam jangka menengah.

Keputusan BI ini sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. Executive Director Mandiri Institute, Destry Damayanti mengatakan, BI tak akan gegabah menurunkan BI rate di tengah ketidakpastian global masih tinggi dan masih adanya masalah di sektor riil yang belum terselesaikan.

“Jangan diturunkan dulu. Jika dipaksakan turun bisa memicu capital outflow (aliran modal keluar). Ini akan berbahaya untuk (kurs) rupiah. Kalau rupiah melemah lagi, impor jadi mahal, imported inflation juga akan naik,” katanya.

Kantor Bank Indonesia (Foto: IST)

Kantor Bank Indonesia (Foto: IST)

Dalam keterangan resminya, BI menyatakan akan terus mewaspadai risiko eksternal dan domestik serta secara konsisten memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, termasuk memperkuat langkah-langkah stabilisasi nilai tukar Rupiah, guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Selain itu, koordinasi dengan Pemerintah juga terus diperkuat dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan, serta mendorong percepatan reformasi struktural.

Dalam kaitan ini, Bank Indonesia mendukung langkah-langkah Pemerintah memperkuat stabilitas makroekonomi dengan melanjutkan berbagai reformasi struktural, termasuk berbagai langkah perbaikan neraca transaksi berjalan dan percepatan berbagai proyek infrastruktur yang diperlukan dalam mendorong pertumbuhan yang berkesinambungan.

Pelaku pasar sebenarnya sudah memerkirakan BI Rate akan tetap 7,5%. Berdasarkan polling yang dilakukan Reuters, 16 analis memerkirakan BI akan mempertahankan suku bunganya di level 7,5%. Hanya dua analis yang menilai Bank Sentral akan menurunkan BI rate sebanyak 25 basis poin.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah menguat sebesar 2% sejak menyentuh level terendahnya selama 17 tahun terakhir pada Maret lalu. Namun, potensi pelemahan masih ada seiring ekspektasi Bank Sentral AS akan mulai menaikkan suku bunganya. Normalisasi The Fed akan menjadi pukulan telak untuk Rupiah.

“Prediksi nilai tukar rupiah masih akan memengaruhi arah kebijakan moneter. Kepemilikan asing di surat utang pemerintah masih dominan, yakni 40%,” kata ekonom, Gareth Leather.

Destry menambahkan, Indonesia masih sangat bergantung pada dana-dana asing yang masuk ke portofolio saham maupun surat utang negara. Pemerintah harus segera mengonversi dana asing yang melimpah ini dalam bentuk Foreign Direct Investment. Dia memerkirakan BI baru akan menurunkan suku bunga setelah ada kejelasan arah suku bunga The Fed pada kuartal III-2015.

“Jika BI harus menurunkan suku bunga untuk memberi stimulus, saya melihat hanya sekali lagi, turun 25 bps di awal kuartal III setelah melihat reaksi The Fed. Tapi, saya lihat kenaikan The Fed Fund Rate tidak akan agresif, hanya menjadi 0,6% pada tahun ini dari semula 0,25%,” ujarnya.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved