Management Strategy

Bisnis Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi Belum Jenuh

Bisnis Perguruan Tinggi Ilmu Komunikasi Belum Jenuh

Sejak berdiri pada tahun 1992, London School of Public Relations (LSPR) termasuk perguruan tinggi pertama yang fokus di pendidikan komunikasi dan kehumasan. Seiring berjalannya waktu, kompetisi antarperguruan tinggi semakin ketat. Pendiri LSPR, Prita Kemal Gani mengatakan, saat ini ada 3.000 lebih perguruan tinggi di Indonesia. Namun, yang terakreditasi Badan Akreditasi Nasional (BAN) hanya sekitar 1.000 perguruan tinggi, dan 300 diantaranya berada di Jakarta. “Perguruan tinggi negeri hanya ada 32 atau 34 tapi mahasiswanya puluhan ribu. Jadi, persaingannya memang sangat ketat. Saya yakin lulusan lokal bisa diadu dengan lulusan luar negeri dari segi kompetensinya,” ujarnya.

Sejak tahun 2008, lanjut dia, telah berdiri 210 perguruan tinggi yang memiliki studi ilmu komunikasi. Jika setiap tahun menghasilkan 800-1.000 lulusan, berarti ada 210 ribu lulusan ilmu komunikasi setiap tahunnya. Namun, dia melihat bisnis perguruan tinggi dengan jurusan ilmu komunikasi belum jenuh. Ia melihat semua lulusannya bisa terserap karena semua industri membutuhkan profesi komunikasi. “Sekarang eranya komunikasi. Semua industri membutuhkan, baik itu di mining, food, services, manufacturing, hospitality, news and media industry,” katanya.

prita1

Pendiri London School of Public Relations (LSPR), Prita Kemal Gani

Menurut dia, investasi terbaik untuk sebuah perguruan tinggi adalah pada tenaga pengajar dan kurikulum pengajaran. Selanjutnya, baru pada fasilitas perkuliahan, seperti gedung, peralatan teknologi & informasi. Di LSPR, staf pengajar rutin disekolahkan dan mengikuti seminar keluar negeri. Dengan begitu, pengetahuan dan pengalaman mengajar mereka semakin lengkap. LSPR juga tak mau main-main dengan calon mahasiswanya sendiri. “Tesnya sulit, ada tes urin juga agar mahasiswa LSPR bebas narkoba yang masuk, selain tes bahasa Inggris tentunya. Meski yang lain membuka lebar-lebar pintunya. Kami tidak takut. Justru, kami ingin brand LSPR terjaga, dengan mengelolanya seperti butik,” ujarnya.

Saat ini, LSPR sedang membangun kampus baru di Jatiwarna untuk mendidik mahasiswa lulus Sarjana S-1. Nantinya, kampus yang ada di Sudirman Park akan menjadi kampus S-2. Dengan selesainya pembangunan di Jatiwarna, Prita yakin angka lulusannya bisa naik menjadi dua kali lipat dari saat ini yang hanya 800-1.000 lulusan setiap tahunnya. Dia yakin LSPR bisa memberi kontribusi besar pada dunia komunikasi di Tanah Air. Itu bisa dilihat dari lulusannya yang memegang posisi penting di banyak perusahaan besar. “Dua tahun lagi, mungkin (pembangunan) kampus baru itu selesai. Kami masih harus mempersiapkan tenaga pengajarnya dulu. Di kampus Bali, nanti fokusnya untuk post graduate dengan 30 mahasiswa di tahun pertama, tapi sebenarnya bisa menampung 150 mahasiswa untuk kampus di Jimbaran,” katanya.

Saat ini, jumlah staf pengajar di LSPR mencapai 200 orang. Sementara, jumlah karyawan mencapai 250 orang. Untuk meningkatkan kompetensi para lulusannya, LSPR juga menjalin kerjasama dengan 30 universitas di dunia. Mahasiswa juga mendapat bimbingan dan magang di sejumlah perusahaan terkemuka di Indonesia untuk memberi bayangan karier mereka ke depan. (Reportase: Herning Banirestu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved