Management

Cara Baru Jualan CPO Lewat Pos Lintas Batas

Oleh Admin
Cara Baru Jualan CPO Lewat Pos Lintas Batas

Kelapa sawit menjanjikan bagi perekonomian Indonesia. Dari kelapa sawit bisa dihasilkan berbagai produk, salah satunya minyak kelapa sawit (CPO). Sejumlah provinsi sekarang ini berlomba menghasilkan CPO. Kalimantan bersaing dengan Sumatera.

Kini, produksi CPO dari daratan Kalimantan semakin melaju. Produk itu pun dijual, salah satunya, ke negara tetangga, Malaysia. Cara terbaru menjual CPO ke negeri jiran itu adalah melalui Pos Lintas Batas (PLB) Badau, Kalimantan Barat. Dari pos itu, CPO akan disalurkan ke negara bagian Sarawak, Malaysia Timur.

“Posisinya di tengah pulau, sehingga memungkinkan Badau menjadi jalan keluar bagi produksi CPO dan produk lain,” terang Bayu Krisnamurthi, Wakil Menteri Perdagangan, saat berkunjung ke Badau, Kalimantan Barat, dalam rangka meresmikan pengiriman ekspor perdana CPO melalui PLB Badau, Sabtu (11/5/2013) kemarin.

Mengenai Kalimantan, produksi CPO di pulau ini cukup kentara kenaikannya. Bayu mengatakan, produksi CPO di Kalimantan tahun 2010 hanya sebesar 900 ribu ton. Angka pun naik mencapai 2,3 juta ton pada 2011, sedangkan tahun 2012 menembus angka produksi 3,4 juta ton. “Pada tahun 2013 diperkirakan akan mencapai 4,5 juta ton,” tambahnya.

Sementara itu, lanjut dia, produksi Sumatera pada 2013 diperkirakan akan mencapai 17,5-18 juta ton CPO. Namun, perlu dicatat, sebagian tanaman sawit di Sumatera sudah tua. Sementara di Kalimantan, prospek produksi CPO lebih menjanjikan. Kenaikan produksi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir karena perkebunan-perkebunan di Kalimantan mulai memasuki umur tanaman menghasilkan. Dengan pertumbuhan sedemikian cepat, Bayu pun memperkirakan produksi Kalimantan akan bisa melewati Sumatera pada tahun 2020.

Akan tetapi, pertumbuhan produksi di Kalimantan yang pesat ini berpotensi menimbulkan masalah baru yang harus diantisipasi. Masalah tersebut, antara lain adalah outlet, yaitu, permasalahan yang terkait dengan bagaimana cara menyalurkan produksi besar itu keluar Indonesia.

Dengan kondisi seperti itu, lanjut Bayu, pemerintah melihat dibutuhkannya pelabuhan yang akan melayani ekspor atau perdagangan antarpulau, yang berada di Pontianak, Banjarmasin, dan Sangata/Maloy. Namun, itu belum cukup, terutama karena banyak kebun berada di tengah pulau Kalimantan, sehingga jauh dari pelabuhan. Karena itu, keberadaan PLB Badau adalah jawabannya.

Letak PLB ini terbilang strategis. PLB Badau ini akan membuat jarak tempuh transportasi ekspor bisa dicapai dengan waktu dan biaya yang lebih efisien. Saat ini Badau masih berstatus PLB, tetapi diproyeksikan akan menjadi pelabuhan-ekspor-darat. “Pemerintah Indonesia berharap dengan dimulainya kegiatan ekspor di PLB Badau ini akan mendorong pengembangan dunia usaha serta berkontribusi pada percepatan pertumbuhan di Provinsi Kalimantan Barat pada umumnya dan Kabupaten Kapuas Hulu pada khususnya. Pengiriman CPO perdana ini juga menandai sebuah pencapaian penting dalam hubungan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Malaysia,” Bayu menjelaskan.

Sebagai informasi, pengiriman ekspor CPO perdana tersebut turut dihadiri oleh Gubernur Kalimantan Barat dan Bupati Kapuas Hulu. Cornelis, Gubernur Kalimantan Barat, mengatakan bahwa pemerintah Provinsi Kalimantan Barat terus mengupayakan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di kawasan perbatasan dan pedalaman dengan mendorong sinergi sumber daya investasi dan mendorong peran serta swasta, pemerintah, dan masyarakat.

Cornelis menuturkan, ”Pelaksanaan ekspor perdana CPO dari Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, akan sangat memberikan dampak percepatan pengembangan perekonomian Kalimantan Barat hingga ke daerah perbatasan dan pedalaman dan terpencil.”

Sementara itu, AM Nasir, Bupati Kapuas Hulu, mengatakan bahwa pengiriman CPO perdana tersebut merupakan kebanggaan dan itu adalah bentuk kontribusi dari Kabupaten Kapuas Hulu untuk bangsa Indonesia. Ia juga berharap kegiatan ekspor tersebut akan mempercepat pertumbuhan perekonomian serta meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Kapuas Hulu.

Adapun ekspor perdana CPO tersebut berasal dari PT Paramitra Internusa Pratama, salah satu unit usaha yang dikelola oleh PT Sinar Mas Agro Research & Technologies Tbk (PT SMART Tbk). ”Sebagai salah satu perusahaan berbasis kelapa sawit di Indonesia, PT SMART Tbk merasa bangga menjadi bagian dari sinergi bersama Pemerintah Republik Indonesia untuk mempercepat pembangunan di Kabupaten Kapuas Hulu,” ujar Susanto, Direktur PT Paramitra Internusa Pratama. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved